Selasa, 28 Agustus 2012

Different [part6]




                          Different [part6]


Title : Different
Cast :
Seohyun – Seo JooHyun
Kyuhyun – Cho Kyuhyun
Lee SunKyu – Lee Sunny
Im YoonA – YoonA
Type  : Series
Rating : 13+
Summary : Seohyun tiba-tiba mendapatkan kekuatan psikis yang hebat. Apakah dia bisa mengendalikannya dengan baik? Apakah kekuatannya ini bisa membawa keburuntungan atau kesialan? Dan Namja bernama Kyuhyun, seakan menariknya memasuki kehidupan namja itu
Disclaimer : Cast milik Tuhan, ayah-ibu mereka, dan juga SM. dan jalan cerita ini, semua punya otakku. karena otakku yang bekerja untuk membuat ff ini..
So, Let’s Read ! Berikan comment kalian yah, biar aku bisa memperbaiki ff ini jika ff ini banyak kesalahan atau gimana.

Sosok jubah hitam telah mengembalikan Seohyun ke dalam rumahnya, membiarkan Seohyun tertidur dengan nyenyak diatas tempat tidurnya. Sosok jubah hitam itu masih berdiri disana, memperhatikan seluk wajah Seohyun yang begitu manis jika tertidur. Dia membungkuk untuk sekali lagi mengecup lembut kening gadis itu.
Setelah itu, dia berjalan mundur menuju jendela dan keluar dari sana. Dengan gerakan yang cepat pria berjubah hitam itu telah ada dibawah tanpa eluhan sedikitpun. Dia berjalan menjauh dari rumah Seohyun. Berjalan kembali ke tempat asalnya.
“Kau sungguh perhatian” seseorang dibelakangnya (memakai jubah juga) , berdiri menyender pada dinding pagar rumah orang. Nadanya menyindir.
Sosok hitam itu berhenti berjalan, tapi, tak menoleh.
“Mengapa tidak jujur?”tanya orang berjubah itu, menghampiri sosok jubah hitam itu.
Sosok berjubah itu tak menjawab, hanya melayangkan sebuah senyuman sinis yang tak diketahui oleh lawan bicaranya. Sosok berjubah hitam itu, hanya berdiri disana, tak ingin menoleh atau bicara apapun.
“Jangan seperti itu, jangan menyimpan perasaanmu terlalu dalam” ucap lagi orang berjubah itu lagi, mencoba memancing sosok jubah hitam itu agar berbicara.  “Jangan sampai aku yang akan mengambilnya” orang berjubah menepuk pelan sosok jubah hitam itu dengan sedikit tenaga, ingin menarik perhatian sosok jubah hitam itu.
Suasana begitu hening. Perkataan orang berjubah itu seakan berhenti ditengah jalan, Suaranya pelan tapi seperti mengancam. Senyuman sinis terlihat diwajahnya, seakan serius dengan perkataannya. Orang berjubah itu mulai mendekat, kali ini lebih dekat. Orang berjubah itu mendekat dengan telinga sosok jubah hitam itu. Membisikkan sesuatu.
“Baiklah. Itu hak mu,”orang berjubah itu mengakhir pembicaraannya, dengan secepat kilat dia pergi dari hadapan sosok jubah hitam itu. Hilang bagaikan ditiup angin, hanya sekali berkedip.

            “Terjadi lagi?!” Seohyun begitu shock melihat dirinya kembali ke rumah tanpa dia ketahui, kapan dia kembali. Dia bangun dari tempat tidur, menyingkirkan selimut tebalnya dari tubuhnya. Berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya, mencari seseorang untuk dia tanyakan. Tapi, percuma! Tak ada seorangpun yang dapat dia temui, rumahnya kosong! Lalu, dimana Sunny?
Seohyun kembali lagi ke kamarnya yang berada dilantai dua,  mengambil handphone dalam tasnya. “Sunny…Sunny” tangannya dan matanya mencari contact list bernama Sunny. “Ketemu!” sebuah senyuman terlihat, dengan hanya satu pijatan kecil di tombol handphonenya, kini handphone nya tersambung ke ponsel Sunny.
“Kau dimana?”  Seohyun memulai pembicaraannya, tapi, sepertinya tidak akan mendapatkan jawabannya sekarang. Suara yang terdengar disana sangat bising dan Seohyun tak dapat mendengar suara Sunny, dia tahu kalau Sunny bukanlah disebuah tempat makan melainkan disebuah tempat konser. Dan dia tahu itu konser siapa. Band dari Sungmin oppa.
Dia mendengus lalu mematikan ponselnya, duduk di pinggir tempat tidur miliknya.
“Seingatku, aku tidur saat pelajaran terakhir”
Gadis itu masih bingung dengan keberadaannya dirumah sendiri.
“Tidak mungkin Sunny yang menggotongku ke rumah ini” gadis itu masih berdebat dengan dirinya sendiri, sedaritadi mencoba untuk tidak berpikir tentang ini lagi. Tapi, tidak bisa ! Rasa penasarannya mencoba membujuknya untuk lebih mencari lagi jawabannya atas kejadian ini.
Seohyun menghembuskan nafasnya panjang-panjang. Mencoba merilekskan pikirannya dari hal yang sedetik lalu dia pikirkan. “Berpikir positif bahwa Sunny yang membawaku kemari, berpikirlah bahwa tak ada yang mencurigakan” Seohyun mencoba membujuk otaknya agar tidak berpikir yang aneh-aneh lagi.
Kali ini, Seohyun merasakan tiba-tiba hawa dingin menyentuh kulit putihnya, ini bukan dingin karena ngeri. Tapi karena sebuah jendela yang sedang terbuka lebar, membiarkan angin berhembus masuk ke dalam kamarnya yang tak begitu luas itu. Dia berdiri dan menghampiri jendela yang terbuka lebar itu, pandangannya kembali aneh dengan terbukanya jendela ini.
“Apakah Sunny sengaja membiarkan jendela terbuka?” tanyanya pada dirinya sendiri, menyentuh daun jendela dengan jemarinya. Mencoba merasakan auranya, mencoba membaca siapa yang menyentuh jendela ini beberapa waktu lalu. Tak ada bayangan apapun yang masuk kedalam pikirannya, Kosong. Jemarinya ditarik kembali, pikirannya kembali dihantui rasa penasaran yang begitu tinggi sehingga akal sehatnya tak bisa membendungnya lagi. Tak bisa menahan rasa penasaran itu lagi.

“Kosong” dia bergumam, menjauh perlahan dari jendela. Kedua tangannya memegang kepalanya, jemarinya sedikit menarik rambutnya. Dia kembali terduduk di pinggir tempat tidurnya,  “Kosong” ucapnya, wajah penuh tidak kepercayaan.

Di sebuah rumah megah. Terjadi pertengkaran yang hebat, melibatkan tiga orang yang saat ini sedang mencoba berunding untuk menghentikan masalah mereka.

“Mengapa kalian sering sekali sih bertengkar?” protes Yoona kepada kedua namja yang berada didepannya (kedua namja itu sedang berdiri saling berhadapan). “Bisakah kau yang mengalah saja? Dia duluan kan?” Yoona kembali berbicara, nadanya sedikit tinggi.

Kedua namja itu hanya terdiam, saling memandang dengan tatapan yang begitu tajam. Yoona hanya mendesah kesal melihat kedua namja itu, Kedua tangannya disilangkan didepan dadanya, matanya menyorotkan kemarahannya.

“Saat memperebutkan makanan kalian juga begitu” Yoona kembali berkata, “Ini hanya masalah kecil, kalian tak perlu bertengkar hebat sampai seperti ini”

Bola mata Yoona bergantian melirik kedua namja itu, “dan kalian seharusnya tak boleh seperti ini. Hanya karena hal itu”

“Kalian sudah dewasa bukan? Coba lihat umur kalian berapa?”

“Lupakan Yoong, dia tak mau mengalah” ucap seorang namja dengan kulit putih dan baju hitam membalut tubuhnya, pria itu melenggang pergi dari perdebatan itu.


“Aku tidak,” Sunny bergeleng keras, “aku tidak memapahmu sampai rumah, malah aku tinggalkan dirimu disekolah. Itu karena aku tidak kuat untuk memapahmu, aku sudah membangunkanmu tapi nihil” kata Sunny, sambil menyeruput coffee nya yang masih panas itu. Gadis mungil itu baru saja menyeduhnya untuk diminum di pagi hari, kebiasaan yang dia lakukan dirumah.

Seohyun terperanjat kaget. “K-kau t-tidak m-membawaku ?” dia mencoba kembali bertanya. Menghadapkan tubuhnya ke Sunny.
“Tidak. Aku tidak kuat” jawab Sunny,

Seohyun terdiam, memikirkan sesuatu.  “Apakah dia?” bisiknya, badannya berputar perlahan kembali menghadap ke depan.
“Dia apa?”
“T-tidak. Lupakan!” Seohyun menggeleng, mengambil roti tawar itu dan mengoleskannya dengan selai coklat kesukaannya. Dia mulai berpikir.

—-
Seohyun kembali menghampiri Kyuhyun di saat semua murid sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. Gadis itu dengan berani menghampiri namja yang dibilang misterius itu. Tak ada bekal atau apapun, yang dia butuhkan hanyalah sebuah pertanyaan dan bukti.
Gadis itu berdiri didepan meja Kyuhyun, sinar matahari  sedikit mengenai sebagian tubuhnya sehingga dia harus menutup sebagian wajahnya dari sinar.
“Aku datang kesini, hanya untuk bertanya.” Seohyun memulai perbincangan, ucapannya halus tak seperti kemarin.
Kyuhyun hanya diam, tak memberikan respond sedikit pun. Berdeham atau menganggukpun tidak dia lakukan.
“Kumohon,” kali ini gadis itu memohon, sedikit memberikan sebuah puppy eyes kepada namja itu. tapi, percuma, tak ada yang berubah. “Kyuhyun, kumohon”
“Kyuhyun, jika kau tahu, siapa kah yang membawaku kerumah? Aku yakin kau tahu, Karena kau sering pulang sore hari”
Seohyun menatap Kyuhyun berharap mendapatkan jawaban dari namja itu, Berharap jawaban yang akan keluar dari bibir Kyuhyun adalah jawaban yang memuaskan, berharap jawaban itu bisa menghilang sedikit rasa penasarannya.
Kyuhyun menoleh, tatapannya dingin. “Tidak tahu,” jawaban yang begitu singkat membuat hati Seohyun sedikit sakit.
Seohyun sedikit tersenyum miris, “J-jadi k-kau tidak t-tau. Baiklah” kali ini gadis itu menyerah tak ingin memaksa namja itu untuk menjawa yang sebenarnya, dia tahu bahwa Kyuhyun berbohong. Pasti, Kyuhyun tahu siapa yang membawaku sampai rumah, pikirnya.
Kali ini gadis itu berbalik arah, berjalan pelan keluar kelasnya. Dia berjalan sambil menunduk, masih memikirkan kejadian yang kemarin. Kakinya diseret seakan kaki itu adalah beban terberatnya. Wajahnya tertekuk.
Saat dia sudah turun dari tangga, terdengar sebuah langkah kaki seseorang dari arah pintu utama, dia kembali mengadahkan kepalanya keatas, matanya memicing untuk melihat seseorang yang berjalan ingin masuk kedalam koridor.
“Perempuan” gumamnya, saat mendapati sosok perempuan yang berjalan anggun masuk kedalam koridor.
Matanya kembali terpicing, “YOONA?!” dia hampir saja berteriak kalau saja dia tidak dengan cepat menutup mulutnya. Gadis itu sedikit berjalan mundur, maksud ingin menghindari Yoona, tapi, terlambat, gadis cantik itu sudah memanggilnya duluan dan melambaikan tangan ke arahnya.
Yoona berlari kecil ke arah Seohyun, menghampiri gadis itu.
Tak ada yang bisa dilakukan oleh Seohyun, dia hanya diam menunggu Yoona yang sedang menghampirinya.
“Hey” sapa Yoona, senyuman menghiasi wajahnya.
Seohyun hanya tersenyum kikuk dan mengangguk. Tak ada yang bisa dia lakukan.
“Kyuhyun masih berada di atas?” tanya Yoona, telunjuknya menunjuk lantai dua.
Seohyun mengangguk lagi, membenarkan pertanyaan Yoona.
gomawo,” Yoona tersenyum manis,
Seohyun kembali mengangguk, matanya memperhatikan punggung Yoona yang semakin tak terlihat jelas karena gadis itu sudah berbelok naik ke lantai dua.

—-
            Malam ini Seoul sedang tak didatangkan hujan seperti dua hari yang lalu. Kali ini sepertinya malam akan kering. Hanya serbuan angin yang menerpa Seoul, bukan hujan deras. Karena malam ini begitu mendukung untuk berjalan keluar, Seohyun, memilih untuk berjalan-jalan keluar dibanding berada dirumah sendirian. Memang, orang tuanya sudah kembali dari luar kota, tapi, Sunny sudah tidak tinggal bersamanya.
Gadis itu keluar dengan hanya berbekal jacket , celana panjang dan sebuah sandal. Wajar memang.
Gadis itu berjalan menyusuri jalan yang pernah dia lalui sebelumnya, jalanan menuju bangunan tua yang pernah dia lihat malam-malam yang lalu. Dia berharap bisa bertemu dengan bangunan tua itu dimalam hari.
Jalanan yang dia lewati tak begitu ramai (hanya beberapa mobil yang melewati jalan itu) , rumah-rumah yang menemaninya sepanjang perjalan juga seperti tak berpenghuni. Dia seakan berjalan disebuah jalan panjang yang tak ada seorang pun yang lewat.
Kedua tangannya disimpan dalam saku jaketnya, membuat tangan-tangan agak sedikit hangat.
Kepalanya dia tengok kekanan-kekiri, memperhatikan sekitar. “Tinggal sedikit lagi”
Senyuman mencuat dari wajahnya, dia terlihat kesenangan. Dia sudah berjalan jauh, berharap apa yang dia ingin temui dapat dilihatnya.
“tidak ada” lirihnya, dia sudah berada ditempat yang dia ingin datangi. Tapi, tak mendapatkan hasil yang memuaskan. “Jadi, itu hanya halusinasiku saja” dia berkata sedih, wajahnya tertekuk.
Dia masih terdiam disana, masih menatap kosong hamparan rumput luas dengan satu pohon besar disana. Dia terlalu lemas jika harus berbalik lagi dan pergi tanpa sebuah jawaban yang jelas. Kaki jenjangnya perlahan berjalan masuk ke dalam hamparan rumput yang luas itu, mengambil sebuah posisi duduk disana. Kakinya menekuk, wajahnya tertunduk, seperti anak hilang.
Masih dalam posisinya, otaknya yang sekarang bekerja, mengumpul sedikit jawaban-jawaban (yang bisa dibilang masih perlu dipertanyakan) di wujudkan menjadi satu didalam otaknya. Membiarkan otaknya, bekerja seperti difilm, merangkai jawaban menjadi satu dan dibuatlah jawaban yang pasti.
Beberapa detik kemudian, dibahunya, terasa tepukan pelan mendarat disana. Tiba-tiba buluk kuduknya merinding, kekuatannya tak bisa bekerja karena saking ketakutannya ditambah baru saja dia melakukan pekerjaan keras untuk otaknya (maka dari itu, dia tak bisa melihat orang yang dibelakangnya melalui kekuatan psikisnya).
“Hei” orang itu memanggilnya, suaranya berat-lembut. Dia laki-laki.
Berbalik-tetap diam. Dia bingung harus berbuat apa, pikiran dan semua raganya sedang kacau tak mau menuruti apa maunya.
“Tenang, aku tidak berbahaya” ucap orang itu lagi, menepuk lagi pundak Seohyun.
Gadis itu membuang nafasnya, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Menyuruh tubuhnya untuk mencoba berbalik kebelakang dengan gerakan perlahan. Matanya menutup, tak mau jika yang dia lihat ternyata seorang yang berbahaya.
“Tak usah menutup mata seperti itu” kata pria itu lembut, dia tersenyum.
Seohyun membuka matanya perlahan dari kiri-kekanan. Oh tampan, pikirnya. Saat pertama kali melihat pria itu pertama kalinya, matanya tak berkedip sama sekali. Tenggorokannya seakan tercekat untuk menjawab sapaan pria yang dia bilang tampan tersebut.
“Kau sendirian?” tanya pria itu, menenongok kekanan-kekiri. Seohyun mengangguk pelan untuk menjawabnya.
“Kau tak takut? Jika, ada seorang penjahat atau seorang monster datang menerjangmu?” pria itu bertanya lagi, dan mendapatkan sebuah kerutan kebingungan diwajah Seohyun karena pertanyaan terakhirnya yang aneh.
Tapi, Seohyun hanya menggeleng lagi.
Pria itu duduk disamping gadis itu, menekuk kakinya dan memeluknya dengan kedua tangan. “Lihat! (telunjuk pria itu menunjuk bulan) sekarang bulannya tampak indah ya..”
Seohyun memandang aneh pada pria itu, “Bulan?”
“Ya, bulan itu. Indah” jawab pria itu tanpa menoleh pada Seohyun.
Seohyun mengerutkan kening, baru pertama kali kenal, bukan kenal, baru bertemu. Tapi pria itu, seperti sudah mengenal Seohyun, berpura-pura mereka sedang menikmati bulan yang sedang menyinari malam ini.
“Oh, mianhae. Kita belum berkenalan? Aku Changmin. Aku tinggal di sebuah rumah yang berada disana (menunjuk deretan rumah yang berada dibelakang mereka, rumah yang cukup jauh) Aku biasanya datang kesini, jika sedang tidak bisa tidur. Lalu, bagaimana denganmu?” jelas Changmin, mengulurkan tangannya, maksud mengajak berkenalan dengan Seohyun.
Seohyun mengangguk mengerti, “Aku Seohyun. Aku kesini hanya sedang berjalan-jalan biasa saja. Aku sama seperti kau, tidak bisa tidur”
Pemuda itu tersenyum, “Sampai matahari menjelang mau disini?”
Seohyun menggeleng lemah, “ Tidak, mungkin tidak sampai segitu. Hanya sampai jam satu pagi saja”
“Begitu, sama denganku. Tapi, aku tak pernah melihatmu” Changmin mengamati wajah Seohyun yang baginya tak familiar.
Seohyun sedikit menjauh, “err- aku memang bukan orang sini. Aku hanya sedang berjalan-jalan dan aku menyasar kesini”
Changmin mengangguk kembali menghadap depan, “ Ah,”
“Aku ingin bertanya”
Changmin menoleh, “Apa?”
Seohyun tampak ragu untuk melanjutkan kalimatnya, hatinya sedang bertarung untuk bertanya kepada changmin soal bangunan tua itu. Bertanya atau tidak.
Changmin masih menunggu, tapi Seohyun masih belum membuka suara. “Seohyun-ssi?”
“Err- yeah, apakah dulu , disini, pernah dibangun sebuah rumah besar?”
Pemuda itu terkekeh kecil, “rumah? Tidak. Hanya ada hamparan rumput yang sedang kau lihat saat ini”
Seketika tubuh Seohyun terasa lemas, ternyata, bangunan tua yang waktu lalu dia lihat adalah sebuah halusinasi dirinya saja. Tak lebih. Mungkin kemarin dia sedang terkantuk dan halusinasi itu datang begitu saja.
“Oh begitu? Ye arassoyo, gomawo


Lagi. Gadis berkulit putih itu tertidur lagi, Seohyun kembali tertidur dijam pelajaran terakhir. Dan Sunny tak melakukan apapun soal untuk membangunkan Seohyun maupun memapah Seohyun ke rumahnya.
Dan Lagi, sosok pria berjubah hitam itu kembali menghampiri Seohyun di tempat duduk gadis itu. Mengecup kening gadis itu lagi, mengusap rambut panjang Seohyun lagi. Sosok itu menampilkan sebuah senyuman yang begitu menarik.
“oh, baiklah. Jadi kau membuatnya tertidur lagi?” ucap seseorang yang sedang berdiri didepan pintu. Tangannya dilipar didepan dadanya.
Sosok itu tak menoleh, tapi hanya diam.
“Selalu diam-diam” komentar orang itu, menampilkan sebuah senyuman sinis. “Kau tidak berbicara…. Kyuhyun … tapi aku tahu apa yang berada dalam pikiranmu”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar