Senin, 01 Oktober 2012

Different [Part 11]

  
Author : Vina Aprilia Widiani
Title : Different
Cast :
Seohyun – Seo JooHyun
Kyuhyun – Cho Kyuhyun
Im YoonA – YoonA
Type  : Series
Rating : 14+
Summary : Aku bisa melihat semua pikiran orang lain, kecuali dia. Seorang namja berkulit putih pucat yang sosoknya jauh dari semua orang. Namja yang se akan menarikku lebih jauh masuk ke dalam kehidupannya yang penuh misteri dan gelap.
Disclaimer : Cast milik Tuhan, ayah-ibu mereka, dan juga Agensi mereka. dan jalan cerita ini, semua punya otakku. karena otakku yang bekerja untuk membuat ff ini..
:: Maaf yah, kalau update-nya itu lamaaa. Aku ini kan kemaren lagi deg-deg yah nungguin pengunguman kelulusan, jadi-nya aku nggak fokus buat nerusin ff ini. Nah, setelah udah dapet pengunguman kemarin, dan aku dapet hasil yang memuaskan[Alhamdulillah]  haha.. Jadinya baru sempet sekarang nge-post nya hehe ._.v ::
So, Let’s Read !



Pria yang bernama Sehun itu sedang berjalan didepanku, aku mengikutinya dari belakang. Kami menyusuri jalanan setapak yang dipenuhi dengan tanah basah, bebatuan dan juga pepohonan yang tidak tertata rapih untuk menuju rumah sederhana yang sebentar lagi akan kelihatan dari corong perapiannya.
Sepanjang perjalan menuju tempat ini, aku dan juga orang yang bernama Sehun ini tidak melakukan sesi pembicaraan sedikitpun. Sehun bukanlah seorang type pria yang selalu mengincar perhatian para wanita dengan sebuah gombalan atau sejenisnya, dia seperti pria yang memikat wanita dengan seluruh sikap pendiamnya dan wajah tampannya (Ya, sama seperti Kyuhyun).
Sebuah bangunan yang berbentuk sangat sederhana itu sudah terlihat. Rumah Nenek.
Sehun masuk terlebih dahulu, disusul olehku yang berada dibelakangnya. Saat pertama kali aku masuk ke dalam rumah ini, suasana hangat itu seakan sudah tiada, berbeda saat-saat dulu. Apakah ini karena sikap nenek yang berubah juga ?
Aku seperti asing dirumah ini. Benar-benar merasa berbeda, entah ini karena perasaanku yang hampir ‘benci’ terhadapnya atau memang dia sendiri yang membuat suasana dalam rumah ini semakin aneh.
“ Dimana nenek ? “ aku bertanya pada Sehun yang saat ini sedang menyiapkan segelas teh hangat untuk kami. Dimana dia ? Biasanya dia yang selalu menyiapkan itu semua.
Sehun mengangkat bahunya tanda bahwa dia tidak tahu. Aku melorotkan bahuku bahwa aku sedikit kecewa karena aku yang disuruh olehnya untuk datang kesini tapi nyatanya dia pergi entah kemana.
“ Dia kan menyuruhku datang ke sini” gerutuku pelan, berbalik, melangkah kaki menuju sofa hijau disana. “ Tapi dia malah pergi “ lanjutku, kemudian menghempaskan tubuhku ke atas sofa empuk ini.
Kedua mataku menyapu seluruh ruangan ini. Tak ada yang berubah. Mungkin nenek sedang malas untuk merenovasi lagi tempat ini.
Ku lihat Sehun datang menghampiriku dengan sebuah nampan yang diatasnya sudah tersedia teh hangat untuk kami. Dia tersenyum kecil saat mataku menangkapnya yang berjalan menghampiriku.
“ Minumlah, kau pasti kedinginan “  Sehun menyerahkan secangkir teh hangat padaku, aku hanya tersenyum kecil sambil menerimanya.
Yeah, bagaimana tidak kedinginan. Dia menjemputku disaat hujan, walaupun naik mobil sekalipun tetap saja dingin.
“ terima kasih “ ujarku sebelum aku menyesap teh hangat ini.
“ Maaf membuatmu menunggu Seohyun “ sebuah suara terdengar dari arah belakangku, dengan gerakan spontan aku melihatnya dibalik bahuku. Itu nenek dengan beberapa kantung belanjaan di kedua tangannya yang terlihat masih kuat itu.
Ku lihat Sehun beranjak bangun dari duduknya, dia berjalan menghampiri nenek dan menggantikan nenek membawa barang belanjaan itu, membawanya langsung ke dapur.
Cucu yang baik, huh ?
Sayangnya aku tidak sebaik dulu. Bukan. Bukan aku yang ingin berubah. Tapi, ini semua karena ulah nenek sendiri.
Nenek membuat sebuah senyuman di wajah keriputnya itu. Seakan-akan sebuah senyuman darinya bisa membuatku luluh dan menjadi baik terhadapnya. Tidak. Tidak akan.
Dia menghampiriku dan mengambil posisi duduk berhadapan denganku. Kami berdua saling beradu pandang, yeah, saling bertukar pikiran masing-masing. Aku tahu nenek tidak ingin bahwa cucu kesayangannya—Sehun—mengetahui hal ini.
Yang sedang kami bahas berdua adalah tentang Kyuhyun—apalagi selain tentang hal itu. Kami berdua berbeda pendapat dan akan selalu begitu, jika nenek tidak merubah pikiran jahatnya tentang Kyuhyun.
Dan aku akan selalu konsisten dengan pendirianku—tetap pada Kyuhyun.
“ Cukup Seohyun,” nenek berusaha mengumbar senyuman yang dipaksakan setelah kami saling berdebat dalam sebuah percakapan pikiran yang kami lakukan tadi. “ Lebih baik kau berjalan-jalan lah dulu dengan Sehun. Nenek akan membuatkan kalian sebuah makanan” lanjutnya,  lalu memanggil sehun dengan pelan, tangan kanannya mengisyaratkan agar Sehun datang ke tempat kami.
Aku menyerngit kesal, mendengus pelan. Dia tidak terima dengan pertentanganku. Baiklah, berarti tak ada kata ‘manis’ lagi dalam kamusku untuk berbicara padanya. Dia tidak mau menjelaskan apapun, fine, aku juga tidak akan menurutinya.
Sehun datang ke tempat kami, dia baru saja menaruh barang-barang yang dibeli nenek ke tempatnya.
“ Sehun-a, ajaklah Seohyun jalan-jalan”
ye ? jalan-jalan ?”
Nenek mengangguk, “ Iya jalan-jalan. Aku akan membuatkan sebuah makanan untuk kalian”
Awalnya Sehun ingin menolah, karena dia tidak bisa jika bertemu orang baru sepertiku. Canggung itulah maksudnya. Tapi entah tiba-tiba pikiran Sehun berubah, dan mengiyakan ‘suruhan’ nenek.
“ keluar beberapa puluh menit, untuk kembali lagi kesini” []
*
Kyuhyun Pov-
Aku langsung cepat bangkit. Berdiri tegap seolah-olah tak terjadi apapun padaku. Rasa sakit yang biasanya tidak pernah ku rasakan, tiba-tiba datang menyerang tulang belakangku. Tidak hanya disitu, tapi juga disini—hatiku.
Semua pandanganku buyar saat aku tiba-tiba mendapatkan sebuah bayangan Seohyun bersama pria lain. Mereka terlihat jalan bersama. Aku tidak dapat melihat dengan pasti wajah dari pria itu karena aku dengan cepat terjatuh.
Apakah pria itu—ah tidak.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dengan tempo cepat. Mencoba menghilangkan jauh-jauh pikiran buruk yang berada dala otakku, yang ku yakin tidak mudah untuk menghilangkannya.
“kau tidak apa-apa?” Changmin menghampiriku, menatapku dengan aneh. “Ada apa denganmu, huh” tatapan remehnya terlihat, ya, itu karena aku gagal mendapatkan mangsaku. Tapi setidaknya aku hampir mendapatkan mangsaku.
“Tidak. Aku tidak apa-apa, hanya tiba-tiba konsentrasiku bubar” jawabku, sembari membersihkan beberapa titik pakaianku dari tanah akibat kejadian kecil tadi.
“Lebih baik, kita mencari manusia saja. Tapi, cari manusia yang tidak kepribadian baik, maksudku manusia jahat, aku terlalu kasihan melihat orang baik mati ditanganku. Lagipula, kita tidak perlu mengeluarkan tenaga besar jika memangsa manusia jahat kan? Hanya tinggal menariknya ke sebuah tempat terjauh dari orang banyak, lalu mengigit lehernya, hisap darahnya sampai habis. Dan kita akan kenyang dan manusia jahat itu pergi”
Dengan santainya Changmin berbicara panjang lebar.
Aku hanya mengangguk untuk mengiyakan ajakannya. Lagipula Changmin benar, memangsa manusia lebih mudah dibanding memangsa hewan. Dan… darah manusia jauh  lebih nikmat dibandingkan darah rusa yang sering ku tangkap. Darah manusia lebih membuatku bertahan hingga seminggu lamanya, sedangkan darah hewan hanya bisa mengontrolku hanya tiga hari saja.
“Kajja, sebelum kita kelaparan!”
Changmin jalan terlebih dahulu, langkahnya lebih cepat dibanding dirinya yang dulu. Karena sudah lama tidak pernah seperti ini bersamanya, aku jadi tidak tahu perkembangannya sudah menjadi seperti ini—lebih bengis.
Setelah sampai kota, kami memperlamban langkah kami—berjalan layaknya orang biasa. Mengintai orang-orang itu dari kejauhan. Setelah mendapatkan target yang tepat, kami sama-sama menutupi kepala kami dengan tudung jaket, lalu menghampiri seorang pria pemabuk yang hidupnya hanya menyusahkan istri dan anaknya saja. Lagipula, orang itu tidak akan pernah berubah jika dipenuhi dengan otak jahatnya itu.
Kami seperti polisi yang sedang menyamar, berjalan dibelakang tepat orang itu. Mengintainya. Changmin sekali lagi berjalan lebih dulu—ku rasa dia sedang dilanda kelaparan yang berat. Ku lihat dari posisiku, Changmin sudah berada disamping pria itu, kukunya yang tajam itu sudah mulai terlihat dibalik jaket tebalnya—siap menarik orang itu ke dalam gang buntu yang kini hanya tinggal beberapa langkah lagi dari sini.
Srekkk.
Changmin menarik dengan paksa orang itu masuk ke dalam gang kecil itu. Disusul denganku yang kini sudah berada disampingnya. Dengan ganasnya Changmin mencekek leher pria itu, aku hanya menatap datar kejadian itu. Malah aku ingin dia cepat-cepat dia lenyap dari dunia ini. Bukan—bukan karena aku orang jahat, tapi ini karena paksaan dari dalam diriku yang lain.
Ku lihat orang itu meringis kesakitan saat kuku-kuku panjang Changmin menusuk kulit lehernya. Pria itu meronta kesakitan. Kami bukan vampire yang langsung mengigitnya, tapi akan menyiksanya terlebih dahulu, entahlah itu seperti sebuah hiburan kecil bagi kami.
Ku lihat orang itu sudah tidak berdaya lagi. Changmin dengan cepat mengigit leher pria itu dengan taring yang sudah terlihat jelas sedari tadi. Darah mengucur dilehernya, membuat sesuatu yang berada didalam diriku mendesak untuk ikut menghisap darah dari lelaki itu.
Changmin menarik diri dari pria itu, lalu menyunggingkan senyuman anehnya padaku.
“Aku sisakan setengahnya untukmu. Setelah ini mari cari lagi, aku masih belum puas” ujarnya padaku dan hanya aku jawab dengan anggukan pelan dan tak lupa sebuah sunggingan senyum.
Aku mengambil alih tubuh pria itu. Ku dongakkan kepala pria itu, aku mengambil leher sisi kanan, aku sudah siapkan taringku untuk menamcapkan dikulit lehernya. Aku mulai menggigitnya, menghisap darahnya kuat-kuat—sampai habis tak bersisa.
“lumayan” komentarku setelah selesai melakukan sesi makan yang cukup menyenangkan itu.
Tubuh pria itu sudah terkulai lemas, ku masukkan ke dalam plastic sampah besar yang berada diujung gang buntu itu. Aku membawa-nya sebagai oleh-oleh untuk para anjing liar yang berada dihutan sana.
Kami pun dengan segera pergi dari tempat itu sebelum ada yang melihat kami. Mencari mangsa lain, dengan darah yang jauh lebih nikmat dibanding yang ini.
*
Seohyun Pov-
“ Jadi, kapan kau kembali ke rumah itu?” aku bertanya pada Sehun yang kini sedang berjalan berdampingan denganku. Aku mulai berbasa-basi.
“ Kemarin lusa,” jawabnya singkat, tanpa mengalihkan pandanganya kepadaku. Dia tetap berjalan menyusuri jalan berbatu ini.
Suasana hening kembali.
Aku mencoba mencari topic yang menarik.
“Kau sayang sekali ya, padanya—Ah, tidak, masudnya ‘dia’ adalah nenek” sebenarnya aku tidak perlu bertanya tentang hal ini, karena aku akan tahu jawaban memuakkan darinya.
“Tentu,”
Aku mengamatinya dengan lekat. Dia benar-benar terlihat sempurna; hidung mancung, matanya yang tajam, bibir yang merah, kulitnya yang se-putih susu, tubuhnya yang tinggi dan badan yang tegap itu. Benar-benar cocok dengan watak yang Sehun miliki.
Sehun—Oh Sehoon—cucu angkat nenek yang menggantikanku beberapa tahun silam. Dia benar-benar menyayangi nenek bagaikan nenek kandungnya sendiri. Sehun adalah seorang anak yang dulu dibuang oleh ibunya dijalan karena ibunya tidak sanggup lagi membiayai hidupnya. Sungguh malang anak ini.
Dia bertemu nenek saat dirinya nyasar ke depan pintu  sebuah market kecil—market langganan nenek. Nenek menemukannya sedang menangis mencari ibunya yang sengaja meninggalkannya. Ya, sebenarnya nasib anak ini tidak malang-malang juga sih, setidaknya ada nenek yang menjaganya.
Maafkan aku Sehun-ssi. Bukannya aku lancang membaca seluruh kejadian pahit yang dulu pernah menimpamu. Tapi aku hanya ingin tahu dan menjaga diri saja. Tidak lebih.
Ya, dan secara tidak sengaja juga, aku telah memuji nenek atas kebaikannya. Hah!
“Seohyun,” aku menengok kepada Sehun. “Nde ?” jawabku,
“Kau tahu, aku pernah sempat iri padamu” dia tertawa kecil, aku menyerngit mendengar perkataannya barusan. Apa ? Dia iri padaku ? Tidak salahkah dia.
“Iri?”
“ya, kau selalu dia bicarakan oleh nenek. Bagaimana dirimu. Semuanya tentang dirimu selalu nenek ceritakan padaku. Sempat aku memaksa nenek untuk ingin menemuimu, tapi nenek melarangku karena dia bilang kau sedang sakit” jelasnya panjang lebar, sedikit membuatku terkesiap kaget. Jadi nenek menceritakan tentangku padanya.
Sehun kini mendongakkan kepalanya menatap langit biru yang tergambar jelas dari tempatku saat ini. Matanya seakan menerawang hal yang sudah cukup lama dia abaikan. Ya, dia sedang membayangkan wajah ibunya, walaupun dia samar-samar mengingatnya.
“Sehun-ssi, kau tak perlu iri padaku. Karena kau sudah mempunyai orang yang menyayangimu sepenuhnya. Jagalah nenek baik-baik”
Entah ada apa dengan diriku saat ini. Perkataan Sehun barusan membuatku menjadi agak sedikit tersentuh. Ya, setidaknya aku beruntung mempunyai nenek dengan utuh—maksudku nenek kandung. Sedangkan Sehun bukan cucu kandung, dia juga anak yang terlantar yang ibunya pergi jauh meninggalkannya.
“Aku merasa bukan cucu yang baik untuknya. Tapi mungkin nanti, aku akan berusaha menjadi cucu yang baik sama seperti-mu” lanjutku, diiringi dengan senyuman tulusku. Dengan cukup beraninya, aku menepuk pelan pundak kanan Sehun.
Sehun menoleh padaku, senyuman yang kecil itu se-akan berarti sekali. Matanya yang sedari tadi seperti tanpa tanda kehidupan itu kini kembali cerah. Sepertinya perkataanku telah membangkitkan semangatnya dari sebuah keterpurukan.
“Kita sama-sama menjaga dirinya”
Aku hanya mengangguk pelan, lebih tepatnya ragu. Ya, aku ragu untuk melakukan itu. Sehun tidak tahu apa-apa tentang permasalahan anatara aku dengan nenek. Yang dia tahu adalah bahwa aku cucu yang paling disayang oleh nenek.
“Akh. Lebih baik kita kembali ke rumahnya. Waktu kita berjalan-jalan sudah terlalu lama” ajaknya disertai dengan sebuah senyuman yang bagiku terlalu manis.
“Ya, kurasa masakan buatannya sudah jadi”
*
Aku sudah sampai dirumahnya.
Lebih tepatnya aku sudah duduk diruang makan. Aku mengambil tempat disebelah Sehun, dan tidak berhadapan dengan nenek. Aku merasa sangat malas untuk berdebat lagi dengannya yang ujung-ujungnya dia tidak mau mengalah.
“Seohyun-ssi, makanlah” dia tersenyum, sumpit yang dipegangnya itu mengisyaratkan bahwa aku harus cepat makan sebelum nasi-nya menjadi dingin.
Aku mengangguk pelan sembari tersenyum padanya.
Tanpa sengaja, ekor mataku melihat ekspresi nenek yang tidak bisa ku-duga. Senyuman kecil namun penuh rahasia itu terlihat dibalik wajahnya. membuatku sedikit bergidik saat melihat senyuman yang menurutku langka.
Aku akan berusaha tidak memperdulikannya. Kembali memakan makanan yang telah dia buat ini.[]
*
“aku berubah pikiran, jadi pertemukan diriku dengan Kyuhyun. Kapan-pun kalian bisa”
Kalimat penuh tanda tanya dari nenek tadi sore membuatku terus berpikir dan mencari terus alasan yang tepat mengapa dia bisa menjadi seperti itu.
Bertemu dengan Kyuhyun ? Dia ingin bertemu Kyuhyun ?!
Bukankah tadi—saat pertama kali kami bertemu dia tidak mengijinkannya? Mengapa tiba-tiba saat aku pamit pulang dia berkata demikian. Ada apa sih didalam otaknya itu ?
Ku baringkan tubuhku diatas tempat tidurku, menatap langit-langit kamarku se akan-akan akan menerawang jauh ke dalam pikirannya, padahal aku tidak melakukan itu sama sekali—aku tidak bisa membaca pikirannya—dikunci rapat olehnya.
Aku senang akhirnya dia ingin bertemu dengan Kyuhyun. Tapi ada rasa khawatir yang membuncah dalam pikiran dan hatiku. Takut setelah pertemuan ini, aku dan Kyuhyun tidak bisa berteman lagi ataupun melangkah lebih jauh lagi.
Oh Tuhan.
Mengapa bisa seperti ini,  mengapa se-rumit ini?
Ku harap Kyuhyun akan masuk sekolah esok hari. Lebih cepat lebih baik daripada tidak sama sekali.
Dan yang ku harapkan adalah Kyuhyun mau ikut denganku ke rumah nenek. Dan setelah itu… Akan baik-baik saja…[]
*AuthorPov*
“… Neneknya, tiba-tiba berubah pikiran ingin bertemu denganku…”
Kyuhyun terdiam setelah itu. Dia belum diberi tahu oleh Seohyun, tapi dia tahu apa yang akan Seohyun ingin beritahu kepadanya.
Dia tidak berbicara dengan siapapun. Dia sedang sendirian dikamarnya yang gelap tanpa cahaya itu. Hanya ada suara angin malam menerpa masuk ke dalam kamarnya yang terbuka lebar—jendela kamarnya dia biarkan terbuka lebar, menghirup aroma angin malam baginya lebih meng-asyikan dibanding angin pagi yang begitu menusuk penciumannya.
Langkah kakinya perlahan maju menuju balkon kamarnya. Bulan sedang tidak menampakkan cahayanya begitu terang, se-akan tahu hati Kyuhyun yang sedang dilanda ke-bimbangan.
“Haruskah aku bertemu dengannya?” tanya Kyuhyun yang entah pada siapa.
Kepalanya terus menggeleng lemah, mencoba mencari-cari alasan apa yang membuat nenek dari Seohyun menjadi baik dan bertemu dengannya.
Nenek-nya terlalu kuat. Dia saja tidak bisa membaca pikiran wanita tua itu. Yeah, walaupun wanita tua itu juga tidak bisa membaca pikirannya. Itu memang adil, tapi menjadi rumit dan penuh kecurigaan.
“Lebih baik daripada tidak sama sekali”
Kyuhyun mendesah panjang, berharap langkah yang dia ambil ini bukanlah langkah yang salah. Bukan akhir yang akan membuatnya kembali masuk ke-dalam jurang keterpurukan karena cinta yang tidak akan pernah terbalaskan.
Jika vampire tidak mempunyai cinta, mungkin Kyuhyun tidak akan se-gila ini karena-nya.
*SeohyunPov*
“Kyuhyun” Ku beranikan diri untuk memanggilnya, dia menoleh ke arahku dan tersenyum manis (menurutku) setelah itu. Aku menghampirinya sembari menentang tas sekolah-ku.
“Oh ya, kau ingin berjalan-jalan ke rumah nenekku ? Kalau kau tidak bisa sore ini, bagaimana malam hari saja?”
Dia tampak berpikir. Menimbang-nimbang ajakan yang tak pernah aku lakukan ini. kalau bukan karena ingin membuat nenek menyukai Kyuhyun, aku tidak mengajaknya ke rumah itu.
Beberapa detik dia berpikir, dia tersenyum lalu berkata, “Baiklah. Nanti malam saja… Aku akan menjemputmu”
“benar? Kau mau?” aku bertanya, mencoba meyakinkan bahwa yang aku dengar itu tidak salah bahwa dia menerima ajakanku ini.
Dia mengangguk dan tersenyum.
Aku ikut tersenyum, yeah, walaupun ada sedikit yang mengganjal.[]
*
Aku dan juga Kyuhyun hampir sampai menuju rumah nenek. Ku palingkan wajahku pada Kyuhyun, wajahnya yang tenang saat menyetir itu membuatku ingin terus memandangnya.
“Terlalu tampan-kah aku sampai dilihat seperti itu?” Kyuhyun berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan, dan perkataannya itu membuatku langsung menunduk dan mataku terpaku pada pangkuanku.
Aku malu. Tentu saja! Kyuhyun tahu bahwa tadi aku sedang terlalu serius memandang wajahnya.
Sebuah aliran panas melebar dikedua pipiku. Aku yakin wajahku saat ini memerah bagaikan kepiting yang baru saja masak.
“Dimana kita akan berhenti?” pertanyaan Kyuhyun membuatku langsung mendongakkan kepalaku, menatap jalan yang sudah gelap itu.
“Itu disana. Kita berhenti, lalu berjalan sebentar” aku memberitahunya dengan nada yang terbata.
Kyuhyun telah memparkirkan mobilnya dengan aman. Aku pun turun dari mobil, memandang setiap penjuru pohon-pohon yang gelap itu. Tempat ini berbeda sekali jika malam sudah menjelang, menjadi mengerikan.
Aku berjalan lebih terlebih dahulu. Aku bagaikan seorang tour guide dan Kyuhyun adalah turis-nya. Aku terus mengoceh tentang apa saja yang ada disini, mulutku terus saja berbicara tentang keindahan yang berada dirumah nenek. Entahlah aku tidak memberhentikan ocehanku yang sepertinya kurang penting. Aku hanya ingin Kyuhyun bisa menjadi akrab saja.
Tanpa terasa aku telah berada didepan rumah nenek. Tanganku terulur secara perlahan untuk mengetuknya. Mengetuknya pelan, aku merasa takut.
Tok.
Tanpa butuh waktu lama, pintu sudah dibuka. Dan neneklah yang membukanya, senyuman penuh misteri itu tercetak diwajah tua-nya. Membuatku sedikit bergidik setelah melihat itu.
“Oh, Seohyun-a… Kau datang akhirnya…” Nenek melebarkan kedua tangannya dan menarikku ke dalam pelukannya. Sebenarnya aku malas dipeluk dirinya seperti ini.
“Apakah ini Kyuhyun?” tanya nenek saat melepaskan pelukannya, dan matanya bertemu dengan sosok Kyuhyun yang berada disampingku.
Aku hanya mengangguk. Dan Kyuhyun memberikan sebuah penghormatan dengan membungkukkan dirinya hampir 90derajat.
Aku kira setelah itu, wajah nenek akan berubah menjadi sinis, tapi tidak! Dia tetap tersenyum dan mempersilahkan kami berdua masuk ke dalam rumahnya itu.
Aku dan Kyuhyun duduk disofa yang biasanya aku duduki jika aku datang kesini. Canggung menyelimuti kami berdua.
Dimana Sehun? Apakah dia sudah kembali ke asrama-nya ?
Aku menoleh ke sana kemari, mencari sosok Sehun yang tidak aku temui. Ya, kurasa dia sudah kembali ke asrama-nya.
“Sehun sudah pulang. Dia hanya pulang kesini hanya untuk beberapa hari” perkataan nenek membuatku terdiam, mengapa dia itu bicara seperti itu. Dia tidak perlu menjelaskannya kan? Mungkin kalau dia ingin menjelaskan, bisa saja nanti, jangan didepan Kyuhyun.
Aku melihat ekspresi Kyuhyun dari ekor mataku. Dia hanya diam, tidak memperlihatkan ekspresi apapun disana.
Nenek menghampiri kami dengan nampan yang berisi minuman untuk kami. Nenek tersenyum, menaruh setiap cangkir itu diatas meja.
Mataku terbelalak saat melihat isi cangkir yang nenek buatku untuk Kyuhyun. Cairan merah mengental dengan bau anyir yang bisa aku cium dari tempatku. Itu adalah….Darah?
Aku memandang Kyuhyun, wajahnya tak kalah kagetnya denganku.[]
_TBC_
Gimana- gimana? Apakah kalian masih mau mengikuti cerita fanfic (yang tidak jelas ini) ?
Oh ya, mohon maaf juga penulisan kata-katanya kacau, hehe aku bukan penulis ff yang baik.
Untuk para readers, terima kasih banyak banyak banyak yah udah mau comment. Bagi para siders yang nggak comment juga makasih banget yah udah mau sempet baca. Annyeong^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar