Author : Vina Aprilia Widiani
Title : Different
Cast
Seohyun
Kyuhyun
Sunny
Changmin
Kibum
Chansung
Type : Series
–
–
–
Hari ini.
Seohyun menghabiskan waktunya dirumah. Hari ini tubuhnya sedang tidak
baik. Rasanya seluruh bagian tubuhnya terasa lelah, tidak mampu untuk
berbuat apapun. Jadi ia hanya menghabiskan waktu dikamarnya tanpa
melakukan apapun.
Disisi kanannya terdapat sebuah nampan berisi bubur dan beberapa obat
untuk menurunkan panasnya. Dan nampan itu masih utuh, tak sedikitpun
Seohyun menyentuhnya. Lidahnya yang terasa pahit itu mendesaknya untuk
tidak memakan apapun. Dan obat. Seohyun sudah bilang kepada dirinya
sendiri tak akan lagi menyentuh yang bernama obat lagi.
Kepalanya sakit. Itu juga alasan utama mengapa Seohyun tidak bisa untuk sekedar duduk untuk memakan makanannya.
Ia tidak mengerti sebab dirinya bisa jatuh sakit seperti ini. Di hari
yang lalu ia merasa dirinya baik-baik saja, bahkan ia tertawa keras
dengan Kyuhyun. Dan malam menjelang, tubuhnya sudah tidak bisa diajak
untuk bermain lagi. Suhu badannya meningkat, kepalanya menjadi sakit,
dan kakinya tak sanggup lagi untuk berjalan. Aneh. Sangat aneh.
Klek.
Seohyun mengarahkan wajahnya pada pintu. Terlihat sang ibu masuk
membawa sebuah baskom yang ia duga itu adalah air dingin dengan kain
didalamnya.
“Masih belum baik?” Tanya sang ibu duduk dipinggir tempat tidur
dirinya. Seohyun hanya mampu menggeleng, ia tak mampu berbicara , walau
hanya ingin bergumam rasanya susah.
“Apakah kau bermain hujan kemarin?” Seohyun menggeleng, ia tidak
melakukan hal itu. Pulang sekolah saja, pakaiannya masih rapih tanpa
sedikitpun kotoran. Apalagi bermain-main dengan hujan, ia akan dimarahi
oleh Kyuhyun nanti, oh tentu juga sang ibu pastinya.
“Mengapa begitu aneh?”
Seohyun hanya mengangkat bahunya, tanda ia benar-benar tidak
mengerti. Penyakitnya datang begitu saja, apakah ini salahnya? Bukan.
-
-
“Kau diam saja setelah dirinya membuat gadismu seperti itu? Dia bisa membunuhnya pelan-pelan.”
Vampire yang kini sedang duduk disalah satu sofa diruangan besar itu
menundukkan wajahnya. Sebagai laki-laki berdarah vampire , ia merasa
malu dengan segala hal yang terjadi padanya. Seharusnya dirinya bisa
mengendalikan setiap masalah yang menimpanya. Dia menghela nafas,
sejujurnya ia tidak bernapas sama sekali, hanya tindak penyaluran
emosinya.
“Apakah kau mau dia terus melakukan ini? Wanita itu sudah gila, kau
harus menghentikannya.. bukan terus mengalah dan membiarkannya.” Suara
tegas itu berasal dari mulut vampire perempuan dengan surai coklat
panjang yang kini sedang berdiri dan bersandar pada sebuah lemari besar
coklat yang berada di ruangan itu juga. Siapa lagi sih yang bisa
memarahi vampire pengecut itu selain istri dari seorang vampire baru
bernama Kim Kibum. Ya, Yoona. Perempuan yang sudah jengah dengan segala
tingkah pengecut si vampire yang menunduk itu.
“Wanita itu sudah berlebihan. Ia berkata tidak ingin kehilangan gadis
itu? tapi kau bisa merasakannya kan bahwa wanita itu telah membuat
gadis itu menderita dengan segala kekuatan setan yang ia punya?”
Si vampire pengecut itu berpura-pura menghela nafas lagi. Kali ini ia
menengadahkan kepalanya lalu menyenderkannya pada senderan sofa.
Matanya yang berwarna coklat terang itu menyapu langit-langit ruangan.
Dia baru mengetahuinya sekarang, setelah sekian lama mencoba mencari
tahu tentang wanita itu. Yah awalnya, ia keberatan untuk mencuri segala
hal tentang wanita itu, siapa lagi sih yang bisa memaksanya kalau bukan
Yoona. Ya, vampire cantik itu memaksa dirinya untuk mencari tahu tentang
wanita itu. Dan… tanpa dirinya duga ternyata… ah, wanita itu, ia bahkan
masih belum bisa mempercayainya.
“Aku tahu apa yang ada dipikiranmu! Aku seorang perempuan Kyuhyun!
Jangan pernah membuatnya bertambah sakit. Pertama; cintanya digantungkan
olehmu..dan kedua; dia harus menghadapi sakit yang luar biasa karena
ulah wanita itu karena wanita itu tidak suka padamu.”
Kyuhyun—si vampire yang dipanggil pengecut itu—memejamkan matanya
sejenak. Mencoba membiarkan otaknya yang pintar itu untuk bekerja lebih
keras dibanding biasanya. Ia bisa melihat masa depan memang bahkan masa
depannya bisa dibilang indah—apalagi kalau bukan bersama gadis itu, tapi
masa depan bisa berubah kan? Ia tidak bisa mempercayai seratus persen
dari penglihatannya itu.
“Masa depan mu bersamanya. Tuhan tak akan jahat padamu, Kyuh. Kau
tidak pernah berbuat jahat kan? Oh ayolah…kau harus tegas!” lagi-lagi si
perempuan cantik itu mendesak, sebenarnya ia bosan, hey tapi ini
kebahagiaan saudaranya jadi kata bosan bisa dihilangkan disaat itu juga.
Oh Yoona, kau bisa kan mendengar jeritan hati vampire pengecut itu
saat ini. Dia juga ingin tegas. Tapi di sisi lain ia merasa takut, bahwa
suatu saat nanti pilihan yang ia ambil ini akan berbuah kesakitan yang
mendalam dan tak akan bisa diobati lagi.
“Hentikan dia! Dan kau tidak akan pernah menyesal melakukan itu!”
Yoona menatap tajam pada sosok rapuh si vampire. “Dia bukan melindungi!
Dia akan menyakiti gadismu, dan kau tahu ? itu akan berujung dengan
kematiannya? Kau mau kehilangannya?”
Si vampire bersurai coklat itu mengacak rambutnya frustasi. Kehidupan
yang dibayangkan akan mudah untuk dilaluinya malah menjadi kacau
begini. Jadi salah siapa? Dia yang memilihkan ?
“Kau pikirkan matang-matang. Kau sudah memilihnya Kyuh, kuharap kau
memilih cara yang terbaik untuk menghadapi perempuan tua itu!” Yoona
pergi dari sana. Yang tersisa hanya sebuah bau khas yang masih menempel
di lemari kayu yang baru saja menjadi senderan punggung vampire anggun
nan tegas itu.
-
-
-
“Aku tidak akan membiarkannya merebut hal yang paling berharga!”
Perempuan tua itu menyeringai. Tatapan mata yang tajam itu kini
menatap sebuah figura besar yang terpajang gagah di bagian ruang pribadi
miliknya. Sebuah pigura dengan bergambar dirinya yang duduk ditengah
dan dua orang perempuan manis yang dengan lembut memegang pundaknya.
Foto itu sudah terkesan sudah sangat lama.
Jemari yang sudah berkerut itu terangkat, mengelus kaca yang
melindungi foto lama itu. mata yang tadi menyiratkan sebuah kebencian
kini kembali melemah digantikan dengan sebuah mata sayu yang begitu
kehilangan. “Kalian tidak boleh menyentuhnya, kalian tidak boleh
menyentuhnya.” Ia bergumam berkali. Lirih terdengar.
“Cara apapun akan ku lakukan agar dirinya tak kau ambil!” tiba-tiba
aura gelap itu kembali hadir, mengisi segala sudut ruangan yang
bernuansa coklat itu.
“Jika memang cara berbahaya itu yang harus aku pakai untuk membuat kalian berhenti. Akan ku lakukan!”
“Ini demi anakku, aku akan membahagiakan anakku!”
“Apapun caranya!”
-
-
Kembali ke si vampire yang sedang gundah ini, sampai saat ini ia
belum beranjak dari tempatnya sejak ia berbicara dengan Yoona tadi.
Kyuhyun masih dengan posisinya duduk dengan kepala yang bersender pada
kepala sofa merah maroon itu. Ruangan nan megah itu sangat sunyi,
bahkan si vampire dengan pendengaran yang tajam ini saja sama sekali tak
mendengar sebuah suara pergesekan benda yang amat kecil sekalipun.
Lagi. Dan lagi berpura-pura menghela nafas. Ia tidak tahu apa lagi
yang harus ia lakukan. Otaknya yang cerdas itu sudah berulang kali
diputar, dipaksa untuk bekerja dan hasilnya adalah sama—mengikuti saran
suadarinya.
Tapi harus darimana ia berjalan?
“ini sakit~”
Sebuah suara yang entah dari mana tiba-tiba terdengar dan diterima
oleh alat pendengarannya. Kyuhyun tersentak. Ia mengenalinya, bahkan
sangat mengenalinya. Matanya yang sipit itu melebar, tangan yang biasa
memutuskan leher manusia tanpa dosa itu tampak bergetar. Oh, ada apa
ini?
“Ini sakit!”
Suara itu datang lagi. Kyuhyun memejamkan matanya, mendeteksi apakah
suara itu datang dari gadisnya atau hanya sebuah ilusi belaka. Dan… itu
benar dari gadisnya, suara yang penuh dengan penderitaan itu semakin
lama semakin menggema ke seluruh ruangan. Vampire tampan itu ingin
menemui gadisnya, memastikan bahwa gadis itu tidak apa-apa.
Gadisnya tidak mungkin baik-baik saja setelah dirinya mendengar suara
rintihan kesakitan itu. Kyuhyun beranjak dari tempatnya, namun
tiba-tiba terhenti setelah dirinya mendengar sebuah suara lain…
“Jangan pernah beranjak dari sana, atau dia akan semakin sakit.”
Kyuhyun sontak mencari asal suara tersebut. Ia memutar tubuhnya,
mencari asal suara menyeramkan tersebut. Tak ada orang. Tapi ia kenal,
kali ini bukan suara dari gadisnya. Melainkan wanita tua yang selama ini
tidak menyukainya, yang membencinya.
Jadi, apakah ia harus pergi sekarang?
Jika ia pergi untuk menemui gadisnya, gadisnya bukannya sembuh
melainkan bisa sekarat. Jika ia tidak pergi, apakah ia bisa tenang
dengan keadaan gadisnya yang terus berteriak kesakitan tapi dirinya
tidak ada disana?
Kyuhyun benci dengan ini? Ia benci jika harus memilih, tapi
pilihannya semuanya tidak ada yang bagus. Keduanya tidak menguntungkan.
Dia sudah sabar. Bahkan melebihi dari kata sabar. Ia muak dengan
segala permainan yang ia lakoni sekarang. Ia mencintai gadisnya dengan
cinta yang murni, tapi mengapa begitu sulit untuk di raih?
“Kyuhyun! Kau harus tegas! Oh ayolah!”
Itu suara Yoona. Dia tidak membenci suara ini, malah kalimat dari
suara ini yang membuatnya menjadi berpikir dua kali untuk mundur.
Kyuhyun memilih suara ini sebagai penyemangatnya, dan memilih suara dari
gadisnya-seohyun- sebagai tujuannya.
“Baiklah. Aku tidak akan bermain dengan kata sabar lagi.” Ucap
Kyuhyun pelan namun kentara sekali dengan kesungguhan di kalimatnya.
Kyuhyun berbalik, meraih gelas kaca dengan isi darah disana,
meneguknya sampai habis dan berjalan cepat keluar dari rumah megahnya
menuju sebuah tempat—rumah gadisnya.
-
-
Malam menjelang.
Seohyun tiba-tiba terengah-engah, ia merasakan bahwa alat
pernapasannya bagai ditutup oleh benda besar. Merasa tersumbat. Keringat
dingin keluar dari pelipis juga keningnya, ah tidak bukan hanya disana
saja, tapi tangan kaki beserta bagian lehernya dilelehi oleh keringat.
Kepalanya tidak berhenti berdenyut, ingin rasanya memutuskan kepalanya
dari pangkalnya. Seluruh tubuhnya seperti dihancurkan dari dalam.
Dibalik selimut bergambar kodok itu, seluruh tubuh Seohyun tak bisa
berhenti untuk diam. Ia merasakan darahnya sudah tidak kembali mengalir,
otot-otot tubuhnya tak berfungsi, bahkan ia tak merasakan bahwa ada
tulang disana.
Merintih pun percuma. Ia tidak merasakan bahwa ia mempunyai mulut
untuk berbicara. Jadi yang bisa ia lakukan adalah merintih dalam hati,
berkata dia kesakitan dan terus kesakitan. Dan jauh di lubuk hatinya, ia
berharap Kyuhyun—si vampire—ada disampingnya, merawatnya dengan baik.
Sayang… hanya harapannya, tidak mungkin kan? Ia hanya teman… walaupun
cinta secara tak langsung mengikat mereka berdua. Tapi hubungan mereka
hanyalah sebatas teman.
Dak!
Sebuah suara dari arah jendela mengagetkan gadis itu. Ia menoleh
dengan gerakan pelan. Matanya yang tadi sayu itu tiba-tiba membulat saat
menangkap sosok yang kini sedang berdiri tak jauh dari tempatnya
berbaring.
“Seohyun-a” suara bass itu memenuhi kamar bernuansa kodok itu. sosok
itu tersenyum sembari kakinya melangkah menuju ranjang yang kini sedang
dibaringi oleh Seohyun.
Mata bulat itu menatap sosok itu tak percaya, baru saja ia
mengharapkan kedatangannya. Dan—oh, Seohyun bersyukur mempunyai dirinya
yang seorang vampire.
Klek.
Tanpa menyentuh pintu, sosok itu sudah mengunci pintunya. Oh, soal
ibu… dia sudah membereskannya dengan cara membuat wanita dari ibu
gadisnya itu tertidur. Dan sekarang hanya mereka yang masih terjaga.
“Kau baik-baik saja?” sosok itu mengambil tempat duduk dipinggir
ranjang Seohyun. Tangannya yang dingin meraih tangan putih milik
Seohyun. Tangannya panas.
“Kau? Apakah kau bermain hujan-hujanan?” suara sosok itu terdengar
bergetar. Ia bohong. Ia tahu apa penyebab gadisnya menjadi seperti ini.
“Yaya, kau tidak bermain hujan-hujanan. Atau mungkin cara makanmu
yang seenaknya? Bukankah sudah kubilang kau makan yang benar.. jadi
sakit begini kan.”
Seohyun menarik kedua ujung bibirnya. Ia senang, amat senang. Bahkan ia melupakan nafasnya yang seperti di ujung.
“Kau menungguku, eoh?” Kyuhyun mencoba tertawa, walaupun menjadi aneh
akhirnya. Tapi ia berusaha menutupi kenyataan. “Sekarang kau makan, aku
akan menyuapimu.”
Ingin menangis. Ya, vampire boleh kan menangis? Kyuhyun merasa
hatinya hancur melihat Seohyun yang rapuh seperti ini. Lihat bibirnya
pucat itu, dan sentuh kulitnya dan kau akan kaget setelah menyentuhnya..
panas sekali.
Kyuhyun mengulas senyum, lalu mengambil mangkuk yang sudah dingin itu
dari atas nampan. “Nah ini…” Kyuhyun menyodorkan sendok dengan bubur
dingin diatasnya.
Seohyun menggeleng lemah. Matanya yang memerah itu mencoba memberitahu Kyuhyun bahwa dirinya tidak bisa berbuat apapun.
“Tidak. Kau harus makan!” Kyuhyun menyimpan kembali mangkuk bubur itu
diatas meja. Sekarang ia mencoba membantu Seohyun untuk duduk, agar
bisa makan.
“Nggh.” Seohyun merintih, padahal hanya bergerak untuk duduk. Tapi kepalanya sudah seperti ditusuk ribuan jarum.
“Maafkan aku.” Seohyun hanya menggeleng, gadis itu tersenyum sangat
manis. Kyuhyun kembali mengambil mangkuk dingin itu, lalu menyuapkan
sendok dengan bubur pada Seohyun.
Dan malam itu… Kyuhyun bersyukur, suara aneh itu tidak mengganggunya.
-
-
“Dia bertindak semakin jauh.”
“Cucunya bisa mati ditangannya sendiri.”
“Seharusnya ia tak melakukan hal yang paling dilarang.”
“Kehidupan yang rumit.”
“Karena sebuah masa lalu, dia sampai seperti ini.”
Itu adalah isi percakapan yang dilakukan oleh Yoona dan Changmin
(sebetulnya ada kibum juga, sayangnya ia hanya mendengarkan) di ruang
keluarga mereka. Dengan sebuah minuman manis di gelas kaca yang di
pegang oleh masing-masing, ketiganya nampak seru membicarakan hal yang
sudah tak tabu lagi mereka perbincangkan.
“Jika dirinya sudah melakukan ritual setan itu, tidak tahu apa yang
akan terjadi dengan gadis tak berdosa itu.” Changmin berkata, setelah
itu menyesap darah kental yang begitu manis dilidahnya.
“Dan kau tahu, kekuatan gadis itu semakin melemah, ia sudah tidak
bisa membaca pikiran orang lagi.” Yoona menambahkan. Vampire cantik itu
tak asal bicara, kekuatannya yang ajaib memberitahukannya tentang apapun
tanpa menyentuh si korban.
“Apakah ini akan menjadi kisah yang tragis?” Changmin bertanya, seringaian terlihat diwajah tampannya.
Yoona mengangkat bahunya. “Tidak tahu pasti. Ini semua tergantung
pada tindak wanita tua itu. Akan sejauh mana ia melakukan hal yang
seharusnya tidak boleh dilakukan.”
“Kurasa tidak. Mungkin tragis di awal?” Kibum yang sedari tadi diam, angkat bicara.
Yoona tersenyum padanya. “Positive thingking, huh?”
“Ya siapa tahu saja. Aku bertaruh ini akan menjadi kisah cinta yang mengulur waktu tapi akan berbuah manis.”
“Yak! Kim Kibum seperti peramal saja kau!” Changmin menimpali, lalu
melempar Kibum (yang didepannya) dengan sebuah bantal berwarna yang
sejak tadi disampingnya.
Kibum sudah menjadi vampire sekarang. Ia dapat dengan cepat menghidar
dari serangan mendadak itu. “Itu perwujudan dari sebuah doa juga.”
Katanya.
“Hey, Changmin. Suamiku benar… seharusnya kita begitu…” Yoona memberi
sebuah death glare pada sosok jangkung didepannya. Jika death glare itu
benar-benar bisa membunuh mungkin Changmin sudah terbunuh sekarang.
“Yaya. Dua lawan satu. Kalian curang!”
Pasangan itu terdiam. Saling melirik lalu tertawa dengan begitu
keras. Changmin menyerngit, seandainya kemampuannya adalah bisa membunuh
orang dengan kekuatan pikiran mungkin pasangan muda itu sudah tak
berkutik lagi.
“Cukup!” tegasnya. “Kalian ingin mengejekku , huh? Lupakan! Bukankah kita membahas Kyuhyun dan juga gadisnya?”
Kibum kembali dengan wajah datarnya , kontras dengan istrinya yang masih tertawa. “Maafkan kami.”
“Lupakan!”
“Kau benar-benar lucu. Kau seharusnya mencari—“
“cukup Yoong! Kibum bisakah kau berhenti tawa tidak penting dari istrimu itu?!”
-
-
“Nah sudah.. kau bisa kembali membaringkan tubuhmu.” Kyuhyun
menyimpan mangkok yang sudah kosong itu diatas meja. Lalu membantu
Seohyun untuk kembali berbaring ditempat tidurnya.
“Kau harus tidur. Cukup –cukup lah untuk istirahat walau tubuhmu
menolak.” Kyuhyun tersenyum, telapak tangan putih itu mengusap pucuk
kepala Seohyun dengan sayang.
“Jika esok hari masih seperti ini, jangan paksakan dirimu untuk bersekolah.. kau mengerti?”
Seohyun hanya mengangguk tanda jawabannya.
“Yang tadi aku bicarakan… kali ini aku tak ingin melepaskanmu.
Sungguhan dan batas pertemanan ini sudah ku ambrukkan. Seohyun…kau mau
kan menjadi kekasihku?”
tbc.