Senin, 01 Oktober 2012

Different [Part 14]

Author :Vina Aprilia Widiani
Title : Different
Cast
Seohyun
Kyuhyun
Sunny
Changmin
Kibum
Chansung
Type  : Series
Rating : 14+
Summary : Aku bisa melihat semua pikiran orang lain, kecuali dia. Seorang namja berkulit putih pucat yang sosoknya jauh dari semua orang. Namja yang se akan menarikku lebih jauh masuk ke dalam kehidupannya yang penuh misteri dan gelap.
Disclaimer : Cast milik Tuhan, ayah-ibu mereka, dan juga Agensi mereka. dan jalan cerita ini, semua punya otakku. karena otakku yang bekerja untuk membuat ff ini.
.
.
Mobil sedan hitam berkilau itu sudah pergi. Tapi Seohyun belum mau beranjak dari depan rumahnya. Yeah, dia penasaran malah benar-benar. Rasa takut, curiga, senang dan juga khawatir campur aduk dalam benaknya.

Ia menengok  kekanan-kiri. Hah, tidak ada siapapun. Tanda-tandanyapun tak ia rasakan.

Malam ini, anginnya lebih menusuk.

Ia mendongak ke atas—melihat langit yang hitam dengan sedikit bintang sebagai hiasannya. Lalu mendesah, membuat sebuah kepulan asap keluar dari mulutnya. Langit kali ini menampakkan bahwa ia seperti tidak ingin membuat malam ini menjadi indah.

Yah, berbeda.

Hm, berbeda dengan malam yang kemarin. Malam dimana dirinya menghabiskan waktu dengan Kyuhyun dalam mobil. Yah, memang suasananya aneh tapi begitu terkesan untuknya. Apalagi dengan sebuah ciuman di kening, bukankah itu sangat membuat suasana menjadi romantis?

Tanpa sadar, gadis itu memegang keningnya. Mengulum senyum.

Ah, ia teringat lagi dengan moment kecil itu. Dan, sepertinya ia tidak bisa menghilangkannya dengan cepat. Bahkan rasanya enggan untuk membuangnya jauh.

Ia senyum-senyum. Satu detik kemudian, ia tersadar bahwa ia sedang berada di luar. Ia langsung berbalik menuju rumahnya.

“Hah.” Ia mendesah kecil. Lega tepatnya.
Untung saja yang tak ada yang melihatnya senyum-senyum sendiri di luar tadi. Jika iya, bisa dibilang orang gila.

Ia menjatuhkan dirinya pada sofa empuk itu. Lebih baik menunggu tamunya didalam. Jauh lebih hangat kan?

Pandangannya beralih pada sebuah sofa yang ukurannya lebih kecil dibanding dengan yang ia duduki sekarang. Ya, sofa itu bekas Yoona duduki. Bukan karena sofanya, tapi karena ia mengingat kembali perkataan perempuan cantik itu.

Semuanya punya caranya sendiri. Yeah, persis seperti itu yang ia ingat. Percuma otaknya pintar, menyelesaikan masalah cinta seperti ini ia tidak bisa mengambil langkah yang tepat.

Lagi-lagi menghela nafas. “Jadi aku harus bagaimana ….” ingin rasanya berteriak dengan keras.

Hah, ia kembali frustasi. Padahal beberapa detik yang lalu ia sedang diambang kesenangan karena mengingat momen kecil itu. Tapi beberapa detik kemudian, kembali memikirkan hal yang membuat dirinya untuk berpikir keras.

Rencananya malam ini ia ingin berkunjung ke toko buku untuk menghidari hal itu. Tapi batal sudah. Yoona sudah terlebih dulu datang kepadanya dan bercerita semuanya. Dan inilah hasilnya, ia kembali menjadi seorang pelajar bodoh yang butuh pencerahan.

Ia menarik nafasnya dalam. Menyalurkan sebuah oksigen untuk keseluruhan tubuhnya termasuk otaknya. Memejamkan matanya sebentar.

Tenang, batinnya.

Mau kau berbentuk apa, yang terpenting adalah temukan cinta sejatimu. Kelopak matanya terbuka, saat perkataan terkahir yang Yoona berikan padanya sebelum perempuan cantik itu pergi dari rumahnya, teringat dalam benaknya.

Seketika jantungnya langsung berdegup dengan keras. Aliran darahnya seperti naik ke atas, membuat kepalanya pening.

Inilah yang menjadi masalah inti utamanya. Perubahan. Inilah yang membuat neneknya selalu bersikeras melarang dirinya untuk berdekatan dengan Kyuhyun. Ya, dia akui neneknya benar untuk masalah ini—ingin menjauhi cucunya dari vampire (si monster peminum darah). Hey, siapa yang tidak marah jika cucu kesayangannya didekati oleh vampire? Hey, vampire… bukan manusia.

Jika keadaanya Kyuhyun bukanlah vampire, mungkin ia sudah berbahagia seperti pasangan yang baru menjadi sepasang kekasih. Jalan bersama atau makan bersama dan—semacamnya lah.

Lagi-lagi desahan kesal yang keluar. Mengapa begitu rumit. Ia merutuki semuanya.

Ia sandarkan kepalanya pada punggung sofa. Lagi-lagi memejamkan matanya. Karena hal ini, ia lupa dengan yang ia tunggu—tamu misterius yang Yoona bilang padanya. Masa bodohlah, mau datang atau tidak. Ia sudah tidak perduli.

Tok. Tok. Tok.

Baru saja ia bilang tidak perduli. Sebuah ketukan pintu menggema keseluruh ruang tamunya.
Ia berdecak, lalu berdiri. Berjalan dengan ogah-ogahan menuju pintu sana.

Klek. Seketika ia melorotkan bahunya, tanda kecewa ketika melihat siapa yang datang. Jadi ini yang tamu yang dibilang Yoona—

“Sunkyu!” desisnya. Itu—Sunny—temannya yang cerewet. Oh.. ia sedikit menyesal telah menunggu-nunggu kedatangan gadis itu. Yah, ia tahu bahwa Sunny adalah temannya. Tapi perkataan Yoona tadi seakan-akan bahwa yang datang adalah tamu special yang butuh disambut kedatangannya.

Sunny berdecak, bertolak pinggang. Kesal mendapati ekspresi Seohyun seperti tidak menyukai kedatangannya. “Ya! Aku datang. Kau malah cemberut seperti itu! Kau tidak suka ya?”

Seohyun kembali tersadar, lalu menggeleng sambil tersenyum lebar. Oh, ia harus sopan bukan?

“ Masuklah. Aku hanya kaget saja.” Jawabnya bohong. Yah, tidak mungkin kan ia jujur?

“Jadi untuk apa kau datang kesini?” tanya Seohyun saat Sunny sudah duduk dikursi makan. Ya, bukan sofa ruang tamu melainkan ruang makan. Sunny bukanlah seorang tamu yang mau disambut secara special yang mengharuskan dirinya duduk untuk disofa ruang tamu. Ia teman dekat Seohyun, tak perlu formal seperti itu. Lagipula ia membawa makanan untuk dirinya dan Seohyun, ia tahu temannya itu belum makan. Ah, teman yang baik.

“hanya ingin berkunjung. Bukan kah kau bilang sendirian dirumah, makanya aku datang kesini” Seohyun mengangguk-anggukan kepalanya.

“Terima kasih. Kau memang teman yang baik” kali ini Seohyun berkata dengan tulus. Ia mengakui Sunny baik bahkan sangat baik, yah walaupun, sikap cerewetnya itu bisa dibilang menyebalkan.

“Jadi untuk berapa hari kau akan sendirian dirumah?”

“Mungkin, tiga hari kedepan. Mereka benar-benar sibuk diluar sana.”

“Oh, begitu yah.”

Seohyun mengambil tempat disamping Sunny, mengambil jajangmyeon yang dibawa oleh Sunny.  “Ah baunya enak. Aku makan yah” ucapnya sebelum memakan makanannya. Sunny hanya mengangguk. Lalu mengambil porsinya.

Buang jauh-jauh ia tidak mengharapkan kedatangan Sunny. Malah, ia bilang kedatangan Sunny sangat menguntungkannya. Makan gratis, siapa yang tidak mau?

Yah, dihitung-hintung sebagai bayaran karena telah menunggu lama tamu ini.
.
,
,

“Hari ini Kyuhyun kemana?” Changmin berdiri menyender pada pohon besar yang berdiri kokoh ditengah hutan.

Kibum didepannya hanya mengangkat bahu. Ia tidak tahu kemana anak aneh yang sedang jatuh cinta itu.

“Anak itu aneh.“ Changmin berkomentar.

“Itu karena hatinya sedang dibumbui oleh cinta. Kurasa kau akan seperti itu nanti.”

Changmin tampak jijik mendengar perkataan orang didepannya, “Hah, aku tidak akan seperti itu.”

“Jangan terlalu percaya diri—“

Sreekkk. Sebuah suara membuat mereka terdiam sebentar. Lalu sebuah sunggingan senyuman muncul diwajah keduanya, yah, ia tidak perlu was-was. Mereka kenal siapa yang datang mendekat.

“Ya! Chansung. Untuk apa kau datang dengan cara sok misterius seperti itu. Bau-mu sudah tercium sampa sini” Changmin sedikit berteriak.

Kekehan kecil mulai terdengar mendekat. Sreett. Dan Chansung sudah ada didepan mereka, menyender pada batang pohon yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

“yah, ketahuan”

“Kau itu muncul-hilang-muncul. Kau itu bagai hewan yang butuh hibernasi.” Sindir Changmin pada saudara jauhnya itu.

Chansung lagi-lagi tertawa kecil. “Hei, makanan diluar sana lebih banyak yang mengenakkan.”

“Ya, tapi makanan disini belum habis. Aku malas untuk kesana-kemari,  rasanya capek”

“Kau berlebihan, Changmin!” Kibum melempar batu kecil pada Changmin. “Kau itu punya banyak tenaga, bahkan jika kau sedang kelaparan, kau lebih buas dan cepat dibanding yang lain.”

Changmin hanya nyengir menampilkan sederet gigi putihnya, “Itukan jika sedang lapar. Toh, kalau tidak aku juga tenang”

Chansung berjalan mendekat, “Sudah. Sudah. Ah, dimana anak itu?”

“Dia?  Ah, entah.” Kibum menjawab, mengedikkan bahunya.

“Jadi bagaimana hubungan percintaannya? Sudah berjalan lancar?”

Changmin memutar bola matanya, berdecak kesal, “Flat. Keduanya saling mencintai, tapi masih sama-sama ragu”

“Sudah ku duga. Kurasa percintaan mereka lebih susah dibanding percintaanmu dengan Yoona”

Kibum menoleh pada Chansung, karena kisahnya tiba-tiba diangkat menjadi bahan pembicaraan disini.

“Kalian itu sama. Cuma yang berbeda adalah perempuannya lah yang manusia. Dan… seorang yang ingin memisahkan mereka berdua”

“Kenapa Kyuhyun tidak langsung mengigit Seohyun, berbagi darah vampirenya. Dan …Hwala… Semuanya beres.” Changmin berbicara enteng.

Kibum berdecak. “Tidak semudah itu. Memangnya Seohyun tidak mempunyai keluarga? Apalagi neneknya yang gila itu, tidak semudah itu untuk Kyuhyun.”

“Yah, bunuh saja neneknya. Dan keluarganya, umpatkan rahasiakan dari mereka kalau Seohyun berubah jadi vampire. Itu kan sama sepertimu Kibum” lagi-lagi Changmin berbicara seenaknya. Mungkin, ia jengah.

“Hey, Changmin. Jangan berbicara seenak perutmu.”  Lagi-lagi Kibum melempar batu kecil pada Changmin yang entah kapan batu itu diambilnya.

Dan, yeah, lagi-lagi Changmin tidak mempermasalah batu yang terjun bebas ke arahnya. “Siapa suruh bertele-tele seperti ini.” Malah menambahkan kalimat yang menyebalkan lagi.

“Cinta tidak mudah, Changmin. Kau akan merasakannya nanti, mungkin lebih bertele-tele daripada ini” Chansung angkat bicara.

Changmin menekuk wajahnya, “Jadi kau mendoakanku lebih buruk?”

Chansung hanya terkekeh kecil dan menggeleng. “Bukan begitu. Hanya kau  jangan terlalu meremehkan masalah cinta. Kau bisa sakit jika terserang virusnya”

“Ah, yaya. Tidak akan lagi.” Changmin cemberut.

“Lupakan. Tujuan kita kesini, untuk mencari rusa kan? Ini sudah sangat malam, kurasa banyak rusa yang tertidur” Kibum mengambil suara, mengalihkan topik.

Changmin kembali mengembang senyuman. “Itu yang ku tunggu. Ayolah, jangan bicarakan Kyuhyun saja. Dia akan bersin-bersin nanti”

Keduanya—Chansung dan Kibum—saling pandang, lalu menggelengkan kepala ketika melihat perubahan drastis dari sikap Changmin.

Hah. Memang anak itu kalau sudah menyangkut tentang makanan. Perasaannya kembali terangkat senang dan melupakan kekesalan yang baru saja melanda hatinya.



Esoknya. Saat bel pulang sekolah. Seohyun kali ini memberanikan diri untuk tidak pulang. Yeah, menyelesaikan masalah.

Masih betah duduk dibangkunya. Bertengkar dengan hati dan pikirannya. Ia ingin sekali menghampiri pria diujung sana. Berbicara dengan hati-hati.

“Seohyun”

Deg!

Seohyun menoleh dengan gerakan perlahan. Ia tahu siapa yang memanggilnya. Suara lembut itu—siapa lagi kau bukan pria misterius yang suka duduk disudut sana—Kyuhyun.
“Ya?” jawabnya dengan suara pelan.

“Nanti malam, kau punya acara lain? Bisakah kita bicara berdua?” Nah, akhirnya, pria itu duluan yang mengajaknya bicara.

Dengan spontan ia menjawab, “Ya.”

Kyuhyun tersenyum di ujung sana, “Baiklah, aku akan menjemputmu nanti malam. Sekitar jam tujuh.” Ucapnya kemudian.

Seohyun menganggukkan kepalanya. “Aku akan menunggumu”

“Pulanglah. Sunny sudah menunggumu dibawah”

Seohyun kembali menganggukkan kepalany, “Ya, tentu. Aku pulang duluan. Sampai jumpa”

Dia menurut. Merapikan tasnya. Beranjak pergi dari sana, meninggalkan Kyuhyun sendirian.
.
.

Jam enam sore. Tapi ia sudah siap sedari tadi. Masih harus melewatkan satu jam lagi untuk bertemu Kyuhyun.

Dia mendesah. Membanting dirinya pada ranjang empuknya. Matanya memandang pada langit-langit kamarnya. “Aku harus mengatakan apa… nanti”

“Tuhan, bantu aku..”

“Aku mencintainya, tapi kami berbeda..”

“Mengapa harus ada perbedaan sih” Ia mengacak-acak rambutnya asal yang tadi sudah tertata rapih olehnya.

Kesal lagi.

“menjauhinya? Tidak. Tidak bisa ku lakukan. Jika aku melakukannya, aku akan sangat merindukannya”

“menerimanya. Dan jalani apa yang ada. Kurasa itu bagus, ya, aku harus menerima apa yang ada. Tak perlu merasa takut, toh, Kyuhyun tidak mungkin memangsaku”

Berdebat lagi dengan dirinya sendiri.

“Seohyun… jika kau bersikap tenang, semuanya akan lancar” ia menasehati dirinya sendiri.

“Tarik nafas… buang…”

“tenang.. tenang…”

Ia bangun. Duduk di sisi tempat tidurnya. Menghela nafasnya untuk kesekian kalinya. “Minum jus jeruk, kurasa bisa membuat pikiran tenang”

Ia beranjak pergi dari kamarnya, turun kebawah, melesat menuju dapur. “Jus jeruk” gumamnya senang.

Membuka pintu kulkasnya, mengambil sebotol jus jeruk yang tadi ia masukkan saat pulang sekolah. Lalu membuka tutup botolnya dan meneguknya dengan puas.

“Hah, begini lebih baik”

Ia duduk dibangku. Meletakkan botol jus itu diatas meja makan. Lalu melirik pada jam dinding yang terpasang tidak jauh dari tempatnya. Masih jam setengah tujuh. Dia melorotkan bahu, tanda kecewa mengapa waktu begitu terasa lama.

Lalu ia beranjak dari sana menuju sebuah kaca kecil yang berada di atas washtafel dekat dapurnya. Ia berdecak kesal setelah mendapati pantulan kaca rambutnya yang berantakan. “Hah, mengapa acak-acakan seperti ini?” dia bertanya polos, seperti tidak sadar bahwa dialah yang membuatnya rambutnya berantakan.

Dengan menggunakan jarinya, ia merapikan rambutnya yang panjang dan berantakan itu.

“Nah, begini lebih baik” ia tampak bangga dengan dirinya.

Tok. Tok.

Senyuman langsung terlihat diwajahnya saat terdengar ketukan pintu dari luar. Dengan sedikit berlari ia mencapai pintu, lalu membukanya. Senyuman lebih lebar  diwajahnya  ketika matanya menemui sosok Kyuhyun sudah berdiri dengan menawan didepan pintunya.

“Hey.”

“Oh, Hey.”

Kyuhyun mengulurkan tangannya, “Ayo, “

Seohyun mengulum senyumnya, mengangguk, menerima uluran tangan Kyuhyun. “Tentu”

.
.

Malam ini langit kembali berbeda. Menamapakkan begitu banyak cahaya. Bulan jauh lebih bersinar dan bintang jauh lebih banyak dibanding hari kemarin. Oh, sepertinya langit sedang mendukung ‘sebuah kencan’ antara Kyuhyun dan Seohyun.

Kini keduanya sudah berada disebuah cafe kecil yang tidak terlalu maupun tidak terlalu sepi. Mereka mengambil tempat disudut sana—yang jauh dari banyak orang. Mereka tahu bahwa omongan yang akan mereka bicarakan adalah hal yang penting.

Awalnya Seohyun sediikit terkejut dengan ajakan Kyuhyun untuk mengunjungi cafe ini. Yah, ini bagaikan sebuah kencan yang tidak terduga baginya.

Seorang pelayan cafe itu menghampiri mereka, menyerahkan buku menu. Seohyun menerima buku menu itu, ia melirik Kyuhyun, tapi yang dilirik hanya tersenyum. Dan Seohyun tahu bahwa nanti yang akan memesan hanyalah dirinya sendiri.

“Ice Chocolate dan cheese cake” pesannya.

Sesudah pelayan itu menulis pesanan Seohyun, ia menghadap pada Kyuhyun. “Pesanan anda, Tuan?”

“Ah, tidak. Dia saja” tolaknya halus. Pelayan itu melayangkan senyum pada keduanya sebelum dirinya pergi.

“Apakah Yoona kemarin memberitahumu tentang kunjungan?”

Seohyun menyerngit lalu mengangguk. Oh, jangan bilang bahwa kemarin Kyuhyunlah yang ingin datang ke rumahnya.

“Maaf, aku telah membuatmu menunggu. Karena aku belum siap untuk bertemu jadi ku undur…”

Seohyun tersenyum kecil. “Tidak masalah..”

Suasana kembali hening.

Kyuhyun kembali melekatkan pandangan pada Seohyun, “Maaf sebelumnya…”

Seohyun menyerngitkan kening, ia bingung. Tapi setelahnya ia mengangguk. “Aku mengerti dan aku paham. Tapi setidaknya, aku juga minta maaf kalau sikapku terlalu berlebihan—menjauh darimu seperti orang yang tidak kenal”

Kyuhyun mengulum senyum, “Tidak. Kau pantas bersikap seperti itu.”

“Jadi bisakah kita bersikap layaknya orang biasa. Maksudku—“ Seohyun menggantung kalimatnya diudara. Ia berpikir sebentar. Apakah ia terlalu agresif?

“Ya, aku tahu. Tapi itu tidak bisa… kau tau apa maksudku.. Joohyun.” Setelah mendengar perkataan itu keluar dari mulut Kyuhyun, gadis itu hanya bisa melorotkan bahunya tanda kecewa.

Seohyun terdiam.

“Aku menghormati segala keputusan nenekmu, Seohyun”

Seohyun memutar bola matanya, “bisakah kau lupakan dia, sebentar.”

“Jangan seperti itu. Ingatlah bahwa dia yang membuat nyawamu tertolong”

“Aku tahu. Tapi yang ku inginkan disini berbicara tentang kita… Kyuhyun.”

Kyuhyun sebenarnya mengerti malah sangat mengerti apa kemauan gadis itu. Tapi nenek dari gadis itu adalah puncak dari masalah ini. Ah, sebenarnya juga bukan itu saja. Tapi perbedaan-lah yang membuat mereka dekat tapi terasa amat sangat jauh. Dan posisi Kyuhyun disini adalah serba salah. Satu sisi; ia ingin sekali bisa menjadikan Seohyun pendamping hidupnya. Sisi lain; neneknya selalu mengancam Kyuhyun untuk membuat gadis itu jauh darinya.

Menyedihkan. Jadi hal baik apa yang harus dilakukan?

“Seohyun-a, kurasa menjadi teman adalah jalan yang baik. Maksudku adalah ikuti saja alur permainan yang ada…”

Seohyun merasakan bahwa dirinya telah dirundung kekecewaan yang besar. Sebenarnya ia juga sudah menanamkan dirinya tentang ‘ikuti permainan yang ada’ tapi rasanya jika Kyuhyun yang mengucapkannya jadi berbeda artinya. Rasanya bagaikan Kyuhyun tidak ingin memperjuangkan cinta yang sudah tumbuh bertahun-tahun untuk dirinya. Dan seperti rasa cinta itu tandas karena hal yang begitu memuakkan—neneknya.

Baru ingin menjawab, Seohyun menutup kembali mulutnya ketika seorang pelayan membawakan pesanan dirinya. Dengan paksa dirinya tersenyum membalas kesopanan si pelayan.

Dan pesanannya sudah terhidang diatas meja. Tapi ia tidak mau menyentuhnya. Rasa inginnya hilang seketika.

“Makanlah.” Kyuhyun mendorong piring cheescake itu lebih dekat pada Seohyun. “Apa perlu ku suapi?” goda pemuda itu padanya.

“Jangan berkata sok manis seperti itu. Oh, kau bagai punya banyak kepribadian Kyuhyun. Kadang kau galak, kadang kau dewasa, kadang kau seperti anak manis. Tapi inti dari semua sifatmu adalah KAU ANEH.” Kata Seohyun penuh penekanan disetiap kata-katanya.

Sedangkan yang baru saja diomeli hanya terkikik kecil dibelakang tangannya.

“Huh, kau tertawa! Kenapa kau tidak sadar ! ambilah satu sikap yang menurutmu adalah dirimu”

“semuanya sikapku. Aku aneh karena dirimu”

Seohyun mengambil garpu dan pisau cakenya. Lalu membenturnya dengan keras diatas meja. Membuat Kyuhyun memberhentikan kikikan kecilnya. Tatapan tajam mata Seohyun terpaku pada dirinya yang kini sedang tersenyum aneh.

“Okey, lupakan masalah sifatmu. Yang sedang kita bicarakan adalah kita”

“Bukankah sudah selesai? Jadi berteman saja. Bukankah tak ada yang tersakiti?” jawab Kyuhyun dengan tenang.  Padahal dirinya tahu setelah mengucapkan hal itu, hatinya menjadi remuk.

“Oh, ayolah Tuan Kyuhyun. Bisakah kau jangan memainkan perasaanmu?”  entah  ada apa dengan diri Seohyun sekarang, ia merasa kemarahan telah mendominasi dirinya saat ini.

“Tenangkan dirimu, Nona Seohyun. Kau harus mendinginkan kepalamu dulu. Semua masalah yang datang .. satu per satu pasti akan terselesaikan, kau jangan terlalu terburu-buru”

Seohyun mengambil iced chocolate yang sudah tersaji dimeja, meminumnya dengan ganas. Sekarang isi gelas itu hanya tinggal setengahnya. Yah, enak. Lumayan untuk menenangkan hatinya.

Gadis itu menarik nafasnya cukup dalam, mengeluarkannya dengan pelan. “Dan intinya pertemuan kita disini jawabannya adalah ikuti apa yang ada. Ah kau!”

Kyuhyun memicingkan matanya, lalu menggoda. “Jadi kau benar-benar ingin menjadi kekasihku ya? Haha”

Seohyun terlihat bengong. Oh, ia tidak mengiyakan tapi tidak juga menolak. Bohong kalau ia tidak menginginkan dirinya menjadi kekasih vampire menyebalkan itu.

Tapi kemudian, ia malah mendengus kesal. “Kau telalu percaya diri, Kyuhyun!”

“Ah sudahlah, cepat habiskan pesananmu itu.”

Seohyun menuruti kemauan pemuda itu. Yah, walaupun sesekali mencibir.

“anak manis.” Puji Kyuhyun, sembari mengacak pelan pucuk kepala Seohyun.

Seohyun memamkan cakenya sambil menunduk, menyembunyikan semburat merah yang terlihat diwajahnya saat ini. Kyuhyun selalu membuatnya menjadi aneh. Yah, dia akui, sifatnya tidak jauh sama dengan Kyuhyun. Mungkin orang akan aneh jika bertemu dengan orang di cintai.

.
.

Mobil Kyuhyun sudah pergi.

Dan Seohyun masih setia untuk tersenyum manis. Setelah puas untuk tersenyum, dirinya berbalik untuk masuk kedalam rumah.

Tapi ia menyerngit aneh, saat mendapati pintu rumah tidak dikunci. Siapa yang di dalam?

Bukankah orang tuanya masih pergi?

Yang dirumah hanyalah dirinya? Dan dia baru saja pulang.
-tbc-
:: Maaf banget yah. Ini lama ngepostnya. Kemarin, semua file fanfic aku ter-hapus, termasuk file fanfic ini. Jadinya, aku harus buat ulang dan hasilnya lama::
Semoga part yang ini nggak ngecewain yah.
First, Thankyou for my active readers yang udah setia ninggalin jejaknya disetiap part-part yang aku buat.
Second, Thankyou for my silent readers yang udah mau sempatin baca ff ini dari awal sampai akhir.
KAMSAHAMNIDA ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar