Senin, 27 Agustus 2012


Tara~ long time not see ><
this story… i think i made this story cuz i’ve heard this story from my friend…
story what i heard only an accident in this story, so other from the accident is real my story!
Cast :
Yong Junhyung
Yoon Yooran
Yoon Doojoon
Author PoV
“Brak!!!” seorang gadis memungut bukunya yang berserakan, seorang pria berjongkok sejajar gadis itu dan membantu gadis berambut panjang itu memunguti bukunya.
Pria itu memberikan buku yang dia kumpulkan kepada gadis itu.
“Gumawo…” ucap gadis dengan seragam sekolah bertuliskan “Yoon Yooran” di dada sebelah kanannya.
“Kau bisa membawanya sendiri?” Tanya pria itu, pria dengan tattoo di lengan bawah kanannya.
Yoon Yooran mengangguk dan mengambil buku yang dikumpulkan pria itu.
Yooran berjalan melewati pria itu, namun selang beberapa langkah, dia kembali hampir menjatuhkan buku-buku yang dibawanya, tapi pria itu segera menopang tubuh Yooran.
“Biar aku bantu” ucap pria itu, membawa sebagian buku yang dibawa Yooran, lalu membantunya membawa ketempat yang dituju Yooran.
Author PoV End

Yong Junhyung PoV
Aku meletakkan buku-buku Yoon Yooran di dalam perpustakaan, setelah dia meletakkan buku-buku yang dibawanya.
“Gumawo” ucapnya, aku tersenyum kecil.
Kuulurkan tanganku.
“Yong Junhyung… kau?” tanyaku berbasa-basi.
Yooran membalas uluran tanganku, “Yoon Yooran” ucapnya, suara indahnya terdengar.
Yoon Yooran, siapa yang tak mengenalnya, gadis cantik adik sang Yoon Doojoon, Presiden Kyunghee University
“Kau sendiri?” tanyaku, dia mengangguk kecil.
Yooran mulai membuka buku-nya. Aku memilih untuk memandangnya, memandang wajah cantiknya yang pure, tanpa make up.
Dia melihatku, tapi tak kualihkan pandanganku, aku tetap memandangnya.
*****
Aku melihat Yooran keluar dari sekolahnya, kuhampiri dia.
“hei…baru pulang?” tanyaku, dia mengangguk.
“Ayo kuantar pulang, Doojoon sedang sibuk di kampus” ucapku, dia menggeleng.
“Ya~ ayolah, aku kan teman Doojoon. Kau tak percaya padaku?” tanyaku, dia melihatku sejenak, setelah itu, dia masuk kedalam mobilku.
“Bagaimana kalau kita ke café sebentar, diujung jalan ada café baru buka…” ajakku, tapi Yooran menggeleng.
“Aku harus segera pulang…mianhe” ucapnya, ah~ baiklah…kali ini aku anggap dia bukan menolakku.
Aku sampai didepan rumahnya, kulihat Doojoon didepan rumah. Habislah aku!
Yooran melihatku, lalu keluar mobilku.
Dia menghampiri Doojoon, lalu membicarakan sesuatu.
Doojoon melihatku, lalu kembali berbicara dengan Yooran.
Tak lama, Yooran masuk kedalam rumahnya, dan Doojoon menghampiriku.
Aku keluar dari dalam mobil,
“Kau nekat juga…” tanyanya, aku tersenyum kecil.
“Sudah kubuktikan kalau aku serius dengannya kan?” tanyaku, Doojoon tertawa kecil.
Yong Junhyung PoV End

Yoon Yooran PoV
“Oppa…” aku menghampiri Doojoon Oppa setelah keluar dari mobil Junhyung.
“hei…siapa itu? Kau pulang bersama Junhyung?” tanyanya, aku melihatnya bingung.
“Katanya kau yang menyuruhnya menjemputku, kenapa masih dirumah? Kau mengerjaiku?” tanyaku kesal.
Doojoon Oppa melihat kearah mobil Junhyung, lalu melihatku lagi.
“Aku tak menyuruhnya, dia sendiri yang berinisiatif…” ucapnya, aku masuk kedalam rumah dan meninggalkan mereka, dan menuju kamarku.
Kulihat dari jendela kamarku mereka berbincang berdua. Apa yang sedang mereka bicarakan?
Aku? Doojoon Oppa terlihat tertawa kecil, begitu juga dengan Junhyung, dia bahkan melihatku sedang melihatnya, lalu tersenyum padaku. Kututup gorden kamarku agar tak melihatnya.
*****
Aku turun dari kamarku, kulihat Junhyung duduk berdua bersama Doojoon Oppa, sedang apa mereka?
“Ayo Oppa…” ajakku pada Doojoon Oppa, Junhyung berdiri dan menghampiriku.
“Hari ini kau kuantar yah…” tawarnya, aku menggeleng.
“Yoo, Oppa banyak pekerjaan. Junhyung yang mengantarmu tak apa kan?” Tanya Doojoon Oppa.
“Sekali ini saja…” ucap Doojoon Oppa sebelum aku berbicara.
Aku menghela nafasku dan mengikuti Junhyung.
*****
Doojoon Oppa memberikan sebuah kertas padaku, kubuka kertas itu. Undangan.
“Kenapa memberikannya padaku?” tanyaku melihatnya, Doojoon Oppa duduk disebelahku.
“Aku ingin kau ikut sayang…” ucapnya, aku melihat nama Choi Eunjin dan Son Dongwoon.
“Kenapa harus ikut?” tanyaku, “temani aku” jawabnya.
“Pergi saja dengan kekasihmu itu…”
“Kami sudah putus…” ucapnya, aku melihatnya.
“kau serius Oppa?” tanyaku, dia mengangguk.
Yah, apa boleh buat kalau begini. Tapi…kapan dia putus? Bukankah terakhir bertemu hubungan mereka sedang sangat mesra?
Kulihat undangan itu, sabtu ini.
Junhyung. Apa dia ikut juga?
Tunggu. Kenapa aku memikirkannya?
“Berniat bertanya tentang Junhyung?” Tanya Doojoon Oppa, aku melihatnya lalu kugelengkan kepalaku.
“Dia benar-benar menyukaimu Yoo” ucap Doojoon oppa, “lalu?” tanyaku.
“Kau tak merasakan hal yang sama?” tanyanya lagi, aku beranjak dari dudukku.
“Ya~ fikirlah dulu…dia tampan, pintar, kaya… ah, dia juga keren Yoo…”
“Kalau begitu kau saja yang menjadi kekasihnya Oppa” ucapku kesal.
Tunggu. Kenapa dadaku ini, berdebar seperti ini setiap Doojoon Oppa membicarakannya.
*****
“Yoo~ ayo cepat…sebentar lagi pestanya mulai…” ucap Doojoon Oppa dari luar kamarku, tak kujawab dia, kuperhatikan lagi penampilanku di kaca setinggi tubuhku.
Short dressku putihku, rambutku, pita kecil dirambutku, kupakai heels berwarna putih tulangku. Kuikat pita di heels itu, lalu kulihat lagi penampilanku, entah kenapa malam ini aku sangat gugup. Padahal yang menikah adalah teman Doojoon Oppa.
Aku menghela nafasku untuk menghilangkan perasaan gugup ini.
Doojoon Oppa membuka pintu kamarku, aku berbalik melihatnya yang tak berkedip, mematung didepan pintu kamarku.
“Aku seburuk itu?” tanyaku, Doojoon Oppa menggeleng.
“Kau cantik sekali” ucapnya singkat lalu mendekat kearahku.
“Darimana kau belajar make-up seperti ini? Lalu dress ini?” tanyanya.
“Ya! Aku perempuan, tentu saja aku tahu, lagipula Omma banyak mengajarkan ini padaku, sudahlah~ jangan melihatku seperti itu” ucapku kesal.
Kulihat dia, menggunakan tuxedo lengkap dengan dasi kupu-kupu. Dia tampak tampan.
Dia tersenyum kecil, “ayo…kita sudah hampir terlambat” ucapnya, kuambil tas tanganku dan kugandeng Doojoon menuju mobilnya.
Berangkat!!
Sepanjang jalan, Doojoon kembali menceritakan tentang Junhyung, entah kenapa dia senang sekali ketika dia berbicara tentang Junhyung.
Apalagi melihat tingkah kesalku, dia terkekeh beberapa kali.
Tapi lama-kelamaan aku juga senang mendengar ceritanya tentang Junhyung. Entahlah, aku mulai terbiasa, atau aku sudah mulai mencintainya juga…
Kulihat acara outdoor itu sudah mulai ramai, aku turun dari mobil Yoon Doojoon. Dia membantuku keluar. Kugandeng dia masuk kedalam tempat acara itu.
Banyak orang yang menyapa Doojoon, yah, aku tahu Doojoon terlalu populer di kampus, bahkan sebelum dia menjadi presiden.
“Ayo kesana…” ucap Doojoon, aku hanya mengikuti langkah Doojoon, sampai pada akhirnya aku berhenti tepat didepan dua orang. Junhyung dan Gyeomin, kekasih Doojoon, mantan kekasih.
“Malam…kau cantik” ucap Doojoon. Apa ini? Junhyung menggandeng Gyeo, mereka pacaran?
Kulihat Junhyung, dia menatapku.
“Ya! Kau seakan ingin membawanya kegereja dan menikahinya! Jangan memandangnya seperti itu!” ucap Doojoon membuat Junhyung tersenyum kecil.
“Bagaimana aku bisa mengalihkan pandanganku dari gadis secantik ini?” tanyanya, aku mengalihkan pandanganku dari Junhyung. Aku memasang wajah kesalku, tapi aku juga tak bisa menutupi rasa maluku karena pujiannya itu.
“Ya! Lepaskan Gyeo” ucap Doojoon, Junhyung melepaskan Gyeomin dan Doojoon membawaku kedepan tubuh Junhyung.
“Mianhe Yoo” ucap Doojoon menggandeng Gyeomin.
“Kalian…” “Mian Yoo, ini semua bukan rencana Doojoon sendiri…” ucap Gyeomin. Aku melihat Junhyung, Gyeomin dan Doojoon bergantian.
“Junhyung akan menjelaskan semuanya padamu…” ucap Doojoon, menepuk punggung Junhyung lalu meninggalkan kami berdua.
“Ayo ikut aku…” ucapnya, menarik tanganku, memaksaku mengikuti langkahnya.
“Lepaskan aku…” ucapku kesal.
Junhyung tak berhenti, dia terus berjalan keluar acara itu.
“Ini adalah kesempatanku memaksamu, atau aku tak akan dapat mengatakannya lagi” ucapnya, mengatakan? Apa maksudnya?
Junhyung memasukkanku kedalam mobilnya.
Junhyung diam. Aku diam.
Entah dia akan membawaku kemana. Perasaanku benar-benar tak bisa diatur. Aku sangat kesal padanya, tapi jantungku terus berdebar kencang.
Dan akhirnya, mobil Junhyung berhenti disebuah tempat. Dia keluar lalu membukakan pintu untukku.
Aku keluar. Kulihat didepanku ada dua kursi dengan meja yang sudah dihias dengan indah, bernuasa putih, warna favoritku.
Disekelilingnya juga putih mendominasi sedemikian rupa.
Junhyung menggandengku menuju tempat indah itu.
Aku ingin marah karena dia membawaku ketempat asing. Tapi bibirku seakan terbungkam dengan keindahan yang tak sanggup kuluapkan ini.
“Duduklah Yoo” ucapnya, setelah menarik salah satu kursi. Aku menurutinya, aku duduk, dan Junhyung duduk diseberangku.
“Kita makan dulu ya” ajaknya, aku mengangguk
Aku tak tahu apa rencananya kali ini, apa ini puncaknya? Selama makan, kami jarang sekali mengeluarkan kata-kata, aku gugup bukan main. Aku tak berani memandangnya.
Junhyung menuangkan wine kedalam gelasku.
“Boleh aku minta yang lain?” tanyaku, dia mengangguk lalu mengambilkan minuman lain berwarna hijau.
“Yoo…” dia memanggilku, aku melihatnya yang juga sedang melihatku.
“Kau cantik sekali…” pujinya.
“Gumawo” jawabku sebisanya. Dia juga sebenarnya sangat tampan. Dengan tuxedo lengkapnya berwarna putihnya itu.
Dia tersenyum kecil.
“Kalau boleh aku jujur, aku sangat gugup saat dihadapanmu seperti ini” ucapnya, dia gugup juga? Berarti bukan aku yang merasakan hal ini?
Junhyung menggapai tanganku yang ada diatas meja.
Tangannya hangat, atau tanganku yang dingin?
Junhyung menggenggam tanganku.
“Yoon Yooran…” panggilnya, kulihat dia. Kulihat kedalam mata Junhyung.
“Aku mencintaimu…” ucapnya menggenggam tanganku lebih erat.
Deg!
Apa ini? Darahku serasa sangat deras mengalir. Bibirku seakan ingin tersenyum lebar. Tapi tak bisa, jantungku berdegup lebih kencang dari sebelumnya.
Junhyung berdiri tanpa melepaskan tanganku, dia berlutut didepanku.
“Aku serius Yoo…aku ingin kau menjadi kekasihku” ucapnya, ya Tuhan! Apa yang harus kulakukan, aku bukannya tak ingin menjawab, tapi bibirku masih kaku melihatnya melakukan hal yang senekat ini. Karena aku fikir selama ini dia hanya iseng.
“Beri aku jawaban Yoo” ucapnya.
Aku mengulum bibirku, menghela nafasku dan perlahan mengangguk, tersenyum kecil melihatnya, mengukir senyum di wajah Junhyung, senyumnya berubah menjadi tawa kecil.
Dia memelukku. Aku sedikit kaget, tapi aku juga sangat senang.
Yoon Yooran PoV End

Yong Junhyung PoV
Saat Yooran mengangguk dan tersenyum, aku merasakan bebanku benar-benar terlepas, dia menerima cintaku?
Aku tertawa kecil dan langsung memeluknya, dia terlihat kaget, namun dia berusaha mengatasinya.
Kuelus rambut kekasihku kini, Yoon Yooran. Akhirnya, setelah penantian panjangku, aku mendapatkan jawaban yang setimpal dari Yooran.
Aku melepaskan pelukanku dan melihat wajahnya.
Dari sedekat ini pun Yooran terlihat sangat cantik dari biasanya.
“Kau cantik…sangat…” ucapku, membuat Yooran tersipu malu.
Malam ini, untuk pertama kalinya aku melihat senyum, tawa dan segala yang indah dari Yooranku. Kekasihku.
*****
Aku menunggu Yooran didepan sekolahnya, tak lama seseorang mengetuk kaca pintu mobilku, kulihat dia tersenyum kecil, Yooran.
Dia masuk kedalam mobilku.
“Kenapa lama?” tanyaku, dia tersenyum lagi.
“Mianhe, tadi ponselku tertinggal saat aku sudah sampai digerbang” ucapnya.
“Ingin mampir ke café dulu?” tanyaku, dia mengangguk. Aigo~ rasanya jika aku ingat beberapa bulan lalu, aku hanya bisa tersenyum.
Aku mengajaknya masuk kedalam café dan duduk.
Kami banyak bicara satu sama lain. Yah, dibanding sebelum menjadi kekasihku, banyak hal didiri Yooran yang tak kuketahui.
Dia menyenangkan, kadang bahkan dia lebih aktif dariku, dia juga humoris.
*****
“Dia tak mencintai kekasihnya” ucap Yooran, saat kami sedang menonton drama, dia sangat lucu, aku mengelus rambutnya.
“Dia sangat mencintai kekasihnya” ucapnya menyangkal Yooran, dia mendongak melihatku karena Yooran sedang bersandar di bahuku.
“Tapi dia melakukan itu dengan orang lain…” ucapnya kesal.
“Itu apa?” godaku. “itu, kau bisa melihatnya” ucapnya kesal. Dia memang sangat tak ingin membicarakan tentang hubungan intim.
“yang mana? Memangnya mereka melakukan apa?” godaku lagi, Yooran mencubit perutku membuatku sedikit bergeliat.
“Ya, ya, ya!!! Jangan terus-terusan bertemu, kalian tak bosan?” Tanya Doojoon, muncul dari dalam kamarnya, Yooran bangkit dari posisinya.
“Bukankah kau setiap saat bertemu dengan Gyeomin?” Tanya Yooran.
“Ya! Panggil dia Unnie!” ucap Doojoon, duduk disebelahku.
“mereka akan segera menikah” bisikku, membuat mata Yooran melotot.
“Jinjja?” Tanya Yooran.
“Aniyo!” jawab Doojoon, membuatku tertawa kecil.
“pergilah, kau mengangguku dan Yooran” ucapku.
Doojoon melihatku kesal, lalu mengambil remote TV dan mengganti acara yang sedang ditonton Yooran, ke acara sepak bola.
“Oppa~ jangan mengangguku” rengek Yooran, aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah mereka.
Yong Junhyung PoV End

Yoon Yooran PoV
“Oppa! Aku harus ikut! Aku harus tahu keadaan Omma!” rengekku, saat Doojoon Oppa mengemasi barang-barangnya, pagi ini Appa telepon, kata Appa, Omma terjatuh di kamar mandi, kepalanya terbentur dan sekarang di rumah sakit dan belum sadar.
“Sayang! Kau sedang ujian semester, kau tak mungkin membolos kan? Ini kesempatanmu meraih tiket gratis keperguruan tinggi kan?” tanyanya.
“Tapi Omma…” “Omma akan baik-baik saja, aku akan terus mengabarimu” ucapnya menenangkanku.
“Omma akan lebih senang jika mendengarmu lulus ujian dengan nilai terbaik sayang” ucapnya lagi.
Aku menangis, tapi Doojoon Oppa dengan cepat mengusap air mataku
“Jangan menangis. Ayolah, Omma akan baik-baik saja” ucapnya lagi, kupeluk dia erat.
“Rawat Omma dengan baik” rengekku.
“Pasti sayang…oh iya, aku sudah menelpon Junhyung agar menjagamu disini” ucapnya, aku mengangguk.
Kuusap air mataku, dan kubantu Doojoon mengemasi barang yang akan dia bawa, aku tak ingin menghambatnya pulang ke Daegu.
*****
Aku mengusap air mataku cepat saat kurasakan Junhyung masuk kedalam kamarku.
Junhyung berjalan ketempat tidurku.
“sayang… kau menangis?” tanyanya, aku menggeleng. Junhyung membalikkan tubuhku, mengarah padanya.
“Hei…kau kenapa?” tanyanya, aku memeluk Junhyung.
“Ya~ cerita padaku…wae?” tanyanya lagi.
“Aku ingin melihat Omma…” ucapku dipelukannya, Junhyung mengelus punggunggu.
“nanti setelah kau ujian semester, aku akan mengantarmu kesana” ucapnya, aku melepaskan pelukannya, kulihat wajah Junhyung, dia mengangguk pasti.
“Jangan menangis lagi…” ucapnya, mengusap air mataku.
Aku mengangguk.
“Yaksok?” tanyaku, dia mengangguk.
“Pasti” ucapnya lagi, terus membersihkan wajahku dari rambut dan air mataku.
“Ayo makan…aku sudah menyiapkan sup kesukaanmu” ucapnya, lalu menggandengku keruang makan.
Dia merawatku dengan baik. Dia benar-benar berhasil membuatku mencintainya seutuhnya. Baru dua hari lalu Doojoon pergi, dan dia terus disini untuk menjagaku.
“Enak?” tanyanya saat aku mencoba sup jamur buatanya.
Aku mengangguk.
“Kau pintar membuat sup” ucapku.
“Aku memasaknya dengan cinta” ucapnya lagi, membuatku tersenyum kecil.
*****
Aku duduk di ruang tamu, menunggu Junhyung pulang dari kuliahnya. Kuambil ponselku dan kutelepon Doojoon Oppa, dua hari lagi aku menyelesaikan ujian semesterku, dan aku berharap bisa pulang ke Daegu.
Tersambung, Doojoon Oppa mengangkatnya.
“Yobseo…” suara diseberang, uh~ suara Doojoon membuatku rindu padanya.
“Oppa..” suaraku terdengar
“Hei, sayang…kau sudah belajar? Bagaimana ujianmu?” tanyanya,
“Mudah saja…dua hari lagi aku akan selesai ujian, aku berencana kesana” ucapku.
“Ya! Tak boleh, kau tahu sekarang cuaca sedang tak baik, aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu”
“Ada Junhyung” ucapku.
“Dia menjagamu dengan baik disana, tunggulah, aku akan pulang seminggu lagi” ucapnya
“tak mau!! Junhyung sudah berjanji akan mengantarku ke Daegu, lagipula dia akan melamarku didepan Appa, Omma dan kau” jelasku.
“Sayang, nanti jika cuaca sudah membaik Appa dan Omma yang akan kesana. Jangan membantah” ucapnya.
“Aku ingin kesana. Terserahmu jika kau keberatan” ucapku, lalu menutup teleponku.
Aku meletakkannya dimeja, kuraih remote TV dan kunyalakan TV-nya.
Berita dimana-mana cuaca sedang buruk dimana-mana. Lagipula Seoul dan Daegu itu kan tak terlalu jauh!
Aku dan Junhyung bisa kesana naik kendaraan agar aman kan?
“Annyeong~” Junhyun pulang, aku berlari kearahnya.
“Kau menepati janjimu menemaniku pulang ke Daegu kan?” tanyaku, dia mengangguk.
“Waeyo?” tanyanya, “Aniyo, hanya bertanya” ucapku.
“Ayo makan…aku memasakkan makanan kesukaanmu” ajakku.
“Sebentar, aku ganti baju dulu…” ucapnya, lalu mencium keningku.
Aku menunggu Junhyung di meja makan, kuambilkan nasi untuknya dan duduk manis di kursi menunggunya.
Dia datang, Junhyung sudah segar dengan rambut basahnya, dia duduk dan kami makan seperti biasanya. Penuh gurauan. Dia orang yang sangat humoris.
*****
Ponsel Junhyung bergetar, kulihat panggilan masuk dari Yoon Doojoon. Kuangkat teleponnya, karena Junhyung masih di kamar mandi.
“Yobseo, Junhyung-ah,tak perlu mengantarkan Yooran ke Daegu, kau tahu cuaca sedang buruk kan?” tanyanya, tak boleh? Bahkan dia mengatakan itu pada Junhyung!
“Ya~ aku berubah fikiran Oppa, aku rasa aku lebih baik disini bersama Junhyung, cuacanya sedang buruk” ucapku pelan.
“mana Junhyung?” tanyanya
“Sedang mandi” jawabku singkat.
“Mandi? Dia baru pulang?” Tanya Doojoon
“Iya, sudahlah, jangan menganggu kami” ucapku.
“Euh~ jangan melakukan hal yang tidak-tidak Yoo” Doojoon memperingatkanku, ya~ memangnya aku akan melakukan apa dengan Junhyung?
“Tidak”
“Kau benar-benar tak jadi ke Daegu kan?” tanyanya lagi.
“Tidak Oppa, kau tahu setiap malam disini hujan badai, mana mungkin aku berani keluar” omelku.
“Baiklah…hati-hati…aku mencintaimu” ucapnya,
“nado” balasku, lalu menutup telepon dari Doojoon.
Bukannya bisa berangkat pagi? Aku meletakkan ponsel Junhyung di atas ponselku.
Besok aku bisa ke Daegu! Yeay!! Aku bertemu Omma dan Appa!!
Ah~ aku sudah tak sabar member kejutan pada Doojoon.
“Kenapa tersenyum?” Tanya Junhyung, dia berjalan kearahku dengan handuk di kepalanya. Aku menggeleng.
“Ya~ ingin bermain rahasia denganku?” tanyanya, aku kembali menggeleng.
Junhyung tersenyum kecil, dan menusukkan pelan telunjuknya dipinggangku.
“Beritahu aku” ucapnya, aku menggeleng dan berusaha menghindar dari telunjuk Junhyung, tapi dia bersikeras, bahkan kini beberapa jarinya menggelitikku.
“tak ada…” ucapku menghindari gelitikan Junhyung.
“Em, masih berbohong?” tanyanya, lalu menggelitikku dengan kedua tangannya.
Aku tertawa kecil karena aksi Junhyung, namun tak tahu bagaimana bisa, Junhyung sekarang tepat diatasku.
“beritahu…” ucapnya, aku mengangguk.
“Aku tak sabar ke Daegu, kata Doojoon, kondisi Omma sudah baikan, mereka menunggu kita” ucapku pelan.
Aku memegang tattoo di lengan bawah Junhyung,
“Kau…menepati janjimu kan? Melamarku didepan Appa, Omma dan Doojoon?” tanyaku, Junhyung melihatku lalu mencium keningku perlahan.
“Aku berjanji, aku akan menepatinya” ucapnya. Bibir hangatnya masih menempel di keningku.
Junhyung melihatku lekat, wajahnya segar usai mandi.
Memandangnya sedekat ini membuat jantungku tak bisa terkontrol.
Perlahan, Junhyung menempelkan bibirnya kebibirku, dia mencium bibirku perlahan. Hangat.
Berapa lama? Aku tak tahu, aku menikmati ciumannya malam ini.
Entah kenapa, malam ini aku tak menolak apa yang dilakukannya padaku…
*****
Aku membuka mataku, dan kulihat tubuh di depanku, aku mendongak, kulihat Junhyung, matanya masih tertutup.
Tubuh kami masih ditutupi selimut putih tebal milikku.
Tangannya masih melingkar di pinggangku, dan aku masih didalam pelukannya.
Dia membuka matanya perlahan, wajahnya tak tersenyum melihatku.
Yoon Yooran PoV End

Yong Junhyung PoV
Aku membuka mataku, melihat Yooran dipelukanku. Kulihat dia mendongak melihatku.
Dia tersenyum manis pagi ini.
Kuelus wajahnya.
“Kau baik-baik saja?” tanyaku, dia mengangguk.
Aku tersenyum kecil.
“Mianhe” dia menggeleng.
“Hari ini, kau akan menepati janjimu kan?” tanyanya, aku mengangguk pelan.
“Kau tak akan meninggalkanku kan?” tanyanya, aku menggeleng
“Aku hidup karena kau hidup, aku akan mati jika kau mati…” ucapku pelan, kucium pelan keningnya.
“Aku sedikit merinding mendengarnya Junhyung” ucapnya, membuatku tersenyum kecil.
Aku dan Yooran bangun dan bersiap pergi pagi ini setelah sarapan.
“Yoo, ponselku dimana?” tanyaku, “ada padaku, aku yang membawanya saja ya…” ucapnya, aku mengangguk.
Kenapa dari kemarin Yooran terus menempelkan ponselnya di ponselku?
Aku dan Yooran berangkat, cuaca sedikit dingin, jadi aku dan Yooran memakai baju tebal.
Kujalankan mobilku.
“Junhyung…lihatlah…” ucapnya, menempelkan ponselku dan ponselnya berdampingan.
Gambar hati utuh terlihat. Sebelah hati pada ponselku, dan sebelahnya pada ponsel Yooran.
Aku tersenyum melihatnya.
“Aku senang melihat ini” ucapnya.
“Aku juga…kapan kau menggantinya?” tanyaku.
“Semalam, sebelum…” dia tak melanjutkan bicaranya. Aku tahu apa yang dia maksud.
Perjalanan berjalan mulus, untungnya cuaca buruk tak begitu menganggu.
Ada sedikit perasaan tak enak menganggu, tapi aku rasa aku hanya gugup karena akan bertemu Ayah dan Ibu Yooran.
Dia sangat senang, menyanyikan lagu yang kami putar selama perjalanan.
Sesekali dia bercanda bersamaku.
Tiba-tiba satu mobil mengarah kearah kami dengan kecepatan tinggi, dengan reflek aku segera membanting stir dan mengarahkan kearah yang berlawanan dengan mobil itu, untungnya aku cepat menghindar, tapi belum selesai, sebuah container didepanku, dengan kecepatan tinggi.
“Junhyung!!” suara panic Yooran terdengar.
Junhyung PoV End

Author PoV
Setelah menghidar dari mobil dengan kelajuan tinggi, Junhyun melihat kearah mobil itu, tapi Yooran lebih dulu berteriak panic saat melihat container didepannya, sedang Junhyung masih menyetir dengan kecepatan lumayan tinggi.
“Junhyung!!” Yooran berteriak kencang,, membuat Junhyung mengalihkan pandangannya kedepan, kaki Junhyung reflek menginjak rem, tapi tak bekerja.
Container itu terus melaju kearah mobil Junhyung, sehingga benturan keras antara container dan mobil Junhyung terjadi.
Benturan keras itu mengakibatkan suara yang amat keras, membuat tubuh Yooran terpental keluar kaca depan mobil Junhyung dan terhenti didepan kaca container itu, membuat supir container sedikit shock dengan pemandangan yang disaksikannya, tubuh Yooran hancur serta mengeluarkan darah, sedangkan tangan Yooran masih memegang erat kedua ponsel itu, tertera nama “Yoon Doojoon” memanggil, 13 missed calls.
“Aku hidup karena kau hidup, aku akan mati jika kau mati…”
Mulut Yooran menghembuskan nafas terakhirnya, dan menyebut kata “Junhyung”
Sedangkan Junhyung, tubuh lemasnya tergencet diantara setir dan tempat duduknya, sebatang besi masuk kedalam perut kanannya, membuat Junhyung tak sadarkan diri…
Wajahnya memar, darah juga bercucuran dari kepalanya.
“Aku hidup karena kau hidup, aku akan mati jika kau mati…”
“Yooran…” Junhyung mengeluarkan suara lemah dari bibirnya yang mengeluarkan darah.
Beberapa orang ditempat itu, langsung menghubungi rumah sakit terdekat dan melakukan pertolongan pertama pada mereka.
*****
“Junhyung…” Yooran memanggil Junhyung, dia masih tertidur pulas ditempat tidurnya.
Yang dipanggil membuka matanya, dia tersenyum melihat Yooran memakai short dress putih itu lagi, Junhyung bangun dari tempatnya.
“Yooran” panggil Junhyung, Yooran tersenyum kecil melihat Junhyung. Yooran tampak cantik mengenakan short dress juga Junhyung, memakai kemeja dan celana putih, dia tampak tampan.
Junhyung memeluk perlahan Yooran, namun tubuh Yooran terasa dingin dipelukannya.
Junhyung membuka matanya, mencoba mengingat dimana dia, dan apa yang terjadi.
Doojoon melihat Junhyung yang membuka matanya.
“Junhyung-ah, kau sudah sadar?” Tanya Doojoon,
“Jangan terlalu banyak bergerak, kondisimu masih sangat rentan” ucap Gyeoni menghentikan Junhyung yang akan bangun dari posisinya.
“Yooran?” Tanya Junhyung, Doojoon dan Gyeomin saling melihat, tak membuka mulut mereka.
“Yooran mana?” Tanya Junhyung sebisanya, tubuhnya masih sangat lemas setelah seminggu tergeletak ditempat tidurnya.
“Yoo, dia…” “Doojoon” Junhyung memaksa Doojoon untuk segera mengatakannya.
“Junhyung…” “Katakan dimana Yooran, aku mohon” Junhyung memohon pada Doojoon, Doojoon kembali melihat Gyeomin yang sama-sama tak bisa berbuat apa-apa.
Junhyung bangun dari tempatnya, tapi Doojoon menahannya.
“Lepaskan aku, aku bisa mencarinya jika kau tak ingin mengatakannya!!” cetus Junhyung, lalu keluar kamar rawatnya.
“Junhyung…” “Doo” Gyeomin menahan tangan Doojoon untuk menghalangi Junhyung.
Author PoV End

Yong Junhyung PoV
Aku mencari diruangan mana Yooran dirawat, perut kananku sakit luar biasa, tapi aku sangat ingin bertemu Yooran.
Aku berjalan kearah meja repseseonis, dan bertanya tentang Yooran.
“Permisi,  aku ingin bertanya pasien dengan nama Yoon Yooran” ucapku,
“Mohon tunggu sebentar” suster itu mencari, tak lama dia melihatku.
“Yoon Yooran meninggal seminggu lalu, ditempat kejadian, dirumah sakit ini hanya di otopsi” ucapnya.
Aku terdiam mendengar ucapan suster itu.
Aku bertemu Yooran… aku bertemu dengannya…
Tubuhku tak terasa lagi, seminggu lalu?
Yong Junhyung PoV End

Yoon Doojoon PoV
“Junhyung!!” aku memanggilnya, saat Junhyung tergeletak lemas.
“Ya Tuhan! Junhyung…” aku memanggil namanya lagi, dia terlihat lemas.
Aku meminta beberapa orang membantuku, juga dokter langsung memeriksanya.
Jujur saja aku benar-benar khawatir dengan keadaan Junhyung.
Aku tahu Junhyung sangat mencintai Yooran.
“Waktu kematian pukul 13.13” ucap dokter itu, aku menarik kerah dokter itu.
“Apa yang kau katakan?” tanyaku, dia terlihat takut.
“Doojoon!! Doojoon lepaskan!!” Gyeomin meleraiku.
“Gyeo, Junhyung…Junhyung…” aku terduduk lemas didekat tubuh Junhyung.
Jujur saja aku tak sanggup menerima ini, seminggu lalu, adikku meninggal ditempat kecelakaan, tubuhnya hancur, dan sekarang, haruskah aku kehilangan sahabatku lagi?
Gyeomin memelukku erat, dia menangis, namun tetap memelukku erat.
2 years later…

Aku membawa Gyeomin kesebuah pantai, sebenarnya tujuanku bukan kepantai itu, tapi ketempat kejadian dimana Yooran meninggal.
Aku berhenti di tempat itu, melihat sekeliling tempat itu, kulihat dua ponsel yang sengaja kubawa.
Wallpapernya tetap dua hati, di ponsel Junhyung juga masih ada 13 missed calls dariku.
Gyeomin memelukku dari belakang.
“hei, sayang…” aku berbalik arah, melihatnya.
“Aku mencintaimu…” ucapku perlahan.
Namun tak lama, getaran ponsel kurasakan.
Aku melihat ponsel mereka berdua.
Ponsel Junhyung, aku melihat di layar ponsel itu “Soom” satu panggilan, soom? Nama kontak Yooran di ponsel Junhyung adalah Soom.
Dan di Ponsel Yooran, nama Junhyung di ponsel Yooran adalah “Breath” memanggil.
Mereka ada disini?
Angin kencang tiba-tiba menyerang kami… aku benar-benar merasakan Junhyung dan Yooran disini…
“Yoon Yooran…Yong Junhyung…kalian disini? Aku mohon biarkan aku menyelesaikan ini semua…aku ingin kalian menjadi saksinya…” ucapku, melihat kemanapun, agar aku dapat menemukan mereka.
Anginnya berhenti, getaran di ponsel mereka juga berhenti…
Aku menggenggam tangan Gyeomin.
“Gyeo…aku mengajakmu ketempat ini, aku ingin memintamu menjadi istriku…” ucapku pelan, dia terlihat kaget.
“Doo…” “Aku sengaja memilih tempat ini, kau tahu, Yooran dan Junhyung sangat ingin melihatku saat melamarmu” ucapku, aku mengusap air mata Gyeomin, tapi dia juga mengusap air mataku yang jatuh entah bagaimana caranya.
Gyeomin mengangguk.
“Aku bersedia…” ucapnya pelan, lalu memelukku erat.
Kubalas pelukan erat Gyeomin.
Yang membuatku berhenti menangis adalah saat aku melihat Junhyung dan Yooran, entah diantara sadar atau tidak, mereka mengenakan pakaian serba putih, tersenyum manis padaku dan Gyeomin.
Ponselku bergetar…
Dua pesan masuk…
Dari Yoon Yooran?
“Chukkae Oppa”
Satu lagi, dari Junhyung?
“Chukkae”
Aku menggerakkan bibirku mengatakan, “Gumawo…” pada mereka.
Aku yakin mereka juga bahagia disana…
-the end-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar