Selasa, 28 Agustus 2012

Different [Part-1]



                     Different [Part-1]




Title : Different
Cast :
Seohyun – Seo JooHyun
Kyuhyun – Cho Kyuhyun
Type  : Series
Rating : 13+
Summary : Seohyun tiba-tiba mendapatkan kekuatan psikis yang hebat. Apakah dia bisa mengendalikannya dengan baik? Apakah kekuatannya ini bisa membawa keburuntungan atau kesialan?
Disclaimer : Cast milik Tuhan, ayah-ibu mereka, dan juga SM. dan jalan cerita ini, semua punya otakku. karena otakku yang bekerja untuk membuat ff ini.
Ini ff yang aku janjiin kemarin.
Ini baru part pertama, jadi belum bisa menemukan SeoKyu moment yang ‘wow’ . Jadi harap bersabar akan hal itu.
So, Let’s Read ! Berikan comment kalian yah, biar aku bisa memperbaiki ff ini jika ff ini banyak kesalahan atau gimana.
…..
…..

Aku mencoba membuka mata perlahan, mengerjapkannya perlahan, sehingga mataku terbuka sepenuhnya. Ku lihat atap putih dengan lampu putih yang berada ditengah-tengah, ku toleh kekanan, ku lihat sebuah tirai berwarna hijau dan sebuah meja kecil yang berada tak jauh dari tempatku, ku tolehkan kepalaku kekiri, ku lihat tirai berwarna putih menutupi jendela disana. Bau rumah sakit yang kental dipenciumanku, tirai-tirai rumah sakit yang biasanya ditaruh dirumah sakit, dan tempat tidur yang sedang aku pakai.
Ku mencoba untuk bangun, perlahan, dan akhirnya sekarang aku duduk. Tangan kiriku meraba kasurnya, kasur ini telah menemaniku hampir 1 bulan lebih, tapi kasur ini lebih lama telah tinggal disini, sebelum aku. Dulu, kasur ini pernah ditempati seorang anak kecil sekitar berumur 5 tahun, anak itu mempunyai penyakit kanker. Dan … Ah, tunggu! Mengapa aku bisa tahu akan hal itu. Ada apa dengan pikiranku?
Ku bangkitkan diriku, berjalan perlahan menuju jendela, ku buka tirainya, melihat keluar ternyata masih pagi. Langitnya masih gelap, ku tolehkan kepalaku menuju jam yang dipajang ditengah ruangan, pantas saja langit masih gelap, sekarang masih jam 5 pagi.
Ada apa dengan otakku? Mengapa tiba-tiba bayangan itu datang menerjang otakku?
Sebelum aku bangun, aku bermimpi, helmoni datang menjengukku. Kami berbicara banyak sekali, kami tertawa bersama sampai aku melupakan penyakitku. Lalu, disaat terakhir pertemuan, helmoni menyentuh keningku, saat itu kepalaku benar-benar sakit, tapi anehnya aku tak berteriak. Aku diam, karena merasa aman ada helmoni disampingku. Aku melihat cahaya menyeruak dari keningku, membuat mataku tak bisa bertahan untuk melihatnya. Beberapa detik kemudian, cahaya itu meredup, lalu helmoni berkata “Kau sudah sembuh JooHyun, kau tak perlu melakukan operasi apapun lagi. Kau sudah sehat untuk selama-lamanya”. Entahlah, aku benar-benar bermimpi aneh. Aku mencoba meyakini apa yang dibilang helmoni padaku, tapi perasaanku yang lain meyakini bahwa itu tak sungguhan.
Ku meraba keningku, ada rasa sedikit sakit saat ku sentuh.
Ku tarik nafasku dalam, memberikan oksigen sepenuhnya pada paru-paruku lalu mengeluarkannya perlahan. Mencoba menenangkan pikiranku. Ku pejamkan mataku. Ku dengar sebuah langkah kaki menuju arah kamarku, jaraknya 5 meter dari sini. Tuh kan, mengapa bisa seperti ini? mengapa aku bisa mengetahui hal macam ini. Dan sekarang seorang suster sedang berdiri didepan kamarku, membawa sebuah kertas yang dijepit diatas papan. Saat aku menoleh, suster itu masuk dan langsung tersenyum padaku. “Oh, kau sudah bangun. Bagaimana keadaanmu? Apakah ada yang sakit?” tanya suster itu, dia menghampiri tempat tidurku. Sekedar merapikannya.
“Aku baik-baik saja. Badanku terasa lebih sehat dibanding yang kemarin” jawabku yakin, karena aku memang merasakan tubuhku tak mengalami gangguan apapun.
“maaf, aku tak memberi infuse. Karena nenekmu yang melarangnya” kata suster itu, mengecek selang infuse yang tergeletak begitu saja. Aku menyerngit, kaget mendengar perkataannya bahwa nenek datang kesini. “Apakah nenekku datang kemarin?” aku bertanya, memastikan.
“Ya, dia datang. Dia menemanimu saat kau sedang tidur. Lalu saat akhir kunjungannya, dia berkata padaku untuk tidak memasang infuse padamu karena katanya kau mengeluh sakit” jelasnya dan membuatku yakin bahwa tentang nenek itu, bukan bohong. Dan nenek benar-benar perhatian padaku, aku memang tak betah memakai infuse itu.
Aku menghampiri suster itu. “Apakah ada yang beliau bilang lagi padamu?”
Suster itu menggeleng, “Tidak ada. Hanya itu kurasa”.
Aku kembali duduk diatas tempat tidurku, lalu mataku terpaku padanya. Dia sangat lelah, dia jaga malam sampai pagi disini. Dia mempunyai seorang anak yang sengaja ditinggalkannya untuk bekerja menghidupi mereka berdua. Anaknya dititipkan oleh kakaknya yang tinggalnya tak jauh dari rumahnya. Dan sekarang yang ada dipikirannya adalah bekerja.
Oh tidak, kekuatan ini datang lagi padaku.
“JooHyun, kau baik-baik saja?” aku mengangguk. “Sekarang sudah pagi, kalau kau mau, kau boleh jalan-jalan pagi. Untuk menghirup udara segar saja”
“Iya, nanti saja”jawabku halus. “Dimana ayah dan ibuku? Biasanya mereka menungguku”
“ Mereka sedang ke canteen, ku pikir mereka sedang meminum kopi”  aku mengangguk dan tersenyum padanya.
“Baiklah, aku pergi dulu” kata suster itu, tersenyum padaku. Dia berbalik dan berjalan pergi sampai pintu itu menutup lagi dan tak ada sosoknya lagi.
Aku harus menemui nenek setelah aku diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Aku harus meminta penjelasannya akan hal ini. Harus.
***
Dokter dan seorang suster masuk ke dalam ruang rawatku. Membawa sebuah amplop besar berwarna coklat. Saat aku menerawangi amplop itu, yang bisa ku baca adalah amplop itu berisi sebuah hasil lab ku. Tapi aku tak mengerti tulisannya, itu tulisan rumah sakit, tapi aku bisa melihat sedikit bahwa ada tulisan yang bertuliskan negative disana. Dokter dan suster itu mendekat, ibu dan ayahku menghampiriku, mereka khawatir dengan isi amplop itu. Begitu juga aku. Tapi setelah melihat tanda-tanda yang begitu berbeda dari sang dokter, aku beranggapan bahwa amplop besar yang dibawanya itu tidak akan membuat kami menangis.
“Selamat siang. Tuan Seo dan Nyonya Seo dan kau juga Joohyun” salamnya kepada kami, aku memberikan senyuman padanya.
“ada apa dok?” ibuku bertanya, dia benar-benar penasaran pada isi amplop itu. tapi dia tak ingin menunjukkan.
“Kami ingin memberitahukan tentang hasil lab kemarin,” kata dokter itu begitu menggantung. “Hasil lab menyatakan, bahwa JooHyun dikatakan dia sudah sehat! Yang berarti penyakit leukimianya hilang begitu saja. Kami juga tak tau, mengapa bisa seperti itu. tapi hasil lab ini menyatakan Joohyun negative mengalami leukemia” lanjutnya, membuatku tersenyum lebar.
Ibu dan ayahku menangis, tapi bukan menangis karena sedih. Mereka menangis kebahagiaan. Aku tersenyum senang saat mendengar ini, aku teringat kembali degan kata-kata nenen saat dimimpiku, yang menyatakan bahwa aku sudah sembuh. Dan aku benar-benar percaya padanya.
Ibu menghampiriku yang sedang berbaring, dia memberikan pelukan kebahagiaan karena aku sudah kembali sehat sekarang. Aku membalas pelukannya. Aku tak bisa berkata apapun , selain berterima kasih pada Tuhan. juga nenekku dan kedua orang tuaku.
“Baiklah Tuan Seo, kami permisi dulu dan kau Joohyun, kau boleh pulang” dokter itu mengangguk dan pergi dari kamar. Aku tersenyum. Aku sudah terbebas dari rumah sakit ini. Aku bebas dari penyakitku.
“SeoHyun, kau sudah boleh pulang. Sekarang kau ganti bajumu” Aku mengangguk dan beranjak dari kasur putih itu.
***
Aku berjalan di jalanan kecil, dengan pijakan batu-batu tumpul yang mengarah tepat pada rumah nenek yang tinggal tak jauh dari kota. Dan dari sini bisa terlihat rumahnya yang tak begitu besar tapi begitu nyaman dan tentram. Aku bisa merasakan energy positive nya dari rumah nenek.
Aku berjalan terus, dan sampai tepat didepan pintu rumah nenek. Kayu mahoni yang kekar itu yang pertama kali menyambutku.
Aku mengetuk sekali dan pelan, dan ajaibnya nenek sudah membukakan pintunya untukku. Senyuman ramahnya menyambutku dan aku membalas dengan senyuman kikuk.
“Seohyun” sapanya, tangannya mempersilahkanku untuk masuk kedalam rumahnya. Aku mengangguk dan menurutinya.
Saat aku masuk, aku disambut dengan sebuah pemandangan didalam rumah. Ya, rumahnya penuh dengan kayu-kayu jati dan mahoni yang bisa tahan bertahun-tahun. Sebuah air terjun mini, dibuat ditengah ruang tamunya. Daun-daun menjalar memenuhi rumahnya, begitu alami. Begitu nyaman, seperti merasa hidup didalam hutan.
Nenek tepat berada dibelakangku, dia menyuruhku duduk disana. Sofa empuk berwarna hijau seperti daun. Lalu, dia pergi kedapurnya untuk membuatkanku teh. Itu adalah hal yang biasanya dia lakukan, jika aku atau keluarga yang lain datang berkunjung ke rumahnya.
Secangkir teh panas telah datang. Dia menaruh diatas meja kayu kekarnya, lalu duduk tepat disampingku. Senyumannya tak pernah hilang dari wajahnya yang sudah terlihat tua. Wajahnya begitu teduh.
Aku berdeham untuk memulai pembicaraan, tapi nenek sudah memulainya. “Aku tau, tujuanmu untuk menemuiku kesini”. Aku menyerngit menatapnya, kaget dengan apa yang dia katakan barusan. “Nenek sudah tau?”
Dia mengangguk, “Kau bertanya tentang kekuatan pikiranmu?” aku mengangguk pelan, membenarkan perkataannya.
“maafkan aku telah membuatmu menjadi seperti ini. Aku hanya ingin menyelamatkanmu saja. kau adalah cucuku satu-satunya, aku tak ingin kau pergi meninggalkan keluargamu yang berada disini. Kau belum tahu, bahwa kau telah mempunyai kekuatan psikis yang hebat sama sepertiku. Kau kekal Seohyun.” Aku tak percaya dengan apa yang dia katakan padaku. Semua penjelasannya belum bisa diterima oleh akal sehatku. Pertanyaanku selanjutnya adalah bagaimana dia bisa mempelejari ini semua?
Dia mengelus rambutku yang panjang, sentuhan tangannya mengaliri sebuah kenyamanan yang luar biasa, sama seperti saat aku sedang bermanja-manja dengan ibuku, dimana rambutku dibelainya perlahan.
“Aku mempelejari ini saat umurku 30 tahun. Kau tak perlu tahu , bagaimana semua ini terjadi. yang terpenting sekarang adalah aku akan mengajarkanmu pengendalian kekuatan. Hanya itu”  Aku mengangguk dan menyetop otakku untuk tidak bertanya macam-macam lagi padanya. Sudah jelas dia bilang begitu, aku akan menurutinya. Menutup mulutku rapat-rapat.
“Minumlah dulu” dia mengangguk dan mengambil tehnya lalu menyerahkannya padaku. Aku tersenyum tipis dan menerimanya, menyesap teh itu sedikit demi sedikit. Merasakan air teh yang masuk kedalam tubuhku, seketika menghangatkan tubuhku. Merasakan ketagihan hingga aku menyesapnya lagi dan lagi.
“Ada yang perlu kau tahu Seohyun. Kekuatan ini tak sepenuhnya gampang kau gunakan kau harus tata cara aturannya. Kau masih pemula, kekuatan itu masih labil dalam dirimu” Aku mengangguk.
“Jika kau ingin menahan pikiranmu untuk membaca pikiran orang, kau harus mempengaruhi dirimu. Caranya, kau pejamkan matamu, dan buatlah seolah-olah ada tembok besar yang menghalangimu, lalu buanglah nafasmu perlahan dan katakan ”Tidak”. Aku yakin, kekuatanmu itu akan menurut padamu.
Aku mengangguk sekali lagi. Mengsave semua perkataan nenek ke otakku.
“Lalu apakah ibu dan ayah tau tentang ini?”
Nenek menggeleng pelan, “Tadinya, nenek ingin bercerita denganmu. Tapi hati ini berkata lain, dan keadaan yang membuat nenek harus menjatuhkan kekuatan ini padamu”
***
Aku melewati beberapa kelas yang sepi, ini masih sangat pagi, mungkin hanya aku sendirian yang berada disekolah saat ini. Tapi tidak, aku merasakan energi lain disini, bukan hanya aku saja yang berada disekolah ini. Aku berjalan melewati beberapa anak tangga, dan berjalan lagi menuju kelasku yang berada diujung koridor lantai 2. Tempatnya sedikit gelap, karena sinar matahari terhalang oleh pohon besar yang berada diluar sana. Ku lihat, Kyuhyun, si pria pendiam dan misterius itu sudah berada ditempatnya. Tempat duduk paling pojok yang gelap.
Aku masuk ke kelas, menempati tempat dudukku yang biasanya. Kalau Kyuhyun berada dipojok kiri, akulah berada dipojok kanannya. Dia sama sekali tak bereaksi apapun saat aku datang, dia tetap pada buku yang dia baca.
Ku ambil buku bacaanku yang diberikan nenek kepadaku. Aku disuruh untuk membaca buku buatannya, karena ini perlu untuk diriku. Buku ini berisi tentang bagaimana mengusai pikiran sendiri untuk tidak seenaknya membaca pikiran orang lain. Ku buka sampul buku itu, tak ada yang menarik memang dari sampulnya, lalu kubuka lembar yang kedua. Tulisan nenek begitu rapi disini, Yang pertama kali dia tuliskan disini adalah bagaimana cara mentamengi dirimu dari hal yang tak baik.
Ku hela nafasku panjang, melihat buku ini yang terlalu tebal. Ada rasa malas yang membuatku enggan untuk membuka lagi lembar selanjutnya.
Tapi, ada rasa penasaran dalam benakku. Ku lirik Kyuhyun yang masih asyik dengan bukunya yang bersampul hitam itu. Dia tak peduli dengan sekitarnya, dia begitu kuat sendirian, tak mempunyai teman, tidak berbicara apapun. Sejujurnya, aku ingin sekali merasuki pikirannya, membaca pikirannya, tapi itu tidak boleh dilakukan. Aku tak boleh seperti itu.
Mataku terpaku pada sosok Kyuhyun. Memperhatikan sosoknya dari samping. Rambutnya yang sedikit ikal, kulitnya yang begitu putih, hidungnya yang mancung, matanya yang begitu tajam dan pakaiannya yang begitu stylish. Membuatku tak berhenti-henti untuk memandanginya. Aku bukan cinta padanya, tapi aku menyukai gayanya. Jarang sekali, murid pria yang berada disekolah ini seperti dia.
Ku dengar banyak orang yang berjalan kekelas ini, ku palingkan wajahku dari Kyuhyun menuju buku nenek. Tak ingin ketahuan oleh siapapun kalau aku tadi sedang memandangi Kyuhyun. Aku tak ingin.
“SEOHYUN!” aku mendongak pada Sunny eonni yang sudah berada didepan pintu sedang meniriakiku kesenangan. “eonni”
Dia menghampiriku dan duduk dibangku yang berada disampingku, wajahnya begitu ceria hari ini.
“Hei, kau sudah pulang. Aku senang kau sudah pulang. Aku kesepian saat kau tak ada” kata Sunny eonni, memberikan sebuah senyuman tanpa batasnya.
“Aku juga senang bisa bertemu denganmu lagi. Aku juga kesepian dirumah sakit”  aku sedikit mengurucutkan bibirku.
“Haha, tapi kau benar-benar sembuh Seohyun? Itu benar-benar keajaiban”
“Yeah, aku benar-benar sembuh. Aku juga tak percaya, mengapa aku bisa sembuh dengan cepat seperti ini.” jawabku, ada kebohongan saat diakhir kalimatku. Sebenarnya  aku tahu apa yang membuat diriku sembuh seperti ini.

“Inilah oleh-oleh menjadi orang baik” gerutuku saat melihat semua buku-buku tulis yang menumpuk diatas mejaku. Aku baru saja beberapa hari masuk sekolah, sudah dimintai mengerjakan tugas mereka. Aku tau semua yang ada pikiran mereka, berbuat padaku sebelumnya, lalu meminta bantuan tanpa rasa kasihan sedikitpun.
Sunny. Dia tadinya ingin membantuku, tapi setelah Sungmin oppa datang kekelas dan mengajaknya kencan, dia dengan cepat mengurungkan niatnya untuk membantuku mengerjakan ini semua. Aku tak marah, toh, dia juga berhak untuk pergi kencan itu. Aku tak bisa melarangnya untuk pergi dan menemaniku mengerjakan tugas yang sebanyak ini. Aku bukan teman yang seperti itu.
Pulang sore.
Pasti tak ada orang. Eh.. ada orang ternyata.
Ku lihat Kyuhyun masih ditempatnya, kukira dia sudah pulang. Apakah dia punya tugas juga? Tapi tak mungkin, dapet tugas dari siapa dia? Dia adalah anak yang rajin dan pintar, dia selalu menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Tak mungkin dia diberikan tugas lebih. Dan… tak mungkin dia juga disuruh oleh murid-murid dikelas ini. Dia kan pendiam dan tak punya teman.
Saat aku sedang memperhatikannya, kepalanya berbalik padaku dan dia sedang memandangku. Dengan cepat kukembalikan pandanganku pada buku-buku dimejaku. Berusaha bersikap seperti biasanya. Berpura-pura tak menoleh padanya, berpura-pura tak melihat dia, dan berpura-pura bahwa dia tak ada disini.
            Akhirnya selesai juga.
Aku menghela nafas lega. Semuanya sudah selesai, tepat sebelum jam 5 sore. Ku ambil semua buku-buku itu dan dimasukkan kedalam rak-rak buku yang berada dibelakang kelas. Tepat beberapa langkah dari tempatku duduk. Setelah itu, ku bereskan semua barang-barangku dan dimasukkan kedalam tas. Ku lirik ke  rah samping, aku kira Kyuhyun sudah pulang. Ternyata dia masih betah dalam bangkunya, dia masih ingin disekolah dan tak pulang. Ada apa dengannya?
Oh.. Seohyun, lupakan! Aku tak boleh membaca pikirannya. Aku tak boleh memasuki ruang lingkup pikirannya. Aku tak boleh mencampuri kehidupan orang lain.
Tapi aku manusia! Aku pasti punya rasa penasaran!
Tapi tidak! Kekuatanku bukan untuk hal yang seperti itu.
Ku pejamkan mataku, lalu membuat benteng besar seperti yang nenek ajarkan padaku. Lalu menarik nafas dalam dan katakan “TIDAK” pada otakku. Ayolah, pasti bisa menerimanya.
Kulihat lagi Kyuhyun, dia mulai bergerak. Dia menutupi kepalanya dengan tudung pada jacketnya. Lalu menggendong tas dipundak, dan beranjak dari tempatnya. Aku memperhatikannya, setiap langkahnya. Tapi seketika dia berhenti, tepat di daun pintu.
Aku menyerngit. Aneh tingkah lakunya.
“Jangan pernah diam-diam melihatku. Aku tak suka” kata Kyuhyun pelan-angkuh. Tapi masih bisa terdengar olehku. Aku tersentak kaget. Dia tau apa yang ku lakukan. Mataku terpaku pada sosoknya yang sedang berdiri disana, dia berbicara padaku tanpa menoleh.
Saat aku ingin mengeluarkan suara, dia sudah pergi dari sana dan meninggalkanku sendirian dikelas. Aku menghela nafas berat. Aku hanya melihatnya, apa salahnya kagum padanya. Tak heran dia selalu dijauhi.
Ku bawa tasku, dan berjalan pergi meninggalkan kelas. Ku hanya berjalan seperti biasa, tapi, Kyuhyun. Mengapa dia cepat sekali jalannya? Dia hanya pergi beberapa menit sebelum aku pergi. Lalu, dia sudah tak ada. menghilang bagaikan hantu.
Bagaimana? Maaf, aku belum masukin moment mereka berdua. Ini ‘kan masih awal banget yahaha.
[Sesudah Baca Minta Pendapat / Komentarnya ya ?]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar