Minggu, 05 Agustus 2012

Beautiful Propose [Super Generation]

Title : Beautiful Propose
Author : Park Sooyun
Cast : Super Junior & SNSD [Leeteuk/Taeyeon, Yesung/Yuri,Eunhyuk/Hyoyeon, Siwon/Tiffany, Sungmin/Sunny]
Genre : Romance
Length : Oneshoot
Rating : General



Anneyeong…

Saya kembali lagi dengan FF Super Generation. Gak tau kenapa, akhir-akhir ini saya lagi kesemsem sama SuGen :D

Sebenernya saya mau bikin semua couple, tapi berhubung ide yang ada sangat terbatas (?), akhirnya saya bikin cuma lima. Yang empat lagi (HaeSica, HanSoo, YoonBum, SeoKyu) sama sekali gak ada gambaran ==’

Mian ya kalo FF-nya jelek. Enjoy! ^^











“Banyak wanita yang dilamar kekasihnya dengan cara yang tidak terlupakan.

Begitu juga dengan gadis-gadis ini.”







NORMAL POV









Leeteuk/Taeyeon



Suara dentingan pisau terdengar nyaring dari dalam dapur. Bau harum masakan pun tercium dan dapat membuat orang yang menciumnya menjadi tergiur. Tak lain dan tak bukan adalah Kim Taeyeon; sang leader dari girlband SNSD yang sedang memasak untuk para dongsaengnya.

Jika biasanya yang menjadi koki adalah sang dancer, Hyoyeon, maka kali ini Taeyeon yang harus mengambil alih dapur karena Hyoyeon sedang pergi ke rumah orang tuanya.

Taeyeon mengambil sebutir bawang merah dan memotongnya dengan kecepatan sedang. Ia tak mau berlagak seperti koki-koki professional yang sering ia lihat di acara memasak. Bisa-bisa jarinya menjadi korban.

Tiba-tiba ia mendengar suara hand phone-nya berdering. Taeyeon meletakkan pisau yang ia pegang dan segera pergi ke kamarnya lalu kembali ke dapur. Ia membuka pesan yang ternyata datang dari kekasihnya, Leeteuk.

Alisnya terangkat ketika melihat isi pesan itu. Leeteuk mengirimkan sebuah gambar. Dan gambar itu hanyalah selembar kertas putih yang diletakkan di atas meja lalu dipotret.

Apa maksudnya? Ia akui, Leeteuk memang sering menjahilinya, tapi kali iniia benar-benar tidak mengerti apa arti dari foto itu.

Taeyeon buru-buru meletakkan hand phone-nya kembali ketika menyadari bahwa daging yang sedang ia goreng sudah matang dan hampir saja gosong.

Sudahlah. Mungkin saja Leeteuk sedang kurang kerjaan, pikir Taeyeon.



$#@#$



Bahunya yang terasa pegal membuat Taeyeon merebahkan tubuhnya ke sofa empuk yang ada di ruang keluarga. Rupanya memasak juga bisa membuatnya lelah.

Beberapa menit yang lalu member SNSD—kecuali Hyoyeon—sudah pulang ke dorm dari aktivitas masing-masing. Tiffany, Seohyun, dan Sooyoung yang habis jalan-jalan; Yuri dan Jessica yang habis berbelanja; Sunny yang sepertinya habis mengunjungi dorm Super Junior; serta Yoona yang sudah selesai dari kegiatan syuting drama terbarunya.

Taeyeon sudah makan sepuluh menit sebelum ketujuh member SNSD tersebut datang, sehingga sekarang ia bisa beristirahat. Ia juga telah menyuruh member yang lain untuk membersihkan ruang makan setelah selesai makan.

Somgyeodo twinkle eojjeona? Nunen hwag dduijanha…

Tiba-tiba saja hand phone-nya berbunyi. Taeyeon segera meraih hand phone-nya. Keningnya berkerut ketika melihat isi pesan yang ia terima.

Pesan itu berisi gambar. Terlihat selembar kertas berwarna biru laut di gambar itu. Gambar itu membuat Taeyeon bingung. Terutama karena pengirimnya adalah Leeteuk.

Apa sebenarnya mau namja itu?

Taeyeon meletakkan hand phone-nya kembali. Ia terlalu malas untuk meladeni kejahilan si Malaikat Tanpa Sayap itu.



$#@#$

Uhh…

Suara ringtone Twinkle-nya yang baru membuat kepalanya sedikit pusing. Taeyeon menggapai-gapai hand phone yang ia taruh di atas meja di sebelah tempat tidurnya. Dengan masih wajah mengantuk, ia membuka pesan yang masuk.

Matanya membulat ketika melihat pengirim pesan itu. Leeteuk. Dan matanya semakin membulat ketika melihat isi pesan. Lagi-lagi Leeteuk mengiriminya gambar yang tidak jelas. Sebuah kertas berwarna biru yang ditengahnya ada gambar hati berwarna merah.

Apalagi ini?

Taeyeon membuang hand phone-nya ke sebelahnya. Ia kembali menenggelamkan kepalanya ke dalam bantal yang empuk.

Beberapa menit kemudian hand phone-nya berbunyi lagi. Dengan penuh emosi Taeyeon bangun dari tidurnya dan membuka pesan yang lagi-lagi dari Leeteuk. Awas saja jika namja itu mengiriminya gambar yang tidak jelas lagi!

Dan benar saja. Leeteuk mengiriminya gambar yang tidak jelas. Sebuah kertas biru yang di tengahnya ada gambar berbentuk hati merah. Dan ada sebuah benda bulat berwarna keemasan—nampak seperti cincin—yang diletakkan di atas kertas itu.

Mata Taeyeon membulat ketika membaca tulisan yang ada di bawah gambar itu. Tidak seperti sebelumnya, kali ini Leeteuk juga menyisipkan pesan tulisan.



Awalnya hidupku tidak terasa apa-apa sebelum kau datang. Hampa—sama seperti kertas putih yang masih polos. Tapi setelah aku melihatmu, kurasakan hidupku mulai berwarna. Dirimu kulambangkan seperti warna biru—menenangkan dan menyejukkan. Tak berapa lama, aku mulai menyadari kalau aku mencintaimu. Dan kurasa, waktu tiga tahun adalah waktu yang sangat cukup untuk membuatku mengatakan: MAUKAH KAU MENIKAH DENGANKU?



Taeyeon membeku seperti patung. Otaknya mulai berputar dan berusaha untuk memahami isi pesan Leeteuk. Lama sekali untuk membuat Taeyeon sadar. Ia kembali membaca isi pesan itu.

Sedetik kemudian, ia tersenyum lebar. Ia melompat kegirangan sambil berteriak tidak jelas.

“Kyyaaa!! Leeteuk oppa melamarku!! Ahhhh!!”

Lalu dengan cepat ia mengetik balasan.



YA!! :) :*













Yesung/Yuri



Sebenarnya Kwon Yuri sangat malas untuk pergi ke taman. Ia habis pulang dari tempat photo shot dan sekujur badannya terasa sangat pegal. Namun demi permintaan Yesung, ia rela menggerakkan badannya ke taman ini.

Yuri mengedarkan pandangannya. Ia tidak melihat sosok kekasihnya itu. Akhirnya ia memilih untuk duduk di kursi taman. Pandangannya tertarik ke arah sekelompok anak kecil yang sedang bermain balon.

Lalu ia sedikit terkejut ketika seorang anak perempuan datang menghampirinya.

“Tante, aku ingin menitipkan balonku. Bolehkan?” tanya anak perempuan itu.

“Tentu,” jawab Yuri sambil tersenyum. Ia mengambil balon yang disodorkan anak itu. Lalu anak itu berlari menuju kedai es krim. Yuri menatap balon milik anak tadi. Setelah ia melihat balon itu, ia menyadari kalau balonnya berjumlah lima.

‘Hm… Banyak juga balonnya. Apa ibunya membolehkan dia membeli balon sebanyak ini?’ tanya Yuri dalam hati.

Tak lama kemudian, datang seorang anak laki-laki.

“Maaf. Apakah aku bisa menitipkan balon ini? Aku ingin ke toilet sebentar.”

“E-eh? Tentu…”

Yuri segera menerima titipan balon anak laki-laki itu. Ia memegang tali pengikat balon-balon itu dengan erat—takut jika nanti balon itu akan terbang. Dan sekarang ia sedang memegang sepuluh balon.

$#@#$

Sepuluh menit telah berlalu.

Dan kedua bocah yang tadi menitipkan balon-balon padanya belum juga kembali. Yesung juga belum datang. Rasanya kesabaran Yuri benar-benar diuji kali ini.

Ia meraih hand phone-nya dan mengetik sebuah pesan untuk Yesung. Tiba-tiba saja ia dikagetkan oleh panggilan seorang anak kecil. Yuri mendongakkan kepalanya dan melihat seorang anak perempuan ada di hadapannya. Ia segera menaruh hand phone-nya kembali ke saku celananya.

“Bolehkah aku menitipkan balon-balon ini?” tanya anak itu.

Yuri hanya mengangguk pelan. Sekarang ia menggenggam lima belas balon di tangan kanannya. Ia mencoba memutar otaknya. Sepertinya anak-anak yang menitipkan balon padanya melakukan itu dengan sengaja. Entah apa maksud dan tujuannya.

Lalu Yuri melihat seorang pria bertopi berjalan mendekat padanya. Pria itu menyerahkan balon-balon yang ia bawa ke arah Yuri. Awalnya Yuri hanya diam karena ia heran dengan perbuatan pria itu. Tapi pria itu menarik tangan kiri Yuri dan menaruh tali pengikat balon-balon itu ke genggaman tangan Yuri. Pria itu segera berlari menjauh dari Yuri.

“H-hei! Tunggu!” Yuri berusaha mengejar pria itu. Namun ia melihat sesuatu yang aneh. Ada sebuah benda mengkilat dan sebuah kertas yang diikat simpul di ujung tali pengikat balon. Yuri membuka lipatan kertas dan membaca tulisan yang ada di dalamnya.



Would you marry me?



Yuri terbengong-bengong setelah membaca tulisan itu. Ia mengedarkan pandangannya dan menemukan pria bertopi yang tadi memberikan ini padanya. Pria bertopi itu membuka topinya dan ternyata dia adalah… Yesung?!

Yuri berusaha untuk memusatkan pandanganannya. Benar. Pria yang ada di sana itu Yesung! Ia juga dapat melihat kalau Yesung melambaikan tangan padanya.

Bukannya memberikan reaksi, justru Yuri hanya terdiam dan memandangi Yesung seperti orang bodoh. Sepertinya Yesung menyadari kebingungan yang dialami Yuri, sehingga ia menghampiri Yuri.

“Yuri-ah? Kau baik-baik saja?”

Suara Yesung seperti menyadarkan Yuri. Ia menatap Yesung yang ada di hadapannya. Tangan kanannya yang menggenggam erat balon-balon, merenggang begitu saja dan balon-balon itu terbang. Tapi untung saja balon yang talinya ada cincin lamarannya tidak ikut terbang karena Yesung segera menangkapnya dengan sigap.

“Eh?? Balonnya terbang!” seru Yuri. “Bagaimana jika anak-anak itu mau mengambilnya kembali?”

“Tenang saja, Yul. Sebenarnya anak-anak tadi aku yang suruh untuk memberikan balon-balon itu padamu,” ucap Yesung.

“Jadi oppa sengaja membuatku bingung?”

Yesung hanya nyengir tanpa dosa. “Tapi kau suka dengan caraku untuk melamarmu ‘kan?”

Yuri tersenyum malu. Perlahan ia mendekati Yesung dan memeluknya dengan erat. “Gomawo, oppa. Atas kepercayaanmu padaku untuk menjadi istrimu.”

“Apa itu artinya kau menerima lamaranku?”

“Tentu saja.”

“Kalau begitu aku juga harus berterima kasih padamu. Karena kau telah memberikan cintamu untukku, Yuri-ah.”













Eunhyuk/Hyoyeon



Seharusnya pekerjaan untuk membersihkan dorm bukanlah tugas Hyoyeon. Tugasnya yang sesungguhnya adalah memasak dan mengurus dapur. Bukan mengurus kebersihan dorm. Itu adalah tugas Jessica, Yuri, dan Tiffany. Tapi berhubung dorm sedang ditinggal penghuninya dan hanya tersisa dirinya saja, ia pun terpaksa untuk membersihkan dorm sendirian.

Hyoyeon segera merebahkan dirinya ke atas tempat tidurnya yang terasa sangat nyaman. Berjam-jam membersihkan dorm sendirian membuat badannya terasa pegal. Terutama punggungnya.

Hyoyeon melirik hand phone-nya yang bergetar. Ia segera meraih benda berwarna putih dengan gantungan bertuliskan ‘EH’ itu. Oh. Ternyata pesan dari kekasihnya, Eunhyuk. Hyoyeon segera saja membuka pesan tersebut.



Buka e-mailmu



Pesan berisi dua kata itu tidak dapat dipahami oleh Hyoyeon. Untuk apa Eunhyuk menyuruhnya membuka e-mail? Ada-ada saja. Dari pada ia heran, ia memutuskan untuk bertanya pada Eunhyuk.



Untuk apa?



Tak lama kemudian pesan balasan masuk.



Sudahlah! Buka saja… Ada sesuatu yang harus kau lihat ^^



Akhirnya Hyoyeon menyerah. Ia bangkit dari tempat tidurnya dengan malas dan berjalan menghampiri meja belajarnya. Ia menyalakan laptop dan segera log in ke e-mailnya.

Ada satu dari puluhan e-mail di inbox yang menarik perhatiannya. Ia segera membuka e-mail bersubyekkan ‘Watch this!! :D’. Tentu saja itu dari Eunhyuk.

Ternyata isi e-mail tersebut adalah sebuah video. Hyoyeon mengunduh video itu lalu membukanya.

Di video berdurasi empat menit itu Hyoyeon dapat melihat Eunhyuk yang sedang berdiri di sebuah ruangan yang nampak seperti ruang latihan Super Junior. Musik terdengar mengalun pelan. Samar-samar Hyoyeon dapat mendengar musik itu. Eh, tunggu dulu. Sepertinya ia pernah mendengar musik ini. Rasanya ini lagu… Marry You?!

Beberapa detik kemudian, Eunhyuk mulai menari. Menggerakkan kaki dan tangannya dalam ketukan yang pas. Tarian itu nampak sangat indah. Eunhyuk memutar badannya dan tarian itu berakhir.

Hyoyeon tersenyum dan ia bertepuk tangan. Ia memajukan wajahnya ketika Eunhyuk berbicara di dalam video itu.

“Aku mempersembahkan tarian tadi khusus untukmu, Hyo. Sebagai tanda terima kasih karena telah mencintaiku apa adanya. Kau memang datang di saat yang tepat. Disaat aku terpuruk dalam kepedihan karena perselingkuhan mantan pacarku, kau datang menghiburku. Tanpa kenal lelah kau membisikkan kata-kata penyemangat padaku.

“Dan ketika aku berdiri di hadapanmu sambil berlutut; memintamu untuk menjadi kekasihku, kau menerimanya dengan senyum kebahagiaan. Aku masih ingat itu. Aku selalu ingat setiap detik bersamamu. Aku harap kau tidak tertawa,” Eunhyuk tertawa kecil. “Aku memang tidak bagus dalam merangkai kata-kata. Tapi kuharap kata-kata tadi dapat tersampaikan padamu, Hyo. Kau pasti ingin tahu mengapa aku membuat vdeo ini. Ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu.”

Hyoyeon menahan napasnya ketika melihat Eunhyuk berlutut di dalam video itu sambil menyodorkan sebuah benda kecil berbentuk bulat. Sepertinya itu adalah… cincin?

“Kim Hyoyeon, dengan cincin ini, aku memintamu untuk menjadi istriku, masa depanku, dan juga seluruh hidupku. Maukah kau menikah denganku? Aku tidak meminta apa-apa padamu. Aku hanya ingin meminta jawaban ‘YA’ darimu.”

Air mata Hyoyeon menetes setelah mendengar pengakuan Eunhyuk itu. Tanpa membuang waktu lagi, ia berlari menuju tempat tidurnya dan meraih hand phone-nya.

“Yoboseo? Ada apa Hyo?”

Suara Eunhyuk terdengar dari seberang sana. Hyoyeon menitikkan air matanya sekali lagi ketika mendengar suara kekasihnya.

“YA!!” Segenap tenaga Hyoyeon mengeluarkan suaranya.

“Ya untuk apa?”

Aissh… Dasar namja pabo! Baru beberapa menit yang lalu dia meminta Hyoyeon untuk menonton video itu!

“Kau ini bodoh atau bagaimana? Kau bilang tidak ingin meminta jawaban selain ‘ya’. Dan aku telah mengatakannya!”

“Hahaha… Maafkan aku, Hyo. Aku hanya bercanda. Tapi apa benar kau menerima permintaanku?”

“Aku juga akan mengabulkannya~”

“Terima kasih, Hyo. Terima kasih atas semuanya. Kalau begitu aku akan ke sana.”

“Untuk apa?”

“Aku tidak mau menunggu sampai hari pernikahan hanya untuk melihatmu memakai cincin pernikahan kita…”











Siwon/Tiffany



Berjalan-jalan di taman saat hari sedang cerah adalah pilihan yang bagus dan sangat tepat. Apalagi ketika ditemani sang pacar. Menambah warna dalam daftar kesibukan hidup yang harus dijalani.

Tiffany memicingkan matanya ke arah pria yang berjalan tepat di sebelahnya. Ia berusaha menerka-nerka—kira-kira apa yang membuat pria ini diam saja sedari tadi. Ia tahu, kalau pria ini memang tidak banyak bicara, namun pria ini juga bukanlah tipe yang pendiam.

Sepertinya pria itu merasa dirinya sedang diperhatikan. Pria itu balik menatap Tiffany dan berkata, “Ada apa?”

“Aku yang seharusnya berkata seperti itu,” kata Tiffany. “Dari tadi oppa terus diam. Ada apa?”

Pria itu tidak menjawab. “Tiff, kau mau beli es krim?”

“Jangan mengalihkan pembicaraan, Tuan Choi Siwon,” ucap Tiffany.

Bukannya Siwon menyahut atau merespon, justru Siwon sibuk menundukkan kepalanya seakan memikirkan sesuatu. Sedetik kemudian, senyum mengembang di wajahnya. Tiffany yang melihat itu hanya mengkerutkan dahinya karena tiba-tiba saja Siwon tersenyum.

“Tali sepatumu lepas,” ucap Siwon.

“Eh?” Reflek Tiffany menunduk untuk melihat sepatunya. Dan benar saja, tali sepatu bagian kanannya sudah lepas. Tiffany berjongkok untuk membetulkan ikatan tali sepatunya, tapi Siwon menarik tangannya lebih dahulu.

“Biar aku yang membetulkannya.”

Tiffany kembali menegakkan badannya dan hanya menonton kekasihnya yang sedang memasangkan tali sepatunya. Sesaat kemudian, Siwon kembali bangkit dan tersenyum ke arah Tiffany.

“Sudah bagus lagi,” ucap Siwon.

Tiffany membalas Siwon dengan eyesmile-nya. “Gomawo, oppa.”

“Aku akan beli es krim untuk kita. Tunggu di sini ya,” Siwon pamit pada Tiffany dan berjalan menuju kedai es krim yang hanya berjarak sekitar lima meter dari tempat ia dan Tiffany berdiri.

Tiffany menundukkan kepalanya dan menatap sepatunya yang kembali bagus. Tiba-tiba ia melihat sesuatu melingkar—atau lebih tepatnya terikat—di tali sepatu kanannya. Tiffany mempertajam penglihatannya. Benda itu nampaknya seperti… cincin?

Tiffany pun berjongkok untuk melihat dengan lebih jelas benda itu. Dan benar sesuai dugaannya. Benda itu adalah sebuah cincin berwarna perak dengan mata berlian putih. Tiffany melepaskan ikatan yang mengikat cincin itu. Ia berdiri lagi dan mengangkat benda itu ke udara—seolah untuk memperjelas wujud benda itu.

Ya. Tak salah lagi. Benda ini adalah cincin. Tapi kenapa cincin ini bisa terikat di tali sepatunya? Tiffany yakin seratus persen kalau tadi ia sama sekali tidak mengikat benda apapun di tali sepatu. Jadi siapa? Jangan-jangan Siwon yang melakukannya. Tapi untuk apa namja itu melakukan ini?

Pada akhirnya Tiffany hanya memandangi cincin di tangannya dengan tatapan heran.

“Hei.”

Suara bass Siwon menyadarkan Tiffany. Ia menolehkan kepalanya dan melihat Siwon sudah berada tepat di depannya sambil membawa es krim di kedua tangannya.

“Oppa, ini apa?” tanya Tiffany.

“Tentu saja itu cincin,” jawab Siwon.

“Aku juga tahu itu! Maksudku, kenapa oppa mengikat cincin ini di tali sepatuku?”

Siwon berpura-pura sedang berpikir keras. “Hm… Kenapa ya?”

“Oppa!” Tiffany sudah tidak sabar dengan sikap Siwon yang berpura-pura. Ia memukul lengan Siwon pelan. “Jangan bercanda.”

Siwon tertawa melihat tingkah Tiffany. “Baiklah. Sebenarnya, itu adalah cincin untuk melamarmu.”

“Hah?” Sepertinya otak Tiffany sedang mengalami slow loading.

“Ya. Cincin itu untuk melamarmu. L-A-M-A-R. Jelas?”

“Oppa tidak bercanda ‘kan?”

Rasanya ingin tertawa melihat ekspresi Tiffany yang nampak seperti orang bodoh itu, tapi Siwon berusaha menahannya. Ia tahu, ini adalah sesuatu yang tidak patut untuk ditertawakan. “Aku serius seratus persen, Tiff.”

Meskipun Siwon sudah mengatakannya dengan cukup jelas, namun rupanya telinga Tiffany memang sedang tidak mau berkompromi dengan otaknya. Ia masih saja melongok seperti orang bodoh.

“Kyyyaa!!” Baru setelah beberapa menit, otak Tiffany bekerja dengan baik. Ia melompat kegirangan tanpa peduli dengan tatapan aneh dari orang-orang sekeliling. Tiffany segera memeluk Siwon.

“Hei, Tiff! Kau membuat kemejaku kotor.”

Tiffany melepaskan pelukannya dan melihat kemeja Siwon yang sudah terkena noda berwarna merah muda dan coklat. Ia hanya tersenyum tanpa dosa.

“Hehehe. Maaf oppa. Aku terlalu senang,” ujar Tiffany.

“Jadi, kau menerimanya?”

Tiffany mengangguk dengan mantap. “Terima kasih~”

“Sama-sama. Tapi kau harus bertanggung jawab karena sudah menumpahkan es krim ke kemejaku.”

“Itu sih kecil!”



$#@#$

Tiffany tidak kunjung merasa bosan walaupun ia telah berpuluh-puluh kali melihat cincin perak yang melingkar sempurna di jari manisnya. Entah apa yang membuatnya benar-benar senang dengan cincin itu. Cincin itu modelnya mungkin biasa-biasa saja, tapi yang memberikannya adalah orang yang spesial.

“Kau tidak bosan ya, melihat cincin itu terus?”

Tiffany menolehkan kepalanya dan menatap Siwon yang sedang menyetir mobil. “Tidak.”

“Apa sebegitu bahagianya kau dengan lamaranku?”

“Tentu saja. Siapa yang tidak bahagia dilamar pacarnya sendiri?”

Siwon tertawa kecil.

“Oppa, ngomong-ngomong, kau belum menjawab pertanyaanku saat di taman tadi.”

“Pertanyaan apa?” tanya Siwon. Ia melirik Tiffany sekilas melalui sudut matanya sebelum kembali fokus ke jalanan.

“Tadi ‘kan aku tanya, kenapa sedari tadi kau diam saja.”

“Oh… Itu…”

“Jadi, kenapa oppa?”

“Yah… Sebenarnya saat itu aku sedang berpikir. Bagaimana caranya untuk bisa melamarmu. Sampai akhirnya aku melihat tali sepatumu lepas dan akhirnya kuputuskan untuk menggunakan itu sebagai cara untuk melamarmu.”

Tiffany menatap Siwon dengan tatapan seperti mengejek. “Hah? Jadi hanya karena itu? Huh. Oppa, caramu melamar sama sekali tidak romantis tahu.”

“Hei! Kau kira mudah untuk melamar seseorang?” ujar Siwon tak mau kalah.

Tiffany hanya menjulurkan lidahnya.















Sungmin/Sunny



Entah apa yang sedang Sunny pikirkan. Bukannya ia berlatih malah ia pergi ke ruang musik milik SM. Sebenarnya ini bukanlah keinginannya. Tapi keinginan dari Lee Sungmin. Beberapa menit yang lalu Sungmin meneleponnya untuk pergi ke tempat ini. Dan Sunny menurut saja. Lagi pula ia sudah latihan sebelum member SNSD yang lain datang. Jadi tidak ada salahnya ‘kan membolos sebentar saja?

Sunny membuka pintu ruang musik. Nampak ruangan itu sangat sepi. Tidak ada seorang pun yang ada di situ—hanya beberapa alat musik seperti piano, drum, gitar, bass, beberapa alat musik tiup, biola dan alat musik lain yang Sunny tidak tahu apa namanya. Sunny melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan dan berjalan menuju sebuah grand piano yang diletakkan di tengah ruangan. Sunny terdiam sambil memandangi piano itu.

Ia tahu ia sangat payah dalam memainkan piano, berbeda dengan Sungmin yang bisa memainkannya dengan baik. Sunny menyentuh salah satu tuts piano. Sebenarnya ia sangat penasaran dengan benda ini. Ia ingin mencoba untuk memainkannya. Sunny menyentuh tuts piano yang lain—menimbulkan nada yang sumbang dan tidak enak didengar. Ia menertawakan permainan pianonya sendiri yang terdengar aneh.

“Kau ingin kuajari?”

Tiba-tiba Sunny mendengar seseorang berbicara. Sunny membalikkan badannya dan melihat kekasihnya—Sungmin—berdiri di hadapannya sambil tersenyum.

“Mau kuajari main piano?” tanya Sungmin sekali lagi.

“Boleh.”

Sungmin menarik dua buah kursi dan menyuruh Sunny untuk duduk.

“Sebenarnya bermain piano itu mudah. Kau hanya perlu mengerti nada dasarnya,” ujar Sungmin seperti seorang guru les piano. Sunny hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil memperhatikan Sungmin.

Sungmin menekan beberapa tuts piano.

“Inilah nada dasarnya. Coba kau mainkan nada dasarnya.”

Sunny menatap Sungmin sejenak lalu menatap barisan tuts piano yang ada di hadapannya. Ia meletakkan jari-jarinya di atas tuts piano sesuai dengan arahan Sungmin dan menekannya perlahan. Sungmin tertawa pelan ketika ia mengetahui bahwa kekasihnya memang tidak berbakat memainkan piano.

“Aku rasa kau memang tidak berbakat main piano, Sunny-ah.”

“Issh! Aku ‘kan baru belajar!” ucap Sunny sambil menggembungkan pipinya kesal.

“Baiklah. Sekarang lebih baik kau mendengarkan permainanku saja ya.”

“Ya sudah~”

Sungmin memperbaiki sikap duduknya dan mulai menggerakkan jari-jarinya di atas tuts dengan lincah. Suara yang dihasilkan terdengar harmonis dan sangat indah. Berbeda sekali dengan permainan Sunny.

“Oppa, sebenarnya kenapa oppa memanggilku ke sini?” tanya Sunny di tengah-tengah permainan piano Sungmin.

“Hm? Ah ya. Sebenarnya aku ingin supaya kau mendengar permainan pianoku. Aku sudah mempelajari lagunya sejak dua tahun yang lalu. Tapi aku baru akan memperdengarkannya padamu sekarang,” ujar Sungmin.

Sunny mengerutkan keningnya. Permintaan Sungmin terdengar aneh. Tidak biasanya ia menyuruh Sunny—bahkan sampai membolos latihan—hanya untuk mendengarkan lagu barunya.

“Dengarkan baik-baik.”

Sungmin kembali memainkan grand piano itu. Nada-nada indah nan lembut kembali mengalun. Sunny mempertajam pendengarannya ketika ia merasa kalau ia tahu lagu yang sedang dimainkan Sungmin. Lagu ini… terdengar seperti lagu Marry You. Eh? Lagu Marry You?

“Aku mempersembahkan lagu ini khusus untukmu, Sunny-ah~” ucap Sungmin sambil tersenyum lembut. “

Sunny hanya terdiam mendengar suara Sungmin yang terdengar lembut dan manis itu. Ia seperti tersihir dengan suara indah Sungmin serta penghayatannya yang sangat… luar biasa.

Tiba-tiba saja Sungmin menghentikan permainan pianonya. Ia segera berdiri dan mengambil posisi tepat di samping Sunny. Sunny membalikkan badannya sehingga ia duduk tepat di hadapan Sungmin—dan ia sedikit terkejut ketika melihat Sungmin berlutut di hadapannya.

“Would you marry me?”

Dan keterkejutan Sunny bertambah ketika ia melihat Sungmin membuka sebuah kotak berisi sebuah benda yang telah menjadi simbol cinta selama berabad-abad—sebuah cincin emas dengan ukiran ‘S to S’ di bagian dalamnya.

Beberapa detik kemudian senyum manis terukir di wajah Sunny. Tak hanya senyum manis, raut wajah kebahagiaan juga jelas terpancar dari wajahnya.

“I do.”

Sungmin memasangkan cincin emas itu ke jari manis Sunny. Dan dalam sekejap ia berdiri lalu membawa Sunny ke dalam pelukan hangatnya.

“Terima kasih, Sunny-ah. Sarangheyo…”

“Nado~”



THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar