Senin, 27 Agustus 2012


Tara~ Semoga gak bosen sama ff saya yang selalu bingung di tengah cerita….
Cast :
Cho Kyuhyun, Kim Jongwoon-Yesung, Kim Ryeowook, Lee HyukJae-Eunhyuk, Park Jungsoo-Leeteuk[SJ]
Kim Hyunji, Choi Hyerim, Park Junghye, Lee Inhyeong [OCs]

Hyunji’s POV
Entah sampai kapan aku harus menahan sakit ini, di cinta pertamaku aku harus mengalami ini? Namja yang kucintai divonis gagal ginjal, keadaannya buruk sekali.
Padahal, beberapa bulan lalu, Cho Kyuhyun, namja yang sangat kucintai sekarang, masih menjadi seseorang yang selalu mengusik hidupku, seakan tak mau kalau aku tak berteriak memanggil namanya kesal.
“Hyunji-ah, cepat keluar, nanti kita terlambat” suara Yesung Oppa, kakak laki-lakiku satu-satunya. Aku keluar menemui Yesung Oppa.
“Kau menangis lagi?” Tanya Yesung Oppa, memeriksa air mata di pipiku, aku menggeleng, lalu menuju keluar rumah, dan masuk kedalam mobil.
“Hari ini, aku dan Ryeowook akan kerumahnya. Kau ikut?” Tanya Oppa, aku menggeleng.
“Kau takut menangis?” tanyanya lagi, aku mengangguk pelan, aku tahu aku sangat rapuh saat melihat keadaannya.
“Lalu sampai kapan kau akan menahan ini?” tanyanya lagi, aku terdiam sebentar.
“Oppa, sudahlah… aku sedang malas membahas ini.” Ujarku, lalu keluar mobil, menuju kekelasku

Yesung’s POV
Hyunji keluar dari mobil, seperti biasanya, kalau diajak berbicara tentang Kyuhyun, dia selalu saja menghindar, Hyunji memang susah untuk membicarakan masalahnya dengan orang lain, tapi dia sering menangis sendiri karena masalahnya. Dia cengeng, tapi keras kepala.
Dering “Happiness” terdengar dari ponselku, aku mengangkatnya.
“Ne” suaraku.
“Yesung-ah, kau dimana?” suara Ryeowook terdengar cemas.
“Aku diparkiran, kenapa?” tanyaku.
“Tadi malam, keadaan Kyuhyun down, dan sekarang dia di rumah sakit” ujar Ryeowook.
“Mwo? Aku segera kekelas.” Ujarku, lalu berlari kekelasku, aku, Ryeowook dan Kyuhyun adalah teman dari kecil, Kyuhyun, dia sebenarnya tak bisa diam, namun sejak terkena penyakit ini, dia seakan tak mempunyai semangat hidup lagi, apalagi Hyunji.
Aku melihat Ryeowook didepan kelas menungguku.
“Keadaan Kyuhyun tadi malam drop, dan hari ini dia harus dirawat lagi di Rumah Sakit.” Ujarnya, wajahnya khawatir, Ryeowook memang orang yang paling sayang pada Kyuhyun.
“Kita akan menjenguknya hari ini?” tanyaku, Ryeowook langsung mengangguk.
Kutinggalkan tasku di atas mejaku, lalu menghampiri Ryeowook lagi.
“Ayo…” ajakku menarik tangan Ryeowook.
“Oppa!!” suara Hyunji terdengar, aku mencari arah datangnya suara.
“Ingin membolos lagi?” tanyanya, aku menggeleng, sepertinya Hyunji masih mengira aku hura-hura seperti dulu.
“Ani, Oppa hanya pergi sebentar.” Ujarku, aku memang tak ingin Hyunji tahu kalau kondisi Kyuhyun kembali turun.
Aku tak menunggu jawaban dari Hyunji dan langsung menari Ryeowook.
Benar-benar tak enak sekelas dengan Hyunji, walaupun dia itu lebih muda dariku 1 tahun, tapi dia harus sekelas denganku karena dia sangat pintar. Sedang aku, aku hanya pelajar biasa yang sering membolos bersama Kyuhyun dan Ryeowook.
Setelah sampai di kamar rawat Kyuhyun, aku menemui Ibunya, sedang Ryeowook langsung menemui Kyuhyun.
“Annyeong, ajjuma” sapaku melihat Minri Ajjuma, Ibu Kyuhyun
“Annyeong, Yesung-ah.” Ujarnya, matanya masih terlihat lebam, pasti semalam menangis lagi.
“Apa kata Dokter?” tanyaku. Minri Ajjuma terlihat menahan air matanya.
“Ajjuma, jangan pendam perasaanmu. Kalau kau ingin menangis keluarkan saja, bukankah aku ini bukan orang lain?” tanyaku.
“Dokter menyarankan cuci darah…” ujarnya, air matanya mengalir.
“Aku dan Ryeowook akan menemaninya seharian ini, jadi kami akan menghiburnya” ujarku mengusap air mata di pipi Minri Ajjuma.
“Gumawo Yesung” ujarnya memelukku. Aku memang sudah lama tak merasakan dipeluk seorang Ibu, karena sejak aku dan Hyunji memutuskan untuk tinggal sendiri, aku tak pernah lagi dekat dengan Ayah dan Ibu, mungkin bertemu mereka jika Hyunji merengek memintaku menjenguk mereka,, ah bukan mereka, hanya Ibu, karena Ayah sudah tak tinggal dengan Ibu lagi.
Aku mengelus punggung Minri Ajjuma, meredakan rasa sedihnya.
Aku meminta ijin pada Minri Ajjuma ke kamar rawat Kyuhyun.
“Kyu…” sapaku, Kyuhyun menengok kearahku dan tersenyum.
“Hai.” Sapanya, aku melihat senyum diwajah Kyu.
“Jangan bilang kalian bolos lagi?” tanyanya, aku tertawa kecil.
“Kami tak bolos, kami ijin menjengukmu” ujarku.
Dering Happiness terdengar dari ponselku, aku melihat nama di layar ponselku, “Hyunji” aku mengangkatnya.
“Ne. kenapa Hyun?” tanyaku, kurasa dia akan marah karena sampai jam pelajaran dimulai aku belum kembali kekelas.
“Oppa!! Kau dimana? Ini sudah jam istirahat dan kau belum kembali juga” ujarnya sedikit ketus tapi juga khawatir.
“Oppa masih ada urusan Hyunji, nanti kau catatkan saja ya, nanti malam Oppa akan privat denganmu lagi” ujarku lalu menutup teleponnya.
Kyuhyun melihatku, pandangannya sekana menanyakan Apa itu Hyunji atau bukan?
“Iya ini Hyunji, aku sengaja tak memberitahukan padanya tentang keadaanmu” ujarku. Kyu mengalihkan pandangannya.
“Apa dia masih sering menangis?” tanyanya. Aku mengangguk.
“Ne, benar. Tapi sekarang menangisnya sudah tak seperti dulu lagi” ujarku tertawa kecil. Kyuhyun menatapku bingung.
“Dulu, Hyunji menangis karena ulah usilmu, sekarang Hyunji menangis karena dia sadar dia mencintaimu” ujarku. Kyuhyun menatapku datar.

Hyunji’s POV
Bel masuk berbunyi, tapi Yesung Oppa belum kembali juga. Aku duduk di kursiku sambil mendengarkan lagu “Forever Love” lagu kesukaanku.
“Hyunji-ah” suara seseorang memanggilku, aku menengok kebelakang tempat dudukku, aku melihat Leeteuk melambaikan tangannya didepan wajahku, aku melepas satu headsetku agar bisa mendengar suaranya lebih jelas.
“Ne.” jawabku, Leeteuk menggeleng, selalu saja begitu, setelah memanggil selalu menggeleng. Leeteuk, dia memang lebih tua daripada aku, tapi semua siswa di kelas ini kupanggil tanpa embel-embel Oppa ataupun Unnie, karena mereka teman sekelasku kecuali Yesung Oppa, Yesung, nama pemberian Ibu kini telah dipakai semua orang untuk memanggilnya, karena nama itu memang cocok untuknya. Dia memiliki suara emas yang indah, berkat suaranya itulah aku dan dia sampai hari ini bisa menjalani kehidupan tanpa orang tua kami.
“Hyun-ah” suara Leeteuk kembali terdengar, aku tak menggubrisnya kubesarkan volume ipodku, agar tak mendengar suaranya.
Leeteuk berdiri didepan mejaku, dan melambaikan tangannya, euh!! Dia itu usil sekali!! Leeteuk, sama seperti namanya, special, dia orang unik, kaya, tampan, dan sangat pintar. Dia cerdas, salah satu sainganku dikelas, posisiku dan Leeteuk dikelas sama, sama-sama memiliki kedudukan yang tak dimiliki oleh murid lain, aku dan dia adalah saingan sejak Sekolah menengah, hingga kini aku dan dia selalu bergantian menduduki ranking di kelas. Targetku sekarang adalah mengejar peringkat satu dan beasiswa. Walaupun bersaing tapi kadang aku menyenanginya, dia ramah, kadang aku dan dia sering berlajar bersama sebelum ulangan. Dia juga memiliki hati yang lembut, dia sering menjadi tempat curhatku saat aku ada masalah, Karena aku tak mungkin curhat dengan Yesung Oppa yang terbilang “ember”.
Leeteuk tak menghentikan aksinya. Dia duduk disebelahku dan memandangiku.
Aku melepas headsetku, dan melihatnya.
“Hari ini setelah pulang sekolah, teman sekelas akan menjenguknya. Kau ikut?” tanyanya, aku dan Leeteuk memang sepakat tak mengatakan nama Kyuhyun didepan umum.
Aku menggeleng. “Takut menangis?” tanyanya, Leeteuk dan Yesung Oppa benar-benar sehati, pertanyaan mereka sama. Aku menggeleng.
“Aku tak ada waktu, hari ini aku ada jadwal mengajar.” Ujarku, Leeteuk tertawa.
“Kau mau berbohong? Bukankah jadwal mengajarmu hari Jum’at, sabtu dan Minggu, ini kan masih hari rabu?” tanyanya, astaga, aku lupa!! Bagaimana aku bisa lupa kalau dia yang memberiku pekerjaan itu. Leeteuk mempunyai lembaga bimbingan belajar terbesar, dan terkenal, karena yang mengajar disitu harus dites dan mempunyai serfitikat tertentu, untungnya aku temannya jadi dia bisa memasukkanku tanpa beberapa persyaratan tertentu.
“Sudahlah Teuk, aku sedang tak ingin membahas itu.” Ujarku.
Seoran guru masuk kedalam kelas. Leeteuk kembali ke tempat duduknya, dibelakangku.
“Annyeong…” sapa Guru itu.
“Ah!! Hari ini, ada rapat, jadi Leeteuk, tolong kau sampaikan materi ini pada temanmu yah.” Ujarnya, guru itu meletakkan bukunya diatas mejaku dan Leeteuk menghampiri guru itu.
“Ini, tolong kau jelaskan, Hyunji, tolong bantu Leeteuk yah…”
Aku melihat Leeteuk yang tersenyum dan memainkan alisnya, lalu aku melihat guru itu, “Ne.” ujarku tersenyum.
Setelah guru itu pergi, Leeteuk mencatat beberapa rumus dipapan tulis, tanpa melihat buku itu, dia memang sangat hebat dalam menghapal.
“Ya! Chinguya!! Catat rumus ini, setelah itu kalian bebas memilih siapa yang akan menjelaskan. Park Jungsoo atau Kim Hyunji?” tanyanya, lalu memandangku dan tersenyum. Huft!! Selalu saja, pasti dia ingin mengetahui cara mengajarnya atau cara mengajarku yang diinginkan oleh teman-teman.
“Hyunji!!” ucap seorang murid, beberapa murid mengikuti perkataan namja itu.
“Park Jungsoo!!” ujar seorang yeoja di bangku paling belakang.
Leeteuk mendatangiku.
“Bagaimana?” tanyanya, aku memandangnya dan menggeleng.
“Aku sedang tak Mood” ujarku lemas. Leeteuk kembali kedepan kelas.
“Chinguya!! Sepertinya Hyunji lebih sering menjelaskan daripada aku, jadi bagaimana jika hari ini aku saja…” ujarnya, melihatku, aku tersenyum kecil.
Leeteuk menjelaskan pelajaran, cara mengajarnya menyenangkan, ramai.
*****
“Ayo!!” Leeteuk menarik tanganku mengajakku pergi, aku menahannya dan tetap duduk dikursiku.
“Aniyo, kubilang hari ini aku ada urusan” ujarku melepaskan tangannya.
“Urusan apa?” tanyanya. Apa yang harus kukatakan?
Aku mencari alasan yang tepat, untungnya Hyerim sudah menunggu didepan kelasku.
“bersama Hyerim” ujarku melihat Hyerim yang berdiri didepan kelas.
Aku meninggalkan Leeteuk sendiri dan bergabung bersama Hyerim.
“Kenapa?” tanyanya, “Ayolah, kekantin saja” ujarku.
Aku menarik tangan Hyerim menuju kantin.
“Temanmu akan menjenguk Kyuhyun lagi?” tanyanya di perjalanan.
“Ne.” ujarku pelan.
Hyerim hanya mengikutiku, sesampainya dikantin aku langsung mencoba menelpon Yesung Oppa.
“Ya!! Kenapa tak diangkat?” tanyaku kesal sendiri, aku mencoba menelpon lagi, tapi tetap saja tak diangkat.
“Hyunji-ah! Kau itu kenapa?” tanyanya. Aku menggeleng.
“Aku lapar.” Ujarku.
“Sampai kapan kau akan seperti ini? Sejak Kyuhyun sakit kau jadi tak semangat hidup. Bukankah dulu kau sangat dekat dengan Leeteuk? Bukankah dulu kau senang sekali mengganggunya? Kenapa sekarang jadi terbalik?” Tanya Hyerim.
“Ya! Kau ini tak bisa diam? Kau itu sudah mirip dengan Yesung Oppa” ujarku memakan mie yang sudah kupesan.
“Oh? Oppamu? Hahaha, berarti aku jodoh denganya?” Tanya Hyerim, eh? Aku lupa kalau dia itu sangat senang kalau disamakan dengan Yesung Oppa, gara-gara suara Yesung Oppa, dia jadi tergila-gila padanya.
“Ah, terserahmu.” Ujarku.

Leeteuk’s POV
Aku bergegas mengikuti teman-teman untuk menjenguk Kyuhyun.
Aku celingukan mencari sosoknya, kemana dia? Kenapa tak muncul?
Mungkinkah aku rindu padanya?
“Teuk, ayo!!” ajak salah satu temanku, aku mengangguk dan masuk kedalam mobilku.

Yesung’s POV
Aku pamit pulang pada Minri Ajjuma, sekarang sudah hampir jam 7 malam, Ryeowook sudah pulang duluan karena ada urusan.
“Kyu, aku pulang yah” aku pamit pada Kyuhyun.
“Ne, gumawo Yesung.” Ujarnya. Aku mengangguk.
“Istirahatlah, kau sangat kelelahan hari ini, anak-anak tadi sangat ramai” saranku. Kyuhyun mengangguk.
*****
Sesampainya di rumah, kubuka pintu kamar Hyunji, dia terlihat menangis di pojok kamarnya.
Perlahan aku mendatanginya. Aku duduk di belakangnya.
“Hyunji…” ujarku. Hyunji melihatku dan langsung memelukku. Dia menangis dipelukanku.
“Kyuhyun baik-baik saja. Tenanglah…” ujarku, sambil mengelus punggung Hyunji agar tangisnya reda.
“Bukan itu Oppa.” Ujarnya, hm? Bukan itu? Lalu?
“Lalu kenapa menangis?” tanyaku mengangkat wajahnya.
“Tadi Ibu menelpon, katanya Ayah menemuinya lagi, dan Ayah memarahi Ibu lagi” ujarnya lalu menangis lagi.
“Sssttt.. sudahlah, tenang Hyunji… nanti biar Oppa yang bicara pada Ayah.” Ujarku aku memeluk erat Hyunji, dia benar-benar menderita karena perceraian Ayah dan Ibu.
Suara Bel rumahku berbunyi. Aku meninggalkan Hyunji yang mengusap air matanya dan membuka pintu.
Leeteuk berdiri di depan pintu.
“Annyeong…” sapanya lalu tersenyum, aku membalas senyumnya.
“Annyeong.” Ujarku.
“Hyunji ada?” tanyanya, aku menggeleng. Aku tak ingin Leeteuk tahu kalau Hyunji sering menangis.
“Kemana?” tanyanya,
“Kerumah Hyerim. Ada apa? Tumben sekali mencarinya?” tanyaku, dia memang sering kerumah, tapi tumben sekali dia tak membuat janji dengan Hyunji.
“Ah, baiklah. Kalau pulang, bilang saja aku mencarinya. Gumawo Yesung.” Pamitnya, lalu pergi.
Aku mengangguk.
Aku berbalik arah, kembali kekamar Hyunji.
Hyunji tepat didepanku.
“Kenapa bilang aku tak ada?” tanyanya, air matanya mengering di pipinya.
“Kau mau Leeteuk melihatmu dalam keadaan seperti ini?” tanyaku, aku mengelus rambutnya dan melihatnya. Hyunji menggeleng.
“Tidurlah” ujarku. Hyunji tetap diam ditempat dan menunduk.
“Hyunji, tidurlah. Besok kau harus berangkat pagi.” Kataku lagi. Tapi Hyunji tetap diam.
“Kau ingin Oppa buatkan susu?” tanyaku melihat wajahnya yang menunduk.
Hyunji mulai menggeleng. Tiba-tiba, suara tangisnya terdengar. Kenapa lagi Hyunji?
Hyunji menangis dan langsung memelukku. Ya Tuhan. Kenapa dia? Aku benar-benar tak ingin melihat dan mendengarnya menangis. Suara tangisnya sangat menyiksaku. Kurasakan dia benar-benar sakit. Tapi kenapa??
“Hyunji-ah, tenanglah… apa yang kau mau?” tanyaku berbisik sambil mengelus rambut dan punggungnya.
“Aku rindu pada Ibu…” ujarnya ditengah tangisnya. Aku memeluk Hyunji erat. Dia sekarang begitu cengeng, dia dulu memang cengeng, tapi tak secengeng ini.
“Ne. Oppa juga Rindu pada Ibu… kau ingin Oppa antar kesana?” tanyaku. Hyunji menggeleng. Dia pasti takut pada Ayah tiri kami. Dia pasti takut Ryeonggi Ajjusshi melecehkannya lagi.
“Oppa antar tidur yah…” ujarku, sambil menggendongnya menuju kamarnya.
Kutidurkan Hyunji di kasurnya, kulihat dia masih sesengukan.
Kurapikan rambut Hyunji dan kuselimuti tubuhnya. Aku turun dari tempat tidurnya.
Hyunji menahan tanganku. Aku melihatnya.
“Oppa, temani aku tidur.” Ucapnya, aku tersenyum dan naik keatas tempat tidurnya, aku berbaring dibelakang punggung Hyunji.
Kumasukkan tubuhku keselimut Hyunji.
Hyunji membalikkan tubuhnya lalu memelukku, Hyunji menenggelamkan wajahnya kepelukanku.
“Ingin Oppa nyanyikan lagu?” tanyaku, kulihat kepala Hyunji mengangguk.
“Oneureun waenji himdeulgo jichyeo
Begaereul kkeureo aneun chae honja bangane nama
Jeonhwagil majijakgeorineun naui maeumi
Wenji oneul ttara weroungeojyo…”
Kunyanyikan salah satu lagu kesukaannya ini. Kurasakan tangisnya perlahan reda, dan mulai tidur.
*****
Kulihat Hyunji keluar dari kamarnya. Matanya agak bengkak karena menangis semalam.
“Pagi nae dongsaeng” sapaku tersenyum. Hyunji tersenyum “Pagi Oppaku tersayang” ujarnya, lalu mendekatiku.
Hyunji melihat roti yang kuolesi selai, lalu mencolek selai itu.
“Eits!! Mandi dulu sana.” Suruhku. Hyunji mengangguk, dan langsung menuju kekamar mandi.
Suara Bel rumahku berbunyi. Siapa yang bertamu pagi-pagi begini? Kubuka celemekku dan segera kubuka pintu.
“Ibu!!” aku kaget saat kulihat Ibu babak belur, tubuhnya sudah sempoyongan. Aku memegangi tubuh Ibu agar tak jatuh.
“Ibu!! kenapa bisa begini?” tanyaku panic, aku membawa Ibu kedalam rumah.
Kududukan disofa dan kuambilkan Ibu minum juga es batu untuk mengobati luka Ibu. Pasti Ryeonggi Ajushi!!
Kuseka wajah Ibu dengan kain basah, Ibu meringis, pasti masih sakit. Luka itu terlihat masih basah. Darah juga keluar dari hidung Ibu.
“Mana Hyunji?” Tanya Ibu, “Sedang mandi.” Ujarku, terus menyeka darah Ibu.
“Kau sudah jauh lebih dewasa dari sebelumnya, Yesung” ujar Ibu, aku hanya tersenyum. Aku memang menyadari bagaimana susahnya mencari uang setelah lepas dari Ayah dan Ibu. Dulu aku seorang anak yang manja, karena segalanya terpenuhi, tapi sejak Ayah dan Ibu cerai, karena Ibu berselingkuh dengan namja lain. Sejak itulah, aku tak pernah lagi berurusan dengan Ibu juga Ayah, juga Hyunji yang terus menangis karena perceraian Ayah dan Ibu. Karena Hyunji jugalah aku akhirnya bisa berubah menjadi orang yang bertanggung jawab.
“Dia melakukannya lagi?” tanyaku. Aku tahu pasti yang dilakukan Ryeoggi Ajushi, dia selalu saja menyiksa Ibu saat ibu tak bisa melakukan yang diinginkannya. Ibu hanya mengangguk.
“Ibu tak apa-apa.” Ujarnya mencoba tersenyum, padahal terlihat jelas dimatanya, kesedihan itu.
“Soal Sohyun, ibu sedang membicarakan dengan orang tuanya” ujar Ibu. Sohyun lagi? Ternyata ibu masih bersikeras menjodohkanku dengan Sohyun.
“Ibu, bukannya aku menolak, tapi sepertinya Sohyun dan aku tak serasi” ujarku menolak.
“Yesung-ah, kalian itu serasi.” Ujar Ibu lagi.
“Oppa, kau meletakkan dimana?” suara Hyunji terdengar dari dalam kamarnya. Kulihat Hyunji berjalan menuju kami berdua, dia sedikit kaget dengan kedatangan Ibu, bukan kedatangannya, kondisi Ibu yang membuat Hyunji panic.
“Ibu!!” Hyunji kaget dan langsung mendatangi Ibu.
“Ibu kenapa? Kenapa begini?” tanyanya, Hyunji mengecilkan suaranya, sebenarnya dia hanya menahan air matanya agar tak jatuh. Ibu menggeleng.
“Ibu aku rindu..hiks” akhirnya dia menangis lagi. Ibu membalas pelukan Hyunji dan menenangkannya.
“Ibu, kenapa tak tinggal bersama kami saja? Aku dan Yesung Oppa sama-sama bekerja jadi, kebutuhan kita semua bisa terpenuhi…” ujarnya. Ibu menggeleng.
“Aniyo sayang…. Ibu tak bisa meninggalkan Ayah kalian sendirian.” Ujar Ibu, mengelus kepalaku.
“Atau Ayah saja yang pindah kesini?” Tanya Ibu, Hyunji menggeleng, dan langsung melepaskan pelukannya.
“Aniyo. Dia kan bukan keluarga kita” ujar Hyunji. Aku mengerti kenapa Hyunji sampai sebegitu bencinya pada Ryeonggi Ajushi.
“Ya!! Kau itu. Dia kan sudah menjadi suami Ibu. Kenapa kau selalu saja membencinya Hyunji? Memangnya kau diapakan?” Tanya Ibu. Hyunji menggeleng. Sebenarnya aku ingin sekali mengatakan apa yang sering Ryeonggi lakukan pada Hyunji. Tapi Hyunji selalu melarangku mengatakan itu, karena Hyunji tak ingin melihat Ibu makin menderita. Ryeonggi Ajusshi orang yang sangat keras, sedikit saja Ibu salah, dia pasti memukul Ibu.
“Kalau begitu, kalian harus tinggal dirumah” ajak Ibu. Hyunji kembali menggeleng.
“Ya!! Bukankah Ibu sudah baik! Kau tahu Ayah itu sangat baik. Cobalah menerimannya Hyunji” ujar Ibu. Hyunji menangis.
“Kenapa tak kembali pada Ayahku saja” ujarnya, perkataan Hyunji itu membuat Ibu naik pitam, dia memang tak ingin kalau salah satu dari anaknya menyebut nama Ayah, Ayah kandung kami.
“Hyunji-ah!! Kau itu!! Kenapa selalu membela Ayahmu yang tak bertanggung jawab itu!!” Ibu berteriak. Berteriak memang gaya marah Ibu. Setiap kali marah, selalu saja berteriak.
“Ibu. Mianhe, tapi kan Ayah sudah minta maaf pada Ibu” ujar Hyunji lagi.
“Ya!! Tapi kan tetap saja. Ayahmu itu terus saja mengungkit-ungkit masalah Ibu”
“Ibu, sudahlah. Hyunji-ah, sarapanlah. Oppa sudah buatkan susumu” aku berusaha melerai Ibu dan Hyunji.
Aku menggandeng Hyunji menuju kemeja makan.
“Sstt!! Tenanglah, jangan menangis lagi Hyunji” aku mengelus kepalanya, saat kami sudah di meja makan. Hyunji mengangguk tapi masih juga sesengukan.
Tiba-tiba aku dan Hyunji dikejutkan dengan seseorang yang menggedor pintu rumahku.
Aku dan Hyunji saling melihat. “Tak akan apa-apa” ujarku menenangkannya.
“Biarkan Ibu yang buka” ujar Ibu berdiri dan langsung membuka pintu.
Ryeonggi Ajusshi berdiri di depan pintu, wajahnya geram melihat Ibu. Ditariknya lengan Ibu.
Aku melihat Hyunji yang melihat kejadian ini. Aku sebenarnya tak ingin Hyunji melihatnya.
Aku mendatangi Ryeonggi Ajushi yang menarik paksa lengan Ibu.
Aku langsung mencengkram tangannya dan melepaskan cengkramannya dari lengan Ibu.
“YA!!! Beraninya kau!!” Ryeonggi Ajushi makin geram, tapi aku tak mungkin kalah begitu saja.
“Biarkan Ibu tinggal disini” aku mengatur emosiku agar tak meluap.
“Heh… apa urusanmu, dia sekarang istriku dan aku ber hak melakukan apapun!!” ujarnya lagi, lalu menarik tangan Ibu lagi.
Yah, dia memang suami Ibu, tapi kan aku anaknya? Mungkinkah Ibu tetap memilihnya jika dia terus bersikap seperti itu?
Ryeonggi Ajusshi melempar Ibu kedalam mobil dan menjalankan mobilnya, sedang aku,hanya bisa iba melihat Ibu diperlakukan seperti itu.
Hyunji berlari keluar rumah dan mengejar mobil Ryeonggi Ajusshi.
“Ibu!!” teriaknya, Hyunji terduduk lemas ditengah jalan. Aku berlari mendatanginya.
“Hyunji-ah…” ujarku lemas melihat Hyunji menangis.
Aku jongkok di depan Hyunji, kuseka air matanya. Aku tak bisa mengatakan apapun.

Hyuk Jae’s POV
Aku mengambil tasku dan langsung berlari kedalam mobil. Kulihat jam tanganku. Jam 7 lewat! Gawat!! Yang benar saja, dihari pertama sekolahku aku terlambat.
Kulajukan mobilku menuju sekolah baruku.
Aku melihat seorang yeoja menangis ditengah jalan. Hue? Kenapa?
Dan seorang namja sedang menghampirinya, aish!! Jangan bilang mereka sedang bertengkar… ckckck… sepasang kekasih yang aneh!!
to be continued…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar