Selasa, 28 Agustus 2012

Different [Part-2]



                          Different [Part-2]



Title : Different
Cast :
Seohyun – Seo JooHyun
Kyuhyun – Cho Kyuhyun
Lee SunKyu – Lee Sunny
Type  : Series
Rating : 13+
Summary : Seohyun tiba-tiba mendapatkan kekuatan psikis yang hebat. Apakah dia bisa mengendalikannya dengan baik? Apakah kekuatannya ini bisa membawa keburuntungan atau kesialan?
Disclaimer : Cast milik Tuhan, ayah-ibu mereka, dan juga SM. dan jalan cerita ini, semua punya otakku. karena otakku yang bekerja untuk membuat ff ini.
Ini ff yang aku janjiin kemarin.
Ini baru part awal-awal, jadi belum bisa menemukan SeoKyu moment yang ‘wow’ . Jadi harap bersabar akan hal itu.
So, Let’s Read ! Berikan comment kalian yah, biar aku bisa memperbaiki ff ini jika ff ini banyak kesalahan atau gimana.

Pagi ini aku ingin telat saja, aku tak ingin berangkat pagi-pagi seperti hari-hari kemarin. Perasaan takut selalu menghampiriku saat aku ingin berangkat pagi. Karena Kyuhyun aku menjadi takut berangkat pagi seperti ini. Tatapan tajamnya saat aku sedang diambang pintu, matanya yang hitam lekat itu membuatku enggan untuk melihatnya lagi. Perasaan itu terus menjalar dalam diriku, mengalir kedalam otakku dan membuatku untuk tidak berangkat pagi. Aku memang sekelas dengannya sudah hampir setengah bulan, tapi aku tak pernah menerima tatapan yang mengerikan yang seperti itu.
Ku pandangi diriku melewati cermin yang sekarang berada didepanku.
Meraba bayangangku yang terpancul dari cermin, berpura-pura menghapus diriku dari sana.
Apakah aku akan bertahan dengan kekuatan seperti ini. Aku benar-benar tak bisa mengendalikannya. Semua pikiran-pikiran orang terus masuk kedalam pikiranku dan akhirnya aku mengetahui apa yang mereka pikirkan. Bukankah itu namanya “Lancang” ? Sebenarnya memang begitu. Tapi kadang-kadang kekuatan itu tak terduga, semuanya akan berhenti, seperti ada benteng yang tiba-tiba berdiri kokoh dan menghalangi semua pikiran-pikiran orang itu masuk kedalam otakku.
Aku tak bisa mengendalikannya , walaupun aku sudah membaca buku itu dan mempraktekannya. Semuanya terasa percuma saja. Aku senang bisa sehat kembali, tapi juga tak ingin kembali dengan keadaan yang seperti ini.
Ku pandangi jam dinding bergambar keroro yang menjadi backgroundnya. Ini sudah jam tujuh kurang. Tapi enggan rasanya untuk beranjak dari kamar ini. Aku merasa aman, jika berada didalam kamar ini. tak ada semua pikiran-pikiran orang yang masuk kedalam otakku. Hanya ada pikiranku didalam ruangan ini. Aku memejamkan mata, mengambil nafas yang dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Berharap bisa menenangkan semua pikiranku.
Deringan ponsel menggema dengan tiba-tiba, ini dari Sunny eonni, dia ingin menanyakanku ‘Mengapa aku belum datang?’. Ku ambil ponselku yang tergeletak diatas meja rias, menekan tombol hijau yang berada disisi kanan ujung paling bawah. Menempelkan ponsel itu pada indera pendengarku.
“Maafkan aku, eonni, aku telat bangun. Aku akan segera berangkat.” Aku mengakhiri sambunganku dengan menekan tombol merah yang berada tak jauh dari tombol hijau. Ku ambil tasku yang berada diatas tempat tidur, memasukkan ponselku ke dalam tas dan bergegas pergi dari kamar.
Ku turuni anak tangga yang mengarah pada ruang keluarga, ku lihat tak ada siapapun disana. Tapi, aku tau, mereka sedang berada di dapur sedang melakukan sesi sarapan pagi untuk mengganjal perut di pagi hari.  Aku menghampiri mereka ke dapur, ibu dan ayah sedang memakan roti mereka.
“Joohyun, mengapa telat sekali bangunnya” ucap ibuku saat aku masuk dan duduk didepannya. Aku tersenyum malu, “Mianhae eomma, kemarin malam aku tak bisa tidur. Sehingga aku bisa bangun telat”
Ibuku tersenyum, menyerahkan segelas susu putih padaku.”Minumlah, habiskan”
Aku mengangguk, menerima susu itu dan meminumnya sampai tetes terakhir. Aku pun berdiri, membungkuk hormat pada mereka. “Aku pergi dulu ya. Mian, aku buru-buru”
—-
Aku berjalan menyusuri lorong, melewati setiap kelas yang pintunya sudah tertutup rapat karena jam pelajaran sudah dimulai. Ya, aku sudah bisa menebaknya, kalau akau akan telat datang ke sekolah. Aku memang berusaha untuk telat. Tidak apa-apa kalau aku dipukuli oleh kepala sekolah karena telat, yang terpenting adalah aku tak bertemu dengan pria itu pagi-pagi.
Ku lihat telapak tanganku bekas dipukuli oleh kepala sekolah tadi. Mataku melebar saat mengetahui luka memar yang baru saja aku alami. Hilang begitu saja. Ini tidak mungkin, di luar akal sehat manusia.
Hilang.
Dan pantas saja, seperjalananku menuju koridor, aku tak merasakan sakit yang menjalar dari telapak tanganku.
Aku berhenti tepat didepan kelasku, kulihat melalu kaca kecil yang terpasang pada pintu, Hong SungMi Seonsaengnim atau yang biasa dipanggil Dana Seonsaengnim sedang mengajar dikelasku. Jam pelajaran pertama adalah pelajaran sejarah. Ku langkahkan kakiku, tanganku perlahan membuka pintu itu.
Semuanya memperhatikanku, kecuali pria yang dipojok sana itu.
Aku hanya bisa memberikan sederet gigiku, nyengir tak jelas. “Maafkan aku, sudah terlambat” aku membungkukkan badan, beberapa kali.
Dana seonsaengnim menaruh kapur putihnya, dia berjalan ke arahku. Tapi dia berjalan ke arahku bukan untuk menghukumku, dia hanya menasihatiku. “Sudahlah, kau kembali ke tempatmu”
Aku tersenyum, memberikan bungkukan hormat sekali lagi padanya dan berlari kecil menuju tempatku yang biasa aku tempati. Dana seonsaengnim mengambil kapur nya lagi dan kembali pada papan tulis untuk menulis beberapa hal yang berada dalam buku.
Aku membuang nafas lega.
Kukeluarkan bukuku dari dalam tas, menaruhnya diatas mejaku. Sedetik lagi, Sunny akan membalikkan badannya padaku. Dia akan menanyakan hal yang sama saat tadi dia menelponku dan beberapa hal lainnya tentang kencannya dengan Sungmin Sunbae. Ku ketuk pulpen ke atas meja, dan pas sekali Sunny berbalik padaku.
“Seohyun-a” dia berbisik, berusaha melihatku dari bahunya, aku mendekat. “Ada apa?” tanyaku pura-pura tidak tahu.
“tak biasanya kau terlambat” dia kembali berbisik, hanya kali ini sedikit lebih kecil volumenya dibanding yang tadi. Karena dia tak mau ketahuan oleh Dana Seonsaengnim.
Aku tersenyum, “Aku telat karena aku telat bangun. Tak ada yang perlu dikhawatirkan” dia mendengus, karena kiranya ada yang terjadi denganku pagi ini. “Apakah ada hal yang lain?” aku berusaha memancingnya, karena tadi sempat dia berpikir untuk menahan ceritanya dengan Sungmin Sunbae.
Dia berhenti sejenak, kepalanya tidak lagi berusaha menoleh. Dia masih memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskannya padaku.
Aku tersenyum, aku tak ingin memaksanya. Sedikit memajukan badanku, tanganku menyentuh pundaknya. “Sudahlah, nanti saja.”
Waktu istirahat tiba, tapi aku tak mempunyai keinginan untuk datang ke canteen sekolah. Aku merasa sangat kenyang hari ini, padahal hanya meminum susu saja. Aku masih tetap pada tempat dudukku, masih asyik membaca novel yang baru ku beli kemarin sore di toko buku.
Sunny, dia masih belum membicarakannya tentang Sungmin Sunbae yang kemarin mengajaknya menemui orang tua dari Sungmin Sunbae. Dia masih malu untuk mengutarakannya padaku. Dia masih terlalu shock, karena diajak oleh Sungmin Sunbae menemui orang tuanya. Ya, dia benar-benar bahagia sekarang. Setidaknya, Sungmin Sunbae benar-benar serius pada Sunny akan cintanya.
Aku kembali pada cerita dibuku.
Cerita yang menarik. Buku ini berceritakan tentang dua perbedaan antara dua manusia yang menjadi kekasih, yang laki-laki mempunyai rahasia besar dan sedangkan perempuan juga begitu. Tapi diantara mereka berdua tak ada yang tahu rahasia masing-masing. Sungguh mengesankan.
Ku menutup buku itu. Tak berniat lagi untuk membaca lebih lanjut ke halaman berikutnya. Ku masukkan lagi ke dalam tasku. Ku lihat isi tasku, ku lihat buku pemberian nenek masih betah didalam tasku. Ku ambil buku itu, tidak tahu kenapa, aku kembali tertarik membaca buku ini. Padahal sudah dua hari aku tak membaca, menyentuhpun tidak.
Ku letakkan buku itu diatas meja, membuka halam ke 124, halaman terakhir yang ku baca.
Ku membaca tiap kata yang tertulis pada buku itu. Memasukkannya kedalam otakku dan akan selalu mengingatnya. Halaman berikutnya, menarikku membaca lebih dalam lagi, padahal awal-awal halaman aku kurang begitu tertarik. Tapi entahlah, rasanya buku ini seakan mempermainkanku. Kadang aku akan jenuh dan terkadang aku akan ketagihan saat membacanya.
Aku menyetop mataku dari tulisan-tulisan ini. Entah ada apa denganku, tiba-tiba aku ingin melihat Kyuhyun. Aku menahan pikiranku untuk tidak mengoprasikan kepalaku untuk menoleh pada Kyuhyun. Tapi tidak bekerja.
Ku lihat Kyuhyun dari tempatku. Tempatnya tidak dijangkau oleh sinar matahari, karena dari itu, dia begitu terlihat gelap dan misterius.
Dia diam.
Dia begitu membuatku penasaran.
Aku kembali lagi pada buku dimejaku. Aku tak ingin lama-lama melihatnya, aku sudah dibilang olehnya kalau tak boleh melihatnya diam-diam karena dia tak suka itu. Dan aku—mungkin akan menuruti perkataannya itu.
Sunny sebentar lagi datang. Dengan segera aku memasukkan buku pemberian nenek ke dalam tasku. Dan kembali pada novel yang aku baca beberapa menit yang lalu sebelum aku membaca buku pemberian nenek.
“Seohyun” dia memanggil dari ambang pintu. Wajahnya yang imut itu selalu saja, tak pernah berubah.
Aku menarik sebuah senyum dibibirku, memanggilnya dengan sebuah isyarat dari jemariku. Ku lihat dia berlari kecil ke tempatku, dan langsung menjatuhkan dirinya ditempatnya. Dia duduk menghadapku dan memandangku penuh dengan keriangan yang murni dari dalam hatinya.
Aku berpura-pura menunggu, menanti mulutnya terbuka untuk bilang tentang apa yang dia sengaja sembunyikan dariku. Aku mengetuk-ketukkan jariku diatas meja, sedangkan tangan kiriku menopang kepalaku, bosan menunggu Sunny yang sampai menit ke sepuluh belum juga mengeluarkan suaranya.
“Ada apa ?” aku mulai bertanya.
Dia menyengir, “ aku diajak makan malam kemarin bersama Sungmin oppa” dia mengatur nafasnya, menjeda kalimatnya. “Dan aku diajak makan malam bersama keluarganya. Ku kira aku akan ditendang atau apalah itu. Tapi dugaanku salah, mereka menerimaku dengan sangat baik. Oh Tuhan…”
Aku menarik sebuah senyuman lebar dan kedua tangan yang terbuka, bangun dan membungkuk untuk memeluknya. Dia menerima pelukanku.
“Sungguh bahagia” kata ku, melepaskan pelukan dan kembali duduk ditempat. Sunny mengangguk, membenarkan perkataanku. Wajahnya benar-benar bahagia sekarang, dia seperti orang yang akan menikah besok padahal hanya di ajak makan malam bersama kekasih dan keluarga sang kekasih saja.
—-
Kejadian ini terjadi lagi. Aku harus berlama disekolah karena harus mengerjakan lagi tugas-tugas yang menumpuk diatas mejaku. Ku mendengus kesal, bosan dengan pemandangan yang berada diatas mejaku—buku-buku bertempukan bagaikan sebuah balok bangunan yang disusun oleh anak kecil. Tapi ini bukan balok mainan anak-anak yang bisa dikerjakan dengan mudah, ini adalah buku tulis siswa SMA yang harus aku kerjakan dengan cermat.
Apakah hanya aku yang berada diruangan ini? Jika ya, bagus deh. Tapi jika tidak, aku tak berani menoleh pada sisi gelap dipojok itu. Aku tak berani menatapnya lagi, jika sedang sepi seperti ini.
Aku kembali menyuruh otakku untuk berpaling pada Kyuhyun.
Aku berani membaca pikiran ibu, ayah, Sunny dan yang lain. Tapi untuk pikiran Kyuhyun… rasanya seperti ada tembok besar yang menghalangiku untuk lebih jauh masuk kedalam dunia gelap pribadinya. Matanya yang gelap itu membuatku seakan membuatku tak berkutik sedikitpun, hanya bisa mengatup bibir erat. Dan sejujurnya, aku baru pertama kali mendengar suara Kyuhyun saat itu saja, saat dia menyuruhku untuk tidak memandanginya lagi. Suaranya yang berat-angkuh-tertahan, seakan memenuhi ruangan kelas saat itu, walaupun suaranya pelan.
Dia tak pernah mengeluarkan suara sedikitpun, kalau dipanggil guru, dia hanya mengangkat satu tangannya. Jika dia dipanggil maju ke depan, dia hanya mengangguk lalu maju tanpa basa basi.
Dia begitu misterius.
Dia pendiam.
Dia begitu berbeda.
Lebih baik lupakan dia. Aku harus mengerjakan semua ini, kalau tidak cepat dikerjakan, aku akan ke sorean di sekolah. Bisa-bisa ibu khawatir dengan keadaanku dan akhirnya terus menelpon ponselku. Dan aku sedikit terganggu akan hal itu.
Aku kembali menulis, mengasah seluruh otakku.
Sore sudah menjelang, tinggal beberapa kata yang kutulis, dan… selesai. Semuanya sudah selesai, ku tutup buku terakhir, lalu ditaruh dipaling atas tumpukan buku yang berada didepanku. Ku taruh semua buku itu ditempat biasanya—rak buku paling belakang. Setelah menaruhnya, aku langsung mengambil tasku dan … Kyuhyun berjalan didepan kelas, dia ingin keluar dari kelas disaat bersamaan aku ingin keluar juga. Kyuhyun berjalan dengan jacket hitam dan tudungnya selalu menutupi kepalanya, tas ransel hitam yang selalu dia gantung dibahunya dan kedua tangannya selalu diselipkan pada saku celana sekolahnya. Dia begitu keren.
Aku sampai lupa, kalau aku tak boleh memperhatikannya seperti ini.
Lalu dia berhenti diambang pintu, aku yakin dia akan menoleh padaku. Dan… benar saja! Dia memandangku, matanya yang hitam lekat itu tertuju padaku, matanya yang tajam itu seperti menusuk pandanganku. Aku mengatup bibirku erat, tapi mataku seperti tak ingin lepas dari matanya.
“Aku… Sudah bilang padamu. Jangan pernah diam-diam melihatku seperti itu” ucapnya dan pergi berlalu begitu saja. Aku tak berani menjawab.
Apakah dia tau, tadi aku sempat melihatnya diam-diam lagi?
Aku hanya mendengus, dan segera pergi dari kelas. Dan lagi-lagi, Kyuhyun sudah tak berada dilorong. Lorong ini kan sangat panjang untuk mencapai tangga yang berada disana, tapi kenapa dia tiba-tiba sudah tidak ada.
Apakah dia berlari?
Tapi aku tak mendengar sedikitpun langkah lari Kyuhyun.

Aku masuk ke dalam kamarku. Menutup pintu dan menguncinya. Ku lemparkan tasku ke atas tempat tidurku, membuka dasi yang sedaritadi pagi terus melekat pada kerah bajuku, lalu melemparkannya ke sembarang arah.
Ku jatuhkan tubuhku pada kasur empuk ini, mataku memandangi langit-langit kamarku yang berwarna putih pucat.
Aku benci dia !
Tapi aku juga penasaran dengannya. Tingkah lakunya yang begitu misterius, ingin selalu membuatku ingin membaca pikirannya. Aku ingin tau, ada apa dengannya! Aku ingin tau!
Kyuhyun. Siswa yang sekelas denganku. Siswa yang paling aneh dibanding dengan seluruh siswa laki-laki yang berada disekolahku.Pria yang selalu bertingkah dingin kepada semua orang. Termasuk guru. Apakah dia dengan orang tuanya juga begitu? Aku tak mengerti dengan jalan pikirannya. Apa keuntungannya dia bersikap seperti itu. Menurutku itu tidak menguntungkan sama sekali. Kedinginannya, tak peduliannya, diamnya. Dan segalanya yang bersangkutan dengannya bisa membuatku mati gila karenanya.
Padahal, dulu, aku tak seperti ini. tak terlalu penasaran seperti ini. Tapi akhir-akhir ini, seperti ada yang menarikku untuk menginginkan lebih untuk mengetahui dirinya.
Aku membuang nafasku. Mengingatkan otakku untuk berhenti memikirkan Kyuhyun.
“Ayolah berhentilah”
Kudengar langkah kaki seseorang menghampiri kamarku, dia adalah Sunny dengan barang belanjaan yang begitu banyak. Tak lama, dia mengetuk pintu.
Aku beranjak berdiri, dan berjalan untuk membukakan pintu untuk Sunny.
“Seohyun-a, annyeong” dia tersenyum lebar, memperlihatkan barang belanjaannya yang begitu penuh digenggaman tangannya.
“Banyak sekali” kataku, mengambil beberapa tas belanjaan miliknya. “Masuklah”
Dia masuk dan langsung melemparkannya keatas kasurku. Dan dia sendiri juga menjatuhkan tubuhnya pada kasurku. Aku menutup pintu dengan kakiku, lalu menghampirinya dan duduk disampingnya. Menaruh belanjaan itu tepat disampingnya. Dia merentangkan tangannya lebar, seperti sedang mengambang diatas air yang tenang.
Tak perlu dia menjelaskannya. Dia datang kesini untuk cerita padaku. Bercerita tentang hubungannya dengan Sungmin Sunbae yang sedang tak baik, karena Sungmin Sunbae harus sibuk dengan tugas-tugas akhirnya untuk menghadapi ujian. Dan dia, sudah kutebak, dia malah marah dan tak ingin bertemu dulu dengan Sungmin Sunbae, makanya dia bisa berbelanja hebat seperti ini.
Sunny menarik nafasnya dalam lalu mengeluarkannya perlahan. “Aku bertengkar dengan dia” katanya. “Dan ini karena kegoisanku”
Aku mengangguk, tersenyum penuh arti padanya. “Memang apa keogisanmu, hem?”
Dia bangun, dan duduk disampingku. Matanya terpaku pada motif-motif kasurku. “Aku tak mengerti keadaannya. Aku… Aku… Aku egois!” dia mulai terisak, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Aku pun langsung memeluknya, menepuk-nepuk pundaknya pelan untuk meredakan tangisnya yang sekarang semakin deras.
“Sudahlah. Yang sekarang kau harus lakukan adalah meminta maaf pada Sungmin Sunbae bukannya menangis meratapi kesalahanmu” nasehatku. Dia mengangguk pelan dalam pelukanku.
Ku melepaskan pelukanku, karena dia mulai memberhentikan tangisannya. Aku menghapus airmatanya dengan kedua ibu jariku. “Sudah ya.” dia mengangguk.
“Oh ya, maafkan aku. Tadi aku meninggalkanmu untuk mengerjakan semua tugas itu sendiri. Mianhaeyo” aku tersenyum dan menggeleng.
“Bukan salahmu. Semua sudah selesai.” Jawabku.
“Oh ya. Apakah Kyuhyun sama seperti kemarin-kemarin. Suka pulang sore?” tanya Sunny dan dijawab dengan anggukanku.
“bagaimana dia?” tanya Sunny seperti penasaran dengan Kyuhyun.
Aku kembali mengingat perkataan Kyuhyun. “Aku tak memperhatikannya. Jadi aku kurang tau dia berbuat apa”
Wajahnya terlihat sedikit kecewa.
“Memang ada apa?” aku kembali bertanya. Mataku terpicing.
Sunny tampak berpikir, ingin mulai darimana dia bercerita. “okey, mm, banyak orang-orang membicarakannya. Kau tau, mereka berpikir bahwa Kyuhyun adalah seorang….” Dia menggantungkan perkataannya, tapi dia juga tak mempertahankan jawabannya dalam pikirannya. Sehingga aku tak tau, apa yang sedang dia pikirkan.
Mataku memaksanya untuk segera melanjutkan perkataannya.
“Okey. Banyak orang bilang, bahwa Kyuhyun adalah psikopat atau yang paling parah lagi bahwa Kyuhyun adalah jelmaan vampire.. Haha aneh kan?” Sunny tertawa ringan, sedikit menutup mulutnya dengan tangan kurusnya.
Kepalaku sedikit menjauh, dahiku mengkerut. “Apa buktinya mereka mengatakan itu?”
“bukti pertama : Kyuhyun tak suka duduk didepan, dia suka sekali di pojok…” jawab Sunny. “tapi aku juga suka duduk dipojok dan paling belakang”  aku memotong perkataan Sunny, karena sedikit tak terima dengan alasan itu.
“hey, sabar! Aku belum selesai menjelaskannya”
Aku memutar kedua bola mataku, “baiklah. Lanjutkan”
“dia dipojok paling gelap dan terjauh dari sinar matahari. Kau tau cerita tentang vampire? Mereka paling tak suka dengan matahari kan. Bukankah sama seperti kyuhyun. Lalu yang kedua: Dia selalu diam tak pernah mengeluarkannya , berdeham pun tidak. Kau tau kan cerita tentang psikopat? Ya mereka selalu diam, tapi diam-diam bertindak aneh. Dan ketiga: Apakah kau pernah melihat matanya? Matanya begitu jahat dan tajam. Dan empat: kau lihat kulitnya yang pucat putih itu? sama seperti kulit orang mati. Dan kelima: Dia tak pernah makan, Seohyun”
Aku menunduk, mataku terpaku pada pangkuanku. Mencerna setiap perkataan yang keluar dari mulut Sunny. Menyatukannya pada kenyataan yang ada. Semua bukti itu memang benar. Mata Kyuhyun yang tajam saat melirikku, kulitnya yang putih pucat seperti orang mati, dan tempatnya yang tak pernah terjangkau dengan sinar matahari dan…dia juga tak pernah makan apapun selama disekolah. Apakah Kyuhyun…tidak! Kyuhyun bukan psikopat, vampire atau apapun. Dia makhluk yang normal sama seperti kami semua. Vampire? Apakah mereka benar-benar ada? Ini dunia modern, apakah mungkin ? Tapi kemungkinan sebagai psikopat memang ada.
Mataku beralih pada Sunny, berharap yang diakatakannya itu adalah bohong. Tapi tidak! Matanya tak terlihat, bahwa dia bohong. Dia benar-benar jujur.
Sunny mengibaskan tangan mungilnya didepan wajahku, membuatku mundur sedikit. “Kau tidak apa-apa?” aku menggeleng lemah, masih ingin memikirkan masalah ini.
“Hey Seohyun” Sunny memanggil lagi dan aku menyerah untuk memikirkan ini lagi.
Aku menarik nafas lalu mengeluarkannya perlahan, menetralkan seluruh pikiranku dari hal-hal yang menyangkut tentang Kyuhyun.
“Mian, aku hanya sedang berpikir” kataku memberikan senyuman tipis.
Sunny mengangguk, tangan kanannya mengambil salah satu tas belanjaan yang berwarna coklat yang tak jauh dari tempatnya. Tanganya masuk kedalam tas itu dan mengambil sebuah pakaian yang berada didalamnya. “Ini untukmu. Cocok untuk jalan-jalan”
Aku menyerngit, “apakah aku harus menggantinya?” tanyaku bercanda, aku tau dia benar-benar membelikannya untukku. Hanya sebagai hadiah persahabatan.
“Ya, kau gantikan dengan gaun yang berada dietalase toko “La Mode” itu untukku.” Jawabnya dengan nada yang begitu menjengkelkan.
“Hei, enak saja” aku mengambil baju itu. Aku tidak mungkin membelikan baju bergaya prancis itu padanya, karena uang jajanku saja kurang sekali untuk membayar baju itu.

Aku berjalan menyusuri jalanan kota kali ini. Aku sedang mencari toko buku yang menjualkan beberapa buku lama yang sedang aku incar belakangan ini, karena aku telah membaca prolognya disebuah situs. Aku mendongak untuk melihat plang-plang yang berada diatas. Melihat beberapa toko yang dibuka hanya khusus dimalam hari.
Sebuah toko buku bergaya lama dengan sentuhan lampu berwarna kuning diatas pintunya, membuatku tergoda untuk memasukinya.
Aku membuka pintu yang sudah tua ini. Aku yakin ini adalah sebuah toko lama, tapi aku tak pernah datang kesini, karena kurang begitu tertarik. Aku memasukinya, seorang wanita muda menyambutku dengan senyumannya dan seorang wanita separuh baya yang berjaga dikasir. Aku tersenyum kepada mereka, lalu membungkuk.
“Selamat datang” salam keduanya padaku, aku hanya mengangguk.
Aku berjalan menyusuri rak-rak buku yang tingginya hanya sepundakku. Mencari sebuah novel lama yang sedang kuincar. Yah, aku tak salah masuk kedalam toko ini, mereka memang menjual buku-buku lama yang beredar beberapa tahun lalu. Mataku mencari beberapa rentetan buku yang disusun sangat rapih.
“Ah ini dia” aku menunjuk salah satu buku yang berada paling pojok tempatnya. Sampulnya berwarna coklat tua dengan sentuhan warna merah dibagian atas bukunya. Aku menariknya dari sana.
Tapi aku tak pergi begitu saja, aku berkeliling untuk mencari buku-buku yang menarik dari sini. Mataku berhenti pada suatu buku yang berjudul tentang “Psikopat touch you” membuatku bergidik, tapi tetap penasaran dan mengambilnya. Ku membaca bagian belakang, dimana seluruh prolog berada disana. Aku membacanya dengan seksama. Buku ini menarikku untuk membacanya lebih dalam lagi. tanpa basa basi aku langsung mengambilnya dan berjalan kea rah kasir.
“Ini saja?” ucap kasir wanita itu padaku dengan senyum yang tak pernah putus dari wajahnya. Aku mengangguk dan tersenyum, mengambil beberapa lembar uang dari dompet keroroku.
“Ini dia” dia menyerahkan buku-bukuku yang sudah kubeli dalam sebuah kantung plastic berwarna putih.  Aku menyerahkan uangku dan menerima bungkusan itu.
“Terimakasih telah datang” ucap perempuan yang berada tak jauh dari pintu keluar, aku hanya membungkuk dan tersenyum, lalu keluar dari tempat itu.

Hari ini aku sengaja untuk tidak pulang dengan cepat, aku ingin berbicara dengan Kyuhyun. Entah ada apa denganku, begitu beraninya dengan Kyuhyun. Tapi aku memang benar-benar penasaran dengannya. Aku ingin melihatnya secara utuh, bukan menatapnya secara diam-diam dan dari samping tempat dudukku. Aku duduk dibangkuku, berpura-pura membaca buku yang berada diatas mejaku. Aku tidak benar-benar serius membaca, tapi memperhatikan Kyuhyun melalu penglihatan supernaturalku.
Ini sudah jam lima sore, sebentar lagi Kyuhyun akan beranjak dari tempatnya. Aku mengetukkan jariku diatas meja, menghitung beberapa ketukan lagi hingga Kyuhyun benar-benar beranjak dari tempatnya. Mataku sedikit melirik Kyuhyun yang jauh beberapa langkah dari tempatku. Ku merasakan jantungku rasanya tak karuan, seperti menahanku untuk tidak berbicara dengan Kyuhyun. Tapi tidak! Aku sudah tetap pada pendirianku.
Kyuhyun sudah mulai bergerak, dia sedang menutup kepalanya dengan tudung pada jacketnya. Dia mulai berjalan kedepan, sedangkan aku juga mulai beranjak dari bangkuku. Mulai berjalan perlahan sampai kami berdua bertemu didepan pintu.
Aku berdeham, tanganku dengan beraninya menarik tangan Kyuhyun dari dalam sakunya. Baru kali ini aku menyentuhnya dan bisa sedekat ini. Tapi Kyuhyun tidak menapakkan sisi jahatnya, wajahnya begitu datar hingga membuatku bingung.
Tanganku gemetar. Aku rasa dia dapat merasakan tanganku yang bergetar begitu hebat.
Aku menarik nafasku, “Bisakah kita bicara?” aku bertanya.[]
To Be Continue
eotthe? Apa pendapat kalian? apakah kalian menjadi bosan? atau semakin penasaran? atau cerita ini gampang ditebak? Tolong berikan komentar kalian yah^^ KAMSAHAMNIDA !!!!!!!! *bow

Tidak ada komentar:

Posting Komentar