Selasa, 28 Agustus 2012

I Love You, but You Love My Sister [part 1]

                  

 I Love You, but You Love My Sister [part 1]

 


Cast :
Jessica Jung
Donghae Lee
Krystal Jung
Im Yoona
Sunny
Type : Series, Romantic,
Disclaimer : Cast milik Tuhan, ayah-ibu mereka, dan juga Agensi mereka. dan jalan cerita ini,milik temanku ( Dia yang mengalami kisah ini secara real ) dan aku hanya menyampaikan dengan cerita.
Enjoy ! So, Let’s Read

Aku melihatnya. Melihat dirinya dari kedua bola mata bulatku yang hitam. Melihat sosoknya yang sedang berdiri didepan kelasnya. Dia sedang mengobrol bersama tiga temannya. Ku amati setiap gerak-geriknya dengan cara melirik dirinya secara diam-diam. Wajahnya yang sedang tertawa itu juga mengajak setiap saraf tubuhku ikut juga untuk tertawa. Entahlah, itu sering terjadi terhadapku beberapa hari terakhir.
Ku bersender pada daun pintu yang sedikit menutupi sebagian tubuhku. Aku mengamatinya secara diam-diam. Takut ketahuan oleh dirinya. Takut juga ketahuan oleh temanku yang lain.  Ini sudah hari ke-100 aku melihatnya seperti ini. Sejujurnya, ini sangat melelahkan. Melelahkan karena menyimpan semua rasa suka itu dalam hati dan tanpa satupun orang yang tahu.
“Ya! Jessica-ya!” suara yang nyaring itu mengganggu konsentrasiku. Dan membuatku harus berbalik untuk kembali menyapanya atau lebih tepatnya menghargai panggilannya terhadapku.
Ku balikkan tubuhku kepada si ‘pemanggil’. Itu adalah Sunny. Teman baikku.
“Telingaku tuh tidak tuli!” kataku dengan nada yang sedikit ketus.
Dia berdecak pelan. Memasang matanya yang tajam ke arahku. “Apanya yang tidak tuli? Aku sudah memanggilmu berkali-kali, kau bilang tidak tuli?” ujarnya kemudian.
Aku hanya bisa menampilkan sederet gigiku. Ternyata aku sudah dipanggil berkali-kali oleh nya, ya. Aku tak merasa bahwa aku sudah dipanggil. Inikah sebuah efek samping dari sebuah rasa menyukai seseorang secara diam-diam. Dan efek samping itu salah satunya adalah ini. Telingamu seakan ditutup oleh sebuah-entah apalah itu- dan yang kau dengar adalah suara pujaan hatimu.
“Aku minta maaf. A-a-aku hanya memikirkan tentang- ehm- ulangan untuk hari ini” ucapku berbohong. Aku tak mungkin jujur dengannya. Bisa dibilang aku belum siap untuk jujur dengannya. Ini masih masalah pribadiku.
Dia melemparkan tatapan curiganya terhadapku, lalu beberapa saat tatapan curiga itu mulai memudar. “Belajar. Jangan dipikirkan..”
Aku hanya nyengir. “Ah, apa urusanmu memanggilku?”
“Antarkan aku pergi ke canteen” aku mengangguk, berjalan dibelakangnya. Melewati kelas pria itu dengan kepala yang tertunduk karena malu.
——————————————————————————————
Aku mencuci tanganku di washtafel. Aku sedang berada ditoilet sekolah sekarang. Ini bukanlah waktunya istirahat ataupun pulang sekolah, tapi aku kabur saat pelajaran yang membuatku pusing bukan kepayang. Pelajaran fisika. Pelajar itu membuatku begitu muak dengan rumus-rumus yang begitu memabukkan.
Setelah selesai mencuci tangan, ku dengar bell sekolah sudah berdering. Itu tandanya pelajaran sudah selesai. Aku pun segera melangkahkan kakiku menuju pintu. Saat aku membuka pintu ( Hanya baru setengah terbuka belum semua dibuka) ku lihat segerombolan wanita tenar yang saat ini sedang menuju toilet. Hah? Toilet? Aniyo. Aniyo.
Ku mundurkan tubuhku. Berjalan kebelakang. Mencari toilet yang kosong untuk tempatku mengumpat.
Aku duduk dikloset , menaikkan kedua kakiku agar tidak diketahui oleh mereka. Ku dengar sebuah tawa begitu menggelegar memenuhi toilet wanita yang cukup besar ini. Aku duduk di toilet ini, menangkup kedua tanganku untuk berdoa. Berdoa agar mereka segera pergi dari toilet.
“Kau menyukainya Yoona –a?” tanya salah satu dari mereka yang entah siapa itu.
“Iya. Sangat! Aku menyukai dirinya” ucap salah seorang dari mereka. Yang ku duga itu adalah Yoona.
“Donghae. Tapi dia biasa saja! Hmm tidak-tidak, yah, lumayan tampan memang,”
Kedua mataku membulat sempurna saat mendengar nama ‘Donghae’ disebut-sebut oleh salah satu dari mereka. Jadi bukan hanya aku saja yang menyukainya. Jadi ada gadis lain yang menyukainya. Dugaanku salah selama ini.
“Sudahlah. Ayo kita pulang”
Ku turunkan satu persatu kakiku untuk menginjak lantai kembali. Ku dekati telinga kananku kepada pintu. Mencoba memastikan bahwa segerombolan gadis-gadis itu sudah pergi dari sini. Aku rasa mereka sudah pergi, dengan setenang mungkin aku langsung membuka pintu dan keluar dari toilet.
Ku tatap diriku yang terpantul pada kaca itu. melihat diriku yang saat ini sedang terlihat lesu.
Tidak. Tidak akan menyerah! Aku berusaha menyemangati diriku sendiri.
Aku akan mempertahankan perasaan ini terhadapnya. Walaupun Yoona juga menyukainya.
 ————————————————————————————————
PRANG !!
Sebuah bunyi kaca yang pecah menggema ke beberapa ruangan yang berada di lantai 2. Setelah mendengar suara kaca yang pecah itu semua orang berhambur untuk melihat apa yang telah terjadi tadi. Begitupun juga aku yang ikut penasaran dengan hal yang terjadi disana.
Semua berlari ke arah ruang lab. Sience yang ruangannya tak begitu jauh dari kelasku. Semua orang berkerumunan datang menghampiri ruangan itu. Ku lihat samar-samar dibalik para siswa yang sedang berdiri ingin melihat ‘siapa orang yang membuat onar ini’. Mataku terbelalak melihat dua pasang kaki penuh dengan darah dan juga pecahan kaca yang menancap di kakinya
Aku berusaha menyelip untuk memastikan siapa itu. Mataku lagi-lagi terbuka lebar. Ku lihat dirinya dan juga temannya. Mereka terkena pecahan kaca itu.
Bagaimana kejadian yang sebenarnya? Aku tidak tahu soal itu. Banyak sekali yang bertanya tentang asal muasal kejadian ini, tapi diantara mereka tak ada yang menjelaskan tentang kejadian ini. Masih terlalu shock, mungkin.
Ingin rasanya aku menghampirinya dan membawa segera ke UKS. Tapi itu tidak mungkin terjadi. Raga ini seakan ditahan untuk  membantu dan memapahnya. Aku keluar dari kerumunan itu. Ku lihat Yoona dengan sangat cepatnya menghampiri dirinya dan langsung membantunya menuju ke UKS. Aku hanya bisa berdoa untuknya. Tidak lebih.
Tak tahu apa lagi yang terjadi dalam diriku. Kakiku dengan sendirinya, ikut mengikuti kemana dirinya dibawa. Dia dipapah Yoona dan pergi ke UKS.
Aku melihat dirinya dari balik pintu. Melihat dirinya sedang sedikit kesakitan saat pecahan kaca itu diambil dari dalam kulit kakinya. Aku mendesis saat kaca itu berhasil keluar dari kakinya. Ku lihat kaca itu penuh dengan darahnya.
Aku tidak tega melihat kejadian itu lagi. kaca-kaca yang diambil dari kakinya itu membuatku merinding. Ini pertama kalinya aku melihat yang seperti ini.
Seandainya aku bisa disana. Menemani dirinya walaupun hanya sebentar.
Aku menghela nafas berat kemudian. Menyadari bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Langkahku mundur dari tempat, perlahan menjauhi ruangan kesehatan itu dan berbalik pergi meninggalkan mereka.
 ——————————————————————————————–
Aku menjatuhkan tubuhku pada kasur empuk yang berada dikamarku ini. Dan juga menjatuhkan semua pikiran yang tak layak untuk aku pikirkan. Ku ulurkan tanganku untuk mengambil ponsel yang berada tak jauh dari tempatku tidur.
Aku mengetikkan sebuah pesan singkat kepada temanku. Haruskah aku jujur dengan orang ini. Ya, sepertinya  dia dapat dipercaya. Beberapa menit aku mengetik sebuah pesan. Kukirimkan kepada seseorang gadis yang cerewet itu. Temanku –Sunny-.
Aku bercerita padanya bahwa aku menyukai seorang Lee Donghae. Sseseorang yang menyukai sepak bola dan menganggap bola adalah pacarnya. Seseorang yang selalu baik terhadap semua orang dan entah aku tidak tahu apa-apa lagi. Aku memang menyukainya tapi aku tak tahu bagaimana sedemikian rupa kebiasaan dan sifatnya.
Ku dengar sebuah getaran dari ponselku. Ku ambil ponsel itu dan segara ku baca. Tak salah lagi, ini pasti reaksinya aku sudah menduga sebelumnya. Sunny kaget dengan pernyataanku tadi dipesan singkat itu.
Ku balas lagi dan lagi. Dia juga begitu. Tanpa ku sangka Sunny cukup tahu tentang seorang Donghae. Aku sekarang mengetahui lebih banyak tentang Donghae dari dirinya yang suka sekali dengan jogging dan juga tempat kuliah mana yang akan dipilih Donghae. Tapi aku tak perlu heran juga dengan Sunny. Sunny adalah teman baik dari Tiffany. Tiffany adalah seseorang teman sekelas Donghae dan juga bisa dibilang dekat dengan Donghae.
Ya, setidaknya. Aku tidak rugi untuk memberitahu Sunny. Dan aku tidak perlu menyimpan semua tentangnya sendirian lagi. Setidaknya, aku punya teman untuk berbagi cerita mengenai Donghae.
————————————————————————————————-
Bolehkah aku beteriak sekarang?
Ya, aku bahagia sekali, karena aku telah mendapatkan nomer ponsel Donghae. Aku baru mendapatkan beberapa menit yang lalu dari salah satu teman dekat Donghae. Dan beruntungnya, temannya itu tidak curiga terhadapku.
Tapi sebuah kebingungan melanda di dalam hatiku. Apakah aku harus memberinya sebuah pesan singkat. Ah tapi aku harus berkata apa. Aku bingung.
Beberapa jam telah berlalu dan aku terus memandangi sebuah nomer ponsel yang masih tertera dalam layar ponselku. Aku harus apakan nomer ini.
Saat aku ingin membuat pesan untuk dirinya. Langkahku tertahan setelah sebuah message masuk ke dalam nomer ponselku. Ku buka pesan itu dan ku baca dengan baik. Oh benarkah ini?
Sunny mengirimkan sebuah pesan singkat yang berisikan  bahwa hari ini; Donghae berulang tahun.  Awalnya aku tidak percaya, tapi setelah Sunny bersumpah aku baru mempercayainya.
Entah dari mana datangnya itu. tanganku dengan cekatan menulis pesan singkat untuk dirinya. Pesan yang berisikan tentang dimana aku mengucapkan sebuah ucapan selamat ulang tahun kepadanya.
Aku malu!
Aku bingung!
Aku takut!
Aku bilang kepada Sunny tentang hal ini. Dia mendukung.
1jam
2jam
3jam
Kurasakan sebuah getaran dari ponselku.  Aku berharap dia yang membalasnya. Ku tutup kedua mataku dengan tanganku yang bebas. Lalu tanganku yang satunya membuka pesan itu. Tanganku bergetar. Setelah ku baca baik-baik sang pengirim…
Aaaaa! Aku ingin berteriak!
Dia membalas pesanku. Dan ini tak ku duga sebelumnya. Dia menyuruhku untuk datang kerumahnya dan merayakan ulang tahun bersama keluarganya. Sayangnya ini sudah malam, aku tidak diperbolehkan untuk keluar dari rumah. Padahal ini adalah kesempatan yang jarang terjadi malah ini satu-satunya. Tak bisa aku undur besok ataupun lusa, minggu depan dan lebih-lebih tahun depan.
Aku pun mulai berbasa-basi dengannya.  Aku mengingat sesuatu tentangnya. Dirinya yang sekali jogging disaat waktu kosong. Untuk tidak menghilangkan kesempatan, aku dengan beraninya mengjaknya untuk jogging bersama dengan alasan aku ingin menurunkan berat badanku. Aku bingung harus beralasan apa lagi.
Dan tahu apa jawabannya? Dia mengiyakan dan mengajakku untuk jogging esok disiang harinya.
Aku senang. Benar- benar sengat senang.
 ————————————————————————————————–
Saat ini aku sedang berada disebuah jalanan aspal lebar yang membentuk sebuah bentuk oval yang sengaja dibuat oleh para pelari yang biasanya jogging disini. Kini tepat didepanku terlihat Donghae sedang berlari dengan langkah yang teratur. Aku mengikutinya dari belakang.
Aku sangat senang. Hari ini aku dan Donghae berjogging bersama. Tanpa seseorang yang membuntuti kami berdua. Ternyata setelah bertatap muka dengan Donghae, aku merasa lebih nyaman dibanding harus diam-diam melihatnya. Dia begitu baik kepada semua orang termasuk aku. Dia sedari tadi berkicau menyemangatiku untuk berlari dan mengimbangi langkahnya.
Tapi aku terlalu lelah. Aku hanya bisa berjalan dengan pelan. Lama- kelamaan aku akhirnya terduduk disebuah tempat duduk yang sudah tersedia disana. Ku lihat Donghae masih sanggup berlari lagi. Dan yang aku sanggup adalah melihatnya dari sini.
Dia sudah beberapa putaran dan seketika berhenti. Dia menghampiriku dan membawa sepasang sepatunya. Lalu dia berkata, “ Lihat sepatuku! Alasnya copot” dia menunjukkan sepatu miliknya yang alasnya sudah copot.
Aku ingin tertawa tapi aku menahannya. Ku lihat ekspresinya itu. Haha dia begitu lucu saat mengadukan sepatunya itu kepadaku.
Aku menutup mulutku dengan satu tanganku. Tidak menutup sepenuhnya, hanya ingin menyamarkan sebuah tawa yang aku tahan. “Memang kau apakan?” Tanyaku kemudian.
“Mungkin aku berlari terlalu memaksa” jawabnya dibarengi oleh sebuah kekehan kecil.
Aku hanya tersenyum. Dia duduk disampingku.
Kami begitu dekat. Dan ini tak pernah ku duga sebelumnya. Bisa sedekat ini dengannya membuatku harus menuntut diriku untuk lebih tenang.
 ———————————————————————————————–
Donghae tinggal disebuah komplek yang tak begitu jauh dari rumahku. Aku berjalan kaki ke rumahnya. Ini bukan apa-apa, tapi aku ingin mengantarkan beberapa soal dan jawaban untuk latihan ujian akhir esok hari. Aku tidak sendirian untuk datang ke rumahnya, tapi bersama saudaraku —Krystal.
Ku lihat rumahnya yang sederhana itu. Aku sudah berada didepan rumahnya sekarang. Ku lihat dia sedang menyender pada tembok dinding rumahnya. Setelah beberapa detik dia mulai menyadari kedatangan kami, ku lihat dia tersenyum ramah pada kami.
“Ini, “aku langsung menyerahkan beberapa lembar kertas yang ditekuk dan menjadi tebal. “Kau bisa mempelajarinya dengan baik. Disana sudah terdapat penjelasannya” aku menjelaskan secara baik. Mennjukkan setiap barisan kata yang harus dia ikuti.
Setelah menyerahkan itu ku ambil ponsel yang berada di kantung celana jeansku. Tanpa melihat dengan baik ku langsung mengirim sebuah pesan yang ku tujukan kepada Sunny. Ku taruh lagi ponsel itu dalam kantungku.
Tak selang beberapa detik. Ku lihat Donghae yang sedang menahan tawanya. Dia tertawa tiba-tiba. Aku menyerngit bingung, menatapnya dengan penuh pertanyaan.
“Kau kenapa?”
Donghae menggeleng cepat dan memandangiku, “tidak. Ah, ya, terima kasih ya” kemudian dia menampilkan senyumannya padaku.
“Hah?!” Aku terlonjak kaget saat mendapati sebuah pesan singkat dari Donghae, dia mengatakan bahwa; kau yang mengirim pesan ini. kau begitu lucu. Aku menyengit aneh. Apanya yang aku kirim padanya?
Ku cek lagi pesan terkirim dalam ponselkuu. Mataku membulat sempurna saat mendapati pesan yang akan ku kirim ke Sunny malah tertuju padanya. Ah betapa bodohnya aku tak melihat pesan yang akan dikirim itu. ah aku malu! Wajahku panas.
Lalu aku membalasnya, dan mengingatkannya untuk melupakannya saja.
Mengapa aku bisa sebodoh ini sih!
Aku malu. Benar-benar malu.
Bagaimana besok bertemu disekolah? Aku tidak siap. Dan benar-benar tidak siap.
TBC ….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar