Senin, 01 Oktober 2012

Different [Part 15]

Author: Vina Aprilia Widiani
Title : Different
Cast
Seohyun
Kyuhyun
Sunny
Changmin
Kibum
Chansung
Type  : Series
Rating : 14+
Summary : Aku bisa melihat semua pikiran orang lain, kecuali dia. Seorang namja berkulit putih pucat yang sosoknya jauh dari semua orang. Namja yang se akan menarikku lebih jauh masuk ke dalam kehidupannya yang penuh misteri dan gelap.
Disclaimer : Cast milik Tuhan, ayah-ibu mereka, dan juga Agensi mereka. dan jalan cerita ini, semua punya otakku. karena otakku yang bekerja untuk membuat ff ini.
.
.

“ Jadi kau pergi kembali dengannya?”

“Mengapa kau masih mau pergi dengannya setelah kau tahu bahwa ia adalah—makhluk buas yang harus dijauhkan.”

“Tak ada yang tahu pikiran makhluk buas itu, Joohyun-a. Apakah kau percaya dengan kata-kata manisnya?”

Seohyun mematung dibelakang pintu. Wajahnya memucat. Ia tak percaya bahwa neneknya-lah yang datang dengan seenaknya masuk ke dalam rumahnya. Dan  tidak percaya bahwa neneknya mengetahui bahwa ia baru saja pergi bersama dengan Kyuhyun. Oh, ia cukup shock dengan ini.

Jadi bagaimana wanita tua itu bisa masuk ke dalam rumahnya? Sebenarnya ini adalah bukan hal yang penting. Ia sangat tahu bahwa neneknya mempunyai kunci cadangan rumah ini. Ibunya sendiri yang memberikannya pada wanita tua itu. Tapi, walaupun begitu… tetap saja ia cukup shock dengan kedatangan wanita tua itu ke rumahnya.

Kembali ia fokuskan dirinya pada wanita tua yang kini sudah duduk santai di sofa empuk diruang tamunya itu.

“Jadi kau bisa menjelaskan alasanmu, mengapa kau tetap pada pendirianmu?”

Alasan?

Lagi-lagi terdiam.
Jangan tanyakan dia soal ini, karena dirinya sendiri tidak tahu mengapa ia tetap memilih Kyuhyun dibanding memilih neneknya yang sudah sangat baik terhadapnya. Oh, apakah mungkin cinta bisa membutakan segalanya?

Oh ya..cinta.. itu adalah alasannya. Satu kata yang mampu membuatnya bertahan sampai sekarang.

“..Cinta.” ia berkata pelan. Hanya kata itu yang berada dibenaknya.

Wanita tua itu berdiri dari sofa, melipat kedua tangannya didepan, matanya menusuk tajam pada sosok cucunya yang masih berdiri kaku dibelakang pintu.

“Hancurkan cinta itu dari hatimu, kau bisa mendapatkan yang lebih baik dan… seseorang yang normal—berdarah manusia.” Wanita tua itu berkata tegas.

Seohyun langsung melotot.
Dia kaget.
Tentu saja kaget, wanita tua itu berkata dengan mudahnya, tentu saja jawabannya adalah ia takkan bisa menghancurkan hatinya untuk vampire tampan itu. Oh, itu akan berat dilakukan.

“Mengapa kau diam? Yang kau lakukan hanyalah menjauhi dirinya, bukan membunuh atau apapun.”

Kedua mata Seohyun makin melebar. Ia takkan menyangka neneknya akan menjadi seorang yang seperti ini; tidak mempunyai hati.

Ya, ia tahu bahwa wanita tua yang sedang berdiri disana itu bermaksud baik. Tapi baginya cara yang dilakukan oleh wanita tua ini salah. Perlu ditekankan, SALAH. Bagi Seohyun, wanita tua itu seharusnya berperilaku dengan baik, bagai orang tua yang sedang menasihati anaknya yang berbuat kesalahan. Tapi … bagi Seohyun, perilaku yang diperlihat kepadanya saat ini bukanlah perilaku orang tua yang baik.

Gadis berkulit putih itu mengambil nafasnya dalam-dalam, berusaha mengontrol emosinya, berusaha untuk tidak terpancing emosi. Ia masih tahu sopan santun—karena saat ini ia sedang berbicara dengan orang yang lebih tua dibanding dirinya.

‘ikuti permainan yang ada’. Kalimat itu tiba-tiba melesat dipikirannya. Kembali menghela nafasnya pelan, kemudian ia mengulum senyum. “Jika itu yang terbaik untukku… aku akan mencoba menjauhinya, tapi aku tidak berjanji aku akan benar-benar menghancurkan hati ini untuknya”

“Satu lagi. Aku ingin menanyakan ini padamu. Apakah ada alasan lain kau berbuat ini padaku? Maksudku, hanya Kyuhyun seorang vampire saja yang membuatmu menjauhkanku dengannya?”

Satu alis wanita itu naik.
“Jadi… apakah ada alasan lainnya? Tentu saja hanya itu. Kau adalah cucuku satu-satunya, hanya kau yang di miliki oleh anakku. Aku hanya ingin melindungimu, aku tidak ingin membuat anakku sedih karena kehilang anak semata wayangnya..” makin lama suara wanita tua itu semakin pelan, nadanya juga terdengar sedih. Air mukanya tak terlihat marah lagi.

Seohyun kembali mengatupkan bibrinya. Ia tak ingin berbicara lagi. Otaknya kembali berpikir, ia merasa ada sebuah permasalahan yang ditutupi. Duga nya, alasan wanita tua itu bukan hanya Kyuhyun adalah vampire, masih ada lagi, tapi ia tak tahu itu apa. Penjelasan dari wanita tua itu seperti ada sebuah teka-teki yang menyusunnya.
Tapi kemudian kembali bersikap normal. Pikirannya kembali ia kosongkan. Ia tahu saat ini sedang berhadapan dengan neneknya. Ia belum bisa membuat tameng untuk pikirannya sendiri. Ia tahu pasti neneknya akan membaca pikirannya.

“Jadi ku mohon, kau segera menjauhi dirinya”

“Aku tidak bisa berjanji, tapi aku akan mencoba…”

Wanita tua itu tersenyum kemenangan. “Aku tahu dan kau pasti akan melupakannya”

.
.

Changmin dan Kyuhyun baru saja kembali dari aktifitas mereka masing-masing. Sekarang keduanya sedang berbincang di ruang tamu yang terdapat dirumah megah milik keluarga mereka. Ini sudah malam, biasanya ruang tamu ini akan ramai, maksudnya semuanya akan berkumpul. Tapi tidak untuk malam ini, hanya mereka berdua yang berada disana. Yoona dan Kibum—entah mereka dimana, mungkin sedang menghabiskan waktu berdua.

“Apakah wanita tua itu berada disana?” tanya Changmin, mengawali pembicaraan.

“Ya, neneknya sudah ada didalam sana saat aku mengantarnya pulang.”

Changmin mendengus, “Mengapa kau tak celakai dia saja. Biar dia mati, dan kau akan bersama dengan Seohyun selamanya.”

Kyuhyun berdecak kesal. Mengapa suadaranya ini mudah sekali jika sedang berbicara?

“Kau gila, Changmin, itu tidak akan pernah ku lakukan.”

“Hey, dia telah menyusahkanmu. Lagipula ia sudah tua, ia seharusnya sudah kembali ke alam sana.”

“kau juga sudah tua, malah melebihi dia. Mengapa kau tidak mati-mati?”

Lagi-lagi pria bertubuh tinggi itu mendengus kesal, kedua kakinya ia naikkan pada meja kaca yang berada didepannya ini, kedua tangannya dilipat depan dada. Matanya menusuk tajam pada Kyuhyun yang duduk diseberang tempat ia duduk.

“Tapi aku masih tetap tampan, tidak dengannya, ia tua dan sudah jelek. Lagipula aku adalah seorang vampire yang hebat,  jadi tidak apa jika aku hidup lama.”

“Buat apa kau hidup lama, sampai sekarangpun kau tidak mempunyai pasangan”

Nah, masalah pasangan. Changmin benci jika sudah menyangkut soal ini. Sejujurnya, inilah kelemahannya, inilah yang tidak ingin ia tunjukkan pada siapapun. Ia sudah berusaha mencari, tapi hasilnya selalu saja tidak cocok dengannya. Ya, dia memang type yang pemilih.

“Jangan membicarakan hal itu. Bukankah kita sedang membahas tentang dirimu dan Seohyun dan juga wanita tua menyebalkan itu?” Changmin berusaha mengalihkan topik, tapi malah dibalas dengan tawa kecil dari Kyuhyun.

“Oh, Kyuhyun, kau bisa hentikan itu.”

Kyuhyun berhenti, ia kembali memperlihatkan wajah seriusnya. “Baik. Aku bisa.”

“Bagus. Oh ya, kemarin aku bertemu dengan Chansung.” Changmin mengalihkan topik. Sebuah topik yang tidak disukai oleh Kyuhyun.

Tak ada tanggapan dari Kyuhyun. Changmin tahu pemuda tampan yang berada dihadapannya ini tidak menyukai pembahasan ini, tapi ia memang sengaja ingin membahasnya. Seperti ajang balas dendam, mungkin.

“Dia tampak mengkhawatirkanmu. Oh, ayolah Kyuhyun… Lupakan rasa bencimu padanya, semua yang terjadi bukan karena kemauan dirinya.“

Itu memang sebuah nasihat kecil dari Changmin. Tapi entah ada apa dengan telinga Kyuhyun, ia mendengar nasehat Changmin seperti menggodanya. Jadi, ia lagi-lagi diam dan tetap berpura-pura tidak mendengarkan.

“Terserahlah… Kau memang keras kepala. Urusan ini , itu dan segalanya kau hadapi dengan keras kepalamu dan ke egoisanmu.” Changmin menurunkan kedua kakinya, lalu berdiri, dan melangkah pergi.

“Ingat. Yang merasakan bukan hanya dirimu, tapi menyangkut perasaan banyak orang.” Ucapnya sebelum benar-benar menghilang dari ruang tengah yang megah itu.  Meninggalkan Kyuhyun masih duduk disofanya.

Apakah ia terlalu egois dan keras kepala?

Ia terdiam.

-
-

Hari demi hari berlalu. Seohyun dan Kyuhyun menjalani hari mereka seperti biasanya.
Dan Seohyun lupa dengan ucapannya yang lalu dengan neneknya itu. Ya, tentang menjauhi Kyuhyun. Jujur saja, ia tidak bisa menjauhi mahluk tampan itu dari kehidupannya.

Jadi , ia berpura-pura tak pernah mengatakan hal itu pada neneknya. Dan menganggap pertemuan malam itu adalah sebuah mimpi buruk belaka.

Kali ini, yang dilakukan Seohyun adalah mengobrol dengan Kyuhyun sampai sore menjelang. Dan Kyuhyun, ia menerimanya, ia juga ingin lebih leluasa dekat dengan Seohyun. Oh, ia hampir lupa juga dengan perkataannya sendiri untuk berusaha menjauhi Seohyun.

Mungkin, kedua manusia ini memang tidak bisa untuk jauh satu sama lain.

Hanya ada mereka berdua yang berada didalam kelas saat ini. Tapi entahlah, walau hanya ada mereka berdua, ini benar terasa ramai. Ada saja bahan lelucon yang keluar dari mulut mereka masing-masing.

Hari ini. Untuk hari ini. Mereka tak ingin memikirkan bagaimana masa lalu ataupun masa depan. Mereka sadar, mereka berbeda, mereka “mungkin” tidak bisa bersama dan “tidak mungkin” untuk berjalan dijalan yang sama. Jadi , mereka tekankan pada diri mereka masing-masing, hargailah waktu yang ada. Karena waktu yang akan mereka lewati sekarang, tidak akan mereka lewati kembali.

Hari ini. Cukup membuat mereka tahu akan kebutuhan satu sama lain. Kyuhyun tak akan bicara kalau bukan Seohyun yangn memaksanya terus berbicara dan—tidak akan membuatnya seperti sekarang. Seohyun tidak akan bisa merasakan cinta yang sempurna, kalau bukan Kyuhyun yang mengisinya.

Hampa. Masa yang mereka lalui sebelum keduanya bertemu.

Kyuhyun memang pernah menjalin cinta, tapi tidak yang seperti ini. Seohyun berbeda. Seohyun membuatnya terus berdiri di tepi jurang yang bisa saja ia akan terjatuh dan mati mengenaskan didalam sana. Begitu juga Seohyun, pemuda yang kini dihadapannya telah membuatnya tahu akan arti cinta yang sebelumnya ia tidak mengerti.

Mereka memang saling membutuhkan.
Mereka saling mencintai.
Mereka sayang satu sama lain.

Mereka menyadarinya, dan takkan mengelak dengan semua itu. Tapi kenyataan membunuh semuanya. Menghancurkan semua yang tak kasat mata—cinta, kasih sayang, dan rasa membutuhkan.

Sinar matahari di sore hari masih begitu menusuk. Cahayanya masuk. Menembus kaca jendela yang tak ditutupi. Cahayanya hampir mengenai titik Kyuhyun duduk saat ini.

Seohyun berdiri, lalu menarik tudung jaket Kyuhyun untuk menutupi kepala pemuda itu. “Tidak baik sinarnya untuk kulitmu.” Ucapanya kemudian. Ia kembali duduk kembali di hadapan Kyuhyun. Vampire tidak bisa terkena matahari kan?

Pemuda itu hanya mengulum senyum.

“Jadi bagaimana dengan Yoona?” Seohyun mencari topik lagi, setelah topik sebelumnya sudah habis dan tak bisa dibicarakan lagi.

“Ia baik-baik saja. “ jawab Kyuhyun. “Masih tetap cerewet dan pemarah.”

Seohyun tertawa kecil. “Tapi dia adalah orang yang pengertian. Dia cerewet dan pemarah untuk kebaikanmu.”

Kyuhyun kalah. Ia tidak bisa menang kalau sedang berdebat. “Ya. Aku tahu.”

“Dia punya suami kan?”

“Ya. Punya. Namanya Kibum. Dia mempunyai sifat yang sama seperti Yoona, walaupun lebih parah Yoona.” Lagi-lagi ada ejekan kecil dikalimat Kyuhyun.

“Hahaha. Kau ini. Apakah dia tampan?” Kyuhyun berjengit. “Aku hanya bertanya Kyuhyun. Tidak benar-benar serius. Yang ku dengar vampire-vampire selalu tampan, tapi dia kan dulu manusia. Jadi aku bertanya.. tapi tidak mungkin ya, kurasa Yoona punya type pria yang tinggi. Ku yakin, Kibum lebih tampan daripada dirimu.”

Kyuhyun mendengus, dan berdecak kecil. “Apanya? Aku jauh lebih tampan dibanding Kibum. Dia pendek dan aku TINGGI.”  Balas Kyuhyun. Ia tidak terima.

“Tidak mungkin. Kurasa Kibum jauh lebih tampan dibanding dirimu. Kalau masalah tinggi, ku kira tidak masalah.” Seohyun menggoda lagi.

“Kau saja belum melihat wujudnya.”

“Tidak perlu. Yoona pernah menceritakan sosoknya padaku. Dan dia menggambarkannya dengan sempurna.”

“Cih.. kau belum melihat wujudnya, mana bisa dibilang sempurna.”

Oh, Kyuhyun tidak terima sepertinya. Hey, dia mempunyai otak yang pintar. Mengapa cepat sekali sih terpancing godaan dari gadisnya sendiri.  Yeah, mungkin benar, cinta menutupi segalanya.

“Tidak. Aku dapat menggambarkannya. Dia sosok yang lebih baik dibanding dirimu.”

Berdebat. Dan Kyuhyun tidak mau kalah. Selalu saja. Tapi Seohyunlah yang selalu menang dalam soal ini. Ia tahu kelemahan Kyuhyun; tidak mau dikalahkan. Dan Seohyun selalu mencecarnya dengan perkataan yang merendahkan Kyuhyun.

Diam. Setelahnya. Keduanya saling menatap satu sama lain. Tiba-tiba menarik sebuah senyuman, lalu akhirnya tertawa. Semburat merah menghinggapi kedua pipi masing-masing.

Perdebatan kecil itu berlalu, selepas mereka meninggalkan topik itu. Jika sudah mengganti topik lain, mereka akan lupa bahwa mereka telah bertengkar kecil beberapa detik yang lalu. Yeah, itulah mereka. Aneh memang, tapi mereka suka.

“Sudah hampir malam. Ayo pulang.”

Seohyun mengangguk, meraih tas selempangnya. “besok liburkan? Bagaimana kalau pergi?” Seohyun memberikan usul. Kyuhyun tampak berpikir.

“Hgn, kurasa tidak bisa. Aku harus—“

“Aku tahu.” Potong Seohyun. Ia tahu. Dan sangat tahu apa yang akan Kyuhyun ucapkan. Ia memang tidak membaca pikiran Kyuhyun, tapi ia tahu maksudnya.

Kyuhyun hanya mengulum senyum.  Ia bangkit dari tempat duduknya. Begitu juga Seohyun.

“Apakah itu enak?” tanya Seohyun penasaran.

“Yeah, menurutku sangat manis.” Jawab Kyuhyun, tangannya merangkul pundak Seohyun.

“Kau serius? Aku pernah menghisap darahku sendiri waktu jariku tergores pisau, tapi itu hambar tidak ada rasanya. Kau bohong.”

Kyuhyun menyerngit, “Hey, kita beda Seohyun. Kau manusia. Dan menurut kami, darah itu sangat lezat.”

Ah, ya benar. Mereka berbeda.

Seohyun mengangguk mengerti, “Yeah.”

.”Ayo pulang.”

.
.
.


Hari bersantai. Dan Kyuhyun memilih untuk tinggal dirumah. Tidak ingin bermain-main bersama dengan Changmin dan juga Kibum. Jadi ia ingin menghabiskan waktu liburnya untuk bercerita pada Yoona—orang kepercayaannya dalam masalah cinta. Padahal di luar sedang hujan lebat. Cuaca yang disukai para vampire.

Kini keduanya sedang duduk manis di ruang tengah mewah mereka.

“Hey, sepertinya berjalan dengan sangat baik akhir-akhir ini?”

“Sangat baik.” Kyuhyun menjawab dengan semangat. Ia merasakan sebuah semangat membuncah dalam dirinya, seperti merasa terlahir kembali dirinya akhir-akhir ini.

“Sungguh bagus. Seharusnya dari awal harus begini” Yoona mengambil cangkir yang tadi ia siapkan diatas meja. Menyesapnya bagai sebuah kopi panas.

“Kau tahu aku itu takut.”

“Tidak ada yang perlu ditakutkan kalau kau itu benar. Lagipula kau juga tak akan melukai dirinya kan? Buat apa takut.”

“Neneknya membuatku ngeri. Dia seperti mempunyai dendam yang tak akan pernah habis.”

Yoona mengangguk. Mengembalikan lagi wejangan pagi harinya  ke atas meja kaca. “Aku belum pernah bertemu dengannya. Dia benar-benar mengerikan ya?”

Kyuhyun hanya membalas dengan anggukan sebagai peganti jawaban iya. Jujur saja, ia suka bergidik ngeri kalau sudah membicara wanita tua itu.

“Jadi, apakah boleh bertemu dengannya?”

Kyuhyun menyerngit. Oh, jangan gila. “Tidak Yoong, jangan. Tidak perlu, kau cukup menjadi pendengarku, dan masalahku biar aku sendiri yang menanganinya.” Kyuhyun mengibaskan kedua tangannya, ia melarang Yoona.

Ia sadar ini masalahnya. Ia tidak mau merepotkan istri dari Kibum ini.

Yoona tampak mengerti, tapi ia juga penasaran. Setiap kali mendengar cerita Kyuhyun, sosok yang ia dengar begitu menyeramkan. Tentu saja ia ingin melihatnya.

“Jadi lupakan keinginanmu tentang bertemu dengannya.”

“Iya, aku tahu. Dan aku paham. Tapi sadar nggak sih, seperti ada yang disembunyikan olehnya?”

Kyuhyun melirik ke atas, seakan mencari jawaban, lalu ia kembali melihat Yoona disertai gelengan.

“Aku merasa aneh. Aku tahu maksudnya untuk melindungi cucunya, tapi—aku merasa—Ah, aku tak boleh berprasangka buruk dengan orang lain. Oke, lupakan!”

Kyuhyun tidak terlalu ambil pusing. Setiap orang memang punya sisi itu. Dia juga pernah seperti itu. Tapi prasangkanya tak pernah terbukti sampai sekarang, jadi ia melupakannya begitu saja.

“Apakah hujan sudah berhenti?” Yoona tampak melongok ke arah jendela. Langitnya masih kelabu, air dari langitnya juga belum berhenti. Masih hujan ternyata.

Yoona kembali mengambil cangkirnya, menyesapnya lagi. Hujan. Secangkir darah. Cukup merelaksikan pikirannya.

Kyuhyun  juga.

Oh, kehidupan vampire terlalu simple. Bahkan mereka lebih hemat dibanding para manusia.

-
-
-

Sebuah kunjungan kecil. Ibunya datang ke kamarnya.

“Seohyun-a, setelah hujan reda nanti kau mau ikut kami berkunjung ke rumah nenek?”

Seohyun menggeleng, ia tidak mau menerima ajakan sang ibu. Bukan karena tak ingin pergi bersama sang ibu. Tapi tempat tujuan sang ibu-lah yang membuatnya malas untuk pergi.

“Jadi kau akan sendirian?”

“Tidak, Sunkyu sebentar lagi datang, ia ingin mengajakku pergi bersama.”

“Tapi kita sudah jarang pergi ke rumahnya.”

Jarang?

Ia malah terlalu sering sampai ia muak untuk pergi kesana lagi.

“Tidak. Ku kira lain waktu saja, aku sudah janji terlebih dahulu dengan Sunkyu.” Seohyun mencoba mencari alasan yang tepat. Sampai akhirnya ibunya mengangguk mengerti dan kembali ke dapur meninggalkan dirinya didalam kamar.

“Tidak. Aku tidak akan kesana. Aku tidak mau menemuinya.”

-
-
-

Esoknya. Dikelas, pulang sekolah seperti biasanya.
Seohyun kembali aktivitas dirinya sebelum pulang—mengobrol dengan Kyuhyun. Ya ampun, seperti minum obat saja harus setiap hari.

Dan seperti biasa, pasti dirinya yang menghampiri tempat duduk Kyuhyun. Dan kali ini Seohyun bukan duduk didepan seperti biasanya. Kyuhyun menarik satu bangku yang berada disamping tempatnya, menariknya tepat disampingnya. Tangannya menepuk pelan bangku itu—menyuruh Seohyun untuk duduk disana.

Awalnya gadis itu heran. Keajaiban sekali Kyuhyun mengijinkan dirinya untuk disamping pemuda vampire itu.

“Aku duduk disini?” ia bertanya untuk memastikan. Apakah Kyuhyun tak salah makan obat hari ini?

Kyuhyun hanya menganggukkan kepalanya, kembali menepuk bangku itu.

Seohyun menurutinya. Dan duduk disana.

“Hey, kemarikan kepalamu.” Seohyun menoleh, Kyuhyun menepuk pundaknya. Apakah pemuda ini menyuruhnya untuk menyenderkan kepala dipundaknya?

“Heh?”

“Uh, gadis bodoh.” Kyuhyun dengan cepat menyenderkan kepala Seohyun dipundaknya. Huh, tak ada sisi romantisnya.

“Hih, pelan-pelan.” Protes Seohyun kecil, tapi toh dia tetap terima-terima saja.

“Maaf.”

Hanya itu. Seohyun memutar kedua bola matanya. Yeah, percuma protes.

“Hum, aku mau cerita.”

Kyuhyun melirik, “ Mau cerita apa? Ceritalah aku akan mendengarkan.”

“Kemarin ibu mengajakku ke rumah nenek—“

“Biar ku tebak. Kau menolaknya kan?”

Dia tahu. Dan Seohyun tidak heran dengan itu.

“Ya, dan akhirnya ibu berangkat sendirian kesana. Tapi tiba-tiba aku takut, kalau nenek akan menceritakan yang macam-macam. Hah, menyebalkan.

Kyuhyun tersenyum kecil menanggapi cerita dari gadisnya itu. “Hanya pembicaraan antara anak dan ibu, Seohyun. Kau jangan berlebihan.”

“Tapi—“

“Hey, kau itu berprangsaka buruk sekali dengan orang.”

Seohyun melepaskan dirinya dari rangkulan prianya. Lalu matanya menatap tajam ke-arah pria yang ada dihadapannya. “Aku tidak. Maksudku dia yang membuatku selalu berprasangka buruk padanya.”

“Terserah kau,”

“Aku selalu curiga. Seperti ada yang disembunyikan olehnya.. aku merasakannya.”

Kyuhyun menyerngit heran, menatap dalam gadisnya. “Sembunyikan?”

“Ya, dan aku tidak tahu apa.”

_tobecontinue_
Ah, akhirnya..
Maaf banget yah lama. Udah lama, nggak asik lagi ya. Gimana? Makin aneh ya?
Ahhhh, aku pengen udahin ini cerita yang makin melenceng dari pemikiran pertama. Hehe.
Masih mau lanjut atau udah? Haha author yang nggak tanggung jawab yah aku-_-
But, Thank a lot yah! Bingung mau bicara apa lagi-_-
Babye

2 komentar:

  1. lanjut z, aku udh bca dr part 1 jd pnsaran trus gmna endingy'...lw bsa jgn lama2 ia, e ia lw boleh saran ch mnding 2 part lge z,,,biar crtanya tetep fokus n gg mlenceng kmn, heee
    mkche lho...
    ditunggu klnjutnnya...:D

    BalasHapus